Hadiah Dari Adela ✓

475 54 6
                                    

Fikar terus menatap perempuan yang tengah sibuk berolahraga bersama saudaranya. Sedangkan di lain sisi Kakek Adam, Nenek Alya, dan yang lainnya sibuk berbincang-bincang, kecuali Sintia yang kini pergi mengurus toko emasnya namun ia masih sempat berolahraga beberapa menit yang lalu.

"Abang kenapa senyum-senyum sendiri?"

Fikar menoleh pada bocah yang kedua tangannya sedang memegang lompat tali.

"Gak ada kok."

Fano tidak lagi bertanya dan memilih kembali melanjutkan olahraganya.

Fikar terkekeh pelan melihat wajah di tekuk Adela karena di jahili oleh Dean.

"Sekarang gantian Adela yang Sit Up, kita lihat nanti siapa yang jadi pemenang rekor terbanyak."

Dean tersenyum mengejek. "Palingan juga sampai 5 sudah teler."

"Enak aja, walaupun Adela cewek, kekuatan Adela itu kayak laki-laki."

"Kita lihat aja nanti."

Adela mulai memposisikan dirinya tidur terlentang lalu menekuk lututnya. Sedangkan Dean menahan kedua kaki Adela agar tidak bergerak.

"Bang kita pindah aja deh disini, muka Adela langsung kena sinar matahari."

"Abang malas berdiri, tutup mata aja."

Adela menutup matanya dan mulai mengangkat badannya ke atas ke arah lutut sambil menghembuskan nafas.

Dean tersenyum jahil lalu memanggil Fikar yang sedang menonton dari jauh lewat kepalanya.

Fikar menggeleng pelan setelah dirinya sudah berada di dekat Adela dan Dean. Sedangkan Adela sibuk menghitung dengan mata yang masih terpejam.

Dean tersenyum menang lalu berlari dari sana karena dirinya sudah di gantikan dengan Fikar.

"Sembi....lan."

Fikar meneguk ludahnya kasar karena posisi mereka yang amat sangat Dekat dengan kedua hidung mereka yang bersentuhan.

Kakek Alya dan Nenek Alya menganga melihat kejadian tak terduga di sana.

"Foto ma, foto ma," Seru Hesty mengingatkan Nenek Alya.

Adela masih memejamkan matanya, berfikir keras siapa Pemilik hidung mancung yang hingga sampai menabrak hidungnya. Dean? Adela jelas tahu bagaimana hidung saudaranya itu dan tidak mungkin juga saudaranya itu memiliki hidung semancung itu.

Perlahan matanya terbuka dan langsung di suguhi pemandangan mata cokelat terang milik Fikar. Ia seketika gugup dan langsung memisahkan diri.

"Lo kok di sini?" Tanya Adela setengah gugup.

"Bang Dean ke kamar mandi dia nyuruh gue gantiin dia."

Adela tidak membalasnya entah mengapa bibirnya seketika bungkam padahal biasanya dia teramat sangat mudah membalas perkataan Fikar.

"Sembilan," ucap Fikar mengulang hitungan Adela.

"Gue capek."

Dua kata bodoh itulah yang mampu Adela keluarkan, dia juga bingung pada dirinya padahal itu hanyalah sentuhan tidak sengaja tetapi mampu menggetarkan hatinya.

Fikar tersenyum tipis di tempatnya setelah Adela beranjak dari sana. Ini pendekatan yang bagus menurut buku yang ia baca. Kata buku mengenai Cinta yang ia baca, ketika seorang perempuan merasa gugup itu tandanya orang tersebut mulai menunjukkan rasa ketertarikan, karena berawal dari gugup yang di iringi jantung yang berdebar mengartikan benih-benih cinta mulai muncul jika tanda-tanda itu menunjukkan pada perempuan itu.

11/12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang