First Kiss dia Or Last Kiss ✓

57 5 1
                                    

Adela cemberut di tempatnya karena setelah pertengkaran dua minggu yang lalu ia dan Fikar semakin menjauh. Adela tentu saja tidak ingin meminta maaf duluan, tahu sendiri kan bagaimana Adela.

Ketiga sahabat Adela yang melihat Adela seperti tidak punya semangat hidup mengehela nafas kasar. Mereka sudah tahu apa permasalahan sahabatnya yang satu ini tapi mereka juga tidak bisa apa-apa karena Adela yang terus mengelak bahwa ia tidak punya perasaan pada Fikar dan terus menolak meminta maaf duluan pada Fikar.

"Mau sampai kapan lo kayak gini Del?"

"Gak tahu," Jawabnya.

Malika memutar bola mata malas. "Kalau suka langsung bilang aja kali, gak usah sok bilang ga---"

"Gue gak suka sama Fikar." Tekannya di setiap kalimat.

"Malah nyangkal lagi. Terserah lo aja deh, pusing gue sama alur percintaan lo. Gengsian mulu sih. Kalau da yang tikung baru nyadar lo."

"Cerewet banget sih, mending lo diam aja."

Vanya memberi instruksi pada Malika agar diam saja. Mau di jelaskan bagaimana pun, Adela tidak akan mengerti. Toh gengsi gadis itu sangat ketinggian sehingga akan sangat sulit bisa memberi pencerahan pada gadis bermulut pedas itu.

•••
Hari ini kelas IPA 2 sedang mengikuti kelas olahraga. Para laki-laki sibuk mengganti baju mereka di kelas sedangkan para perempuan ke toilet mengganti baju mereka.

Fikar yang sudah lebih dulu mengganti bajunya duduk di bangkunya dengan pikiran yang berterbangan.

"Masih galau aja lo,"Celetuk Bima memegang pundak sahabatnya

"Maklum lah, namanya juga  cinta pertama," Fahri berbicara dengan sedikit nada menggoda.

Fikar melepas tangan tangan Bima yang ada di pundaknya. "Jangan ganggu gue."

"Sensitiv banget sih, kayak orang pms Aja," Cetus Bima kesal karena sahabatnya ini terlalu larut dalam kegalauannya.

Fikar tidak menghiraukannya dan lebih memilih diam. Seharusnya kan mereka memberinya semangat, bukan malah mengejek dan menggoda dirinya.

"Masih suka sama Adela?" Tanya Alka.

Fikar mengangguk lemah, terlihat jelas jika laki-laki itu sangat pasarah pada persoalan percintaannya.

"Adela juga suka sama lo?" Tanya Alka lagi.

Fikar menghela nafas kasar. "Kalau dia suka sama gue, gue sudah pacaran sama dia kali."

"Lo sudah buktikan?"

"Buktikan maksud lo?"

"Buktikan kalau dia suka sama lo."

Fikar mengacak rambutnya frustasi karena Alka yang menambah beban pemikirannya.

"Lo ngomong yang jelas deh," Kesal Fikar.

"Maksudnya Alka itu, lo harus buktikan sendiri kalau Adela suka sama lo. Kayak gue nih misalanya. Dulu waktu masa pdkt sama Malika gue selalu bikin dia cemburu. Lo tahu sendiri cemburu itu tandanya apa."

"Tandanya apa?" Tanya Fikar dengan wajah polos.

"Cinta lah bego," Jawab Fahri ngegas.

"Eh Fahri gak usah suruh  Fikar buktikan segala kalau Adela suka sama dia deh, orang Fikar sudah mau Move On," Protes Bima karena dirinya yang paling bersemangat kalau Fikar memutuskan Move On dari Adela.

"Kan Fikar sendiri yang bilang kalau dia belum bisa Move on, jadi gue kasi saran aja, kenapa malah nyalahin gue. Lagian gak ada salahnya juga kali kalau gue kasi saran sama sahabat gue," Pungkas Fahri membela diri.

11/12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang