Masa liburan telah usai,saatnya untuk mengawali semester pertama lagi. SMA Nusa Bangsa kini di sibukkan dengan masa orientasi siswa,tl terutama Fikar yang sudah datang pagi sekali.
Beberapa siswa perempuan tak berhenti berdecak kagum menatap Fikar yang kini dengan gagahnya berpidato singkat di podium lapangan.
"Oke, sekarang cari kelas kalian dan kakak pendamping kalian juga. Saya akhiri pidato singkat saya sekian dan terima kasih wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
Dila menyenggol lengan sahabatnya yang tak berhenti menatap laki-laki yang baru saja turun dari podium.
"Kalau di liatin aja lama-lama bakal di ambil orang gas ajalah sekarang,"
Nadia menatap Dila lalu menghela nafas pasrah. "Kamu tahu sendiri aku gimana Dil."
Dila mengerlingkan matanya sangat malas karena sudah sekian kalinya sahabatnya sudah mengatakan hal sedemikian rupa.
"Iya gue tahu lo kayak gimana jadi saatnya lo maju masa lo jalan di tempat terus,"
Nadia sangat ingin dekat dengan Fikar tapi dirinya terikat janji dan status jadi dia takut jika nantinya orang-orang mencibirnya dan mencap organisasinya.
Satu hal yang Nadia ketahui dirinya tidak akan bisa punya hubungan lebih dengan Fikar karena laki-laki itu sendiri pernah mengatakan jika dirinya tidak akan pernah berhubungan dengan anggota organisasinya sendiri.
•••
Setiap berjalan menuju kantin empat perempuan yang terkenal itu tak lepas memasang wajah sangar mereka. Bahkan mereka pelolotin siswa baru yang memandang mereka tak suka sehingga siswa baru itu menjadi takut.Menurut mereka berempat lebih baik memberi ancaman diawal agar mereka tidak bermain-main dengan mereka yang mempunyai kekuasaan penuh Di SMA Nusa Bangsa.
Adela menyikut Vanya yang baru saja duduk di dekatnya lalu memberi arahan agar menatap ke kanan.
Sungguh kasihan. Ternyata bukan hanya mereka yang sengaja menakuti para siswa baru. Dan sialnya kelakuan nya sangat menyilaukan pemandangan.Satu kaki Vanya sengaja ia taruh ditengah jalan sengaja agar orang yang menjadi objeknya terjatuh.
Bruk
Mereka berempat menyeringai lalu memasang wajah terkejutnya.
"Ops jatuh," Vanya menutup mulutnya pura-pura terkejut.
Semua siswa yang ada di kantin terus menatap objek yang kini menjadi sasaran keributan. Mereka berempat sengaja melakukan itu agar mereka semua tahu bahwa cuman mereka yang perlu di takuti.
"Sorry ya teman gue gak sengaja," ucap Adela yang kini berdiri lalu berpura-pura tulus membantu gadis berkaca mata besar yang kini terduduk di lantai kantin.
"Hey cupu sorry ya makanan lo jadi tumpah." Celetuk Malika dengan suara cemprengnya.
"Ini makanan lo kan?"
Gadis cupu itu hanya diam takut menjawab pertanyaan Vanya yang kini memasang wajah santainya namun gadis cupu itu tetap takut.
"Lah malah diam," cetus Malika lagi.
"Bisu ya?""Maaf kak," cicitnya menunduk takut.
"Kok lo minta maaf harusnya kita dong yang minta maaf. Iya gak guyss?"
Mereka bertiga mengangguk setuju atas ucapan Adela.
"Lo belum jawab pertanyaan gue. Itu makanan lo atau bukan?"
Gadis cupu itu tetap diam membuat keempat gadis itu greget.
"Lo mau buang air besar ya? Diam-diam baek,"
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Fiksi RemajaKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...