Seatap ✓

35 5 0
                                    

Fikar perlahan mengurai pelukannya kemudian menatap Adela dengan jarak dekat yang seperti biasanya mampu membuat gadis itu tidak bisa berlama-lama balas menatap laki-laki di hadapannya ini.

Fikar menarik sudut bibirnya karena melihat Adela yang membuang wajahnya. Fikar tidak tahu arti dari respon perempuan di hadapannya ini, apakah memang gadis itu tidak sudi melihatnya ataukah gadis itu salah tingkah karenanya.

"Del," Panggilnya.

"Hm," Adela balas dengan deheman tapi sama sekali tidak menatap Fikar.

Akhirnya Fikar menjauhkan dirinya dari Adela karena tidak ingin membuat perempuan itu menjadi tidak nyaman.

"Jangan jauhin gue ya," Pintanya sedikit melirih karena mengingat permasalahan yang ia sembunyikan pada Adela.

Adela mengerutkan dahinya mendengar perkataan Fikar yang membingungkan baginya. "Maksud lo?"

"Jangan pernah jauhin gue, itu permintaan gue."

"Maksud lo apa sih? Datang-datang ngomong gak jelas," Omel Adela karena sama sekali tidak mengerti.

"Maksud gue itu, jangan jauhin gue."

Adela mendengus kesal lantaran Fikar yang memberinya alasan tidak jelas.
"Jauhin gimana? Aneh banget lo."

Fikar terkekeh pelan melihat wajah memerah Adela. "Intinya jangan pernah jauhin gue."

"Kalau gue jauhin lo gimana?"

Fikar meluruhkan senyumnya dan langsung memegang kedua bahu Adela dengan sorot mata sedikit tajam.

"Jangan harap lo bisa tenang."

Adela tidak tahu jika respon Fikar seperti ini padahal dirinya hanya bercanda dan tidak ada maksud lain, akan tetapi cowok itu salah menangkap ucapannya.

"Lo sebenarnya kenapa sih? Lo aneh banget, sumpah. Gue cuma bercanda dan lo terlalu baperan nangkap ucapan gue," Hardik Adela karena sikap Fikar yang berbeda kali ini.

"Gue terlalu baperan lo bilang? " Fikar menatap tajam Adela lalu tertawa jahat mengangguk-anggukan kepalanya. "Iya gue baperan dan semua ini karena lo!" Teriak Fikar dan langsung meremas rambutnya frustasi.

Untuk pertama kalinya Fikar membentaknya. Adela tentu sakit hati mendengarnya namun dirinya sadar kalau dia bukan siapa-siapa cowok itu dan tidak sepantasnya ia merasakan hal ini.

"Del, maafin gue. Gue terbawa emosi tadi," Kini suara Fikar seperti semula lagi. Ia memegang tangan Adela menatap perempuan itu dengan rasa bersalah.

"Gak papa kok, kayaknya memang gue yang salah tadi," Ucap Adela pura-pura baik-baik saja padahal dirinya sakit hati mendengar bentakan Fikar.

"Enggak Del, enggak," Bantah Fikar dengan cepat. "Gue yang salah bukan lo."

"Gue yang salah karena buat lo emosi."

"Enggak Del, ini salah gue. Berhenti salahin diri lo," ucapnya diakhiri dengan perintah yang tak terbantahkan.

"Kenapa kalau gue salahin diri gue?"

"Gue gak suka, gue gak suka lo salahin diri lo."

Adela tidak boleh mengambil hati perkataan Fikar. Ia sadar Fikar terlampau jauh untuk bisa di gapai dengan dirinya yang serba kekurangan. 11/12 hanya julukan dari tanggal ulang tahunnya, bukan 11/12 dalam artian ia dan Fikar sama. Dirinya sangat berbeda jauh dengan laki-laki itu dan dirinya tidak boleh terbawa suasana seperti ini.

Fikar menatap Adela dengan alis mengerut karena gadis itu yang menarik tangannya, bahkan membuang muka seperti biasanya.

Segitu tidak inginnyakah Adela, hingga perempuan itu selalu membuang muka padanya

11/12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang