Adela tidak membalas ciuman Fikar karena dirinya sangat kaget hingga ia hanya menutup bibirnya rapat-rapat. Tak sampai di situ tangan Fikar meraih tengkuk Adela memperdalam ciuman mereka berdua hingga Adela terkesip dan membuka sedikit mulutnya karena Fikar yang mengigit bibirnya itu.
Fikar tidak mabuk bukan? Adela tahu betul di pesta ulang tahun Vanya sama sekali tidak di hidangkan minuman beralkohol. Tapi apa yang membuat laki-laki yang menciumnya saat ini bisa melakukan hal ini? Dimana laki-laki itu belajar ciuman? Setahunya Fikar tidak pernah berpacaran sama sekali. Dan ciuman ini seperti orang yang sudah terlatih saja.
"Balas." Ucap Fikar dengan suara serak dan basah lalu melanjutkan kembali ciumannya.
Adela ingin menolak ciuman ini tapi otaknya tidak menginginkan hal itu. Perlahan dengan pasti Adela membalas ciuman Fikar membuat laki-laki itu menyeringai di sela-sela ia memangut bibir yang suka mengeluarkan perkataan pedas.
Nafas mereka ngos-ngosan setelah melepaskan ciuman panjang mereka. Mata mereka berdua tak lepas memandang satu sama lain dengan tangan Fikar yang masih setia berada di tengkuk Adela.
Fikar tersenyum tipis kembali mendekatkan dirinya,begitupun dengan Adela yang sekrang memejamkan matanya. Namun sepertinya Adela salah mengira karena yang di lakukan Fikar adalah membuka pintu di sampingnya.
Sial,Adela merasa malu dan pasti Fikar mengira dirinya menginginkan berciuman lagi.
Yang di lakukan Fikar melihat reaksi Adela ialah mengelus tengkuk perempuan itu hingga mengiringnya masuk ke dalam ruangan sedikit gelap karena lampu di luar sedikit meneranginya.
Fikar menggendong Adela terus menatap mata Adela yang juga tengah memandangnya. Perlahan ia membaringkan tubuh gadis itu di ranjang kecil yang entah milik siapa.
Fikar menyingkirkan helai rambut Adela yang sedikit menutupi mata perempuan itu. Ia menahan bobot tubuhnya di atas tubuh Adela dengan satu tangannya yang menahan di sisi kepala Adela.
Jantung keduanya berdetak tak karuan karena posisi intim sekarang ini. Adela memejamkan matanya meresapi elusan tangan Fikar pada pipinya.
"Lo dengar kan?"
Adela membuka matanya mendengar perkataan yang akhirnya keluar dari Fikar.
Fikar menarik dirinya di atas tubuh Adela lalu menarik perempuan itu agar duduk. Fikar mengarahkan tangan Adela agar merasakan detak jantungnya. Ia tidak ingin menyembunyikan perasaanya lagi pada perempuan itu dan saatnya Adela tahu maksud dari perhatiannya selama ini.
"Lo ngerasain kan?"
Adela bengong pikirannya berkecamuk kemana-mana dirinya amat mengerti dengan debaran yang di rasakan Fikar tapi separuh hatinya menolak akan hal itu.
Fikar merangkum kedua sisi wajah Adela lalu mendongakkannya mengarah pada wajahnya.
"Gue sayang sama lo."
Adela menurunkan tangannya di dada Fikar karena tubuhnya seakan melemas mendengar perkataan laki-laki di hadapannya ini.
Fikar menarik kembali tangan Adela menempel pada dadanya yang berdebar. Laki-laki itu mengerti apa yang di rasakan Adela yang tahu kenyataan ini.
"Jantung gue terus berdetak ketika gue sama lo. Gue gak pernah ngerasain hal seperti ini. Berkali-kali gue menolak apa yang gue rasain sama lo tapi kenyataanya gue gak bisa. Gue sayang sama lo. Gue cinta sama lo. Dan gue gak bisa jauh dari lo."
Adela memalingkan wajahnya dan menarik tangannya kembali. Fikar tidak menyerah di genggamnya tangan perempuan yang sedang berfikir keras itu. Dirinya sudah berjanji pada keluarganya membawa perempuan itu untuk di jadikan pasangannya kelak nanti dan dirinya akan berusaha meyakinkan Adela bahwa ia tulus mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Teen FictionKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...