Fikar menatap pantulan dirinya di depan cermin, di rasa dirinya sudah tampan ia segara keluar dari kamar adiknya ingin ke kamar sebelah karena rencananya ia ingin tidur bersama Adela.
Baru saja Fikar ingin memegang Handle pintu namun sudah lebih dulu di pegang oleh seseorang dari luar dan langsung memasuki kamar adiknya.
"Ayah mau ngapain?"
"Fano sakit jadi dia tidur sama bunda kamu, jadi ayah tidur di sini deh malam ini."
Runtuh sudah rencana yang sudah ia susun dengan rapi, Fikar sudah membayangkan betapa nyamannya bermanja-manja dengan Adela di saat hujan turun, tapi angan-angannya tidak akan terjadi karena ada Reza yang kini menemaninya tidur otomatis Reza mengawasinya.
"Ayo tidur besok kamu sekolah."
"Iya ayah."
Fikar berbaring di sebelah kiri menghadap pintu sedangkan Reza tidur di sebelah kanan yang langsung menghadap tembok. Fikar kesempitan karena kasur milik Fano tidak sebesar dengan kasur miliknya.
"Geser sedikit "
Fikar bergeser sedikit dan tidak bisa bergerak sama sekali. Andai saja Fano tidak sakit dirinya sudah tidur dengan Adela di ranjang besar dan nyaman. Mengingat itu membuat Fikar kesal pada ayahnya.
"Fikar."
"Kenapa?"
"Kamu suka banget sama Adela?"
"Iya."
"Kenapa bisa suka?"
"Gak tahu, tiba-tiba aja suka sama dia," Jawab Fikar mengingat pertama kalinya ia menyadari perasaanya.
"Trus Adela gimana?"
"Adela kenapa?" Fikar balik bertanya karena bingung.
"Maksud ayah perasaan Adela gimana sekarang?"
"Ohw itu," Seru Fikar mulai mengerti. "Belum ada tanda-tanda."
"Belum ada tanda-tanda gimana?" Tanya Reza sewot pasalnya ketika ia melihat anaknya berciuman dengan Adela, gadis itu membalasnya. Tidak mungkin Adela membalasnya jika tidak ada perasaannya pada anaknya ini.
"Adela belum ada tanda-tanda suka sama Fikar."
"Aduh gini nih kalau punya anak cowok kelewatan polos. Ayah kasih tahu ya."
Fikar berbalik menghadap Reza menunggu ayahnya yang akan berbicara serius.
"Tadi ayah lihat kamu ciuman sama Adela."
Mata Fikar melotot, ia malu sekali ternyata Reza melihatnya mencium Adela waktu hujan tadi. Apa yang harus ia lakukan, ia rasanya dirinya sudah tidak memiliki urat malu.
"Ayah lihat?"
"Iyalah ayah lihat sama bunda kamu. Ternyata anak ayah pintar juga."
"Pi...pintar apa yah?"
"Pintar itu," Reza membawa kedua tangannya membentuk ciuman membuat wajah Fikar semakin memerah malu. Apalagi Hesty melihatnya, Fikar tidak tahu sehisteris apa bundanya pada saat ia melihat dirinya mencium anak gadis orang.
"Gak usah malu kali. Nih ayah kasi tahu yah, sebenarnya Adela itu sudah suka sama kamu, tapi dia belum nyadar aja sama perasaanya."
"Maksud ayah?"
"Gini loh, Adela gak mungkin balas ciuman kamu kalau dia gak punya perasaan yang sama pada kamu."
Fikar berfikir keras karena setiap ia mencium Adela gadis itu selalu membalasnya. Artinya perempuan itu juga menyukainya. Fikar bangun dari tidurnya karena pikirannya terbuka atas perkataan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Novela JuvenilKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...