"Heh lo siapa sih?. Kok cantik banget,"
"ya gue Adela Khaera,"
Adela terkikik sendiri di kamarnya karena memuji dirinya sendiri di depan cermin.
"Gue kok cantik banget sih. Sumpah,gue kayak Jisoo blackpink versi indonesia,"
Adela bergaya-gaya sendiri seperti model di depan cermin, memperlihatkan betapa mempesona dirinya.
"Pantas si mikoi gak bisa move on sama gue,orang gue cantiknya paripurnama banget,"
"DEK,JANGAN LAMA!" Teriak Dean
"IYA TUNGGU!"
Jika bukan permintaan Herman tadi malam Adela mana mungkin berada di meja makan pagi ini. Adela tentu saja tidak bisa melihat papanya memasang wajah memelas malam itu. Bagi Adela hanya Herman dan Dean yang selalu membuat hari-harinya menjadi seceria mungkin.
Adela sama sekali tidak membenci Dean hanya karena Dean yang selalu mendapatlam perhatian lebih dari Sintia di banding dirinya.
Bagi Adela,Dean sama sekali tidak bersalah dan yang patut di salahkan yaitu kelakuan Sintia yang entah mengapa seperti menyimpan ketidaksukaan pada Adela anak kandungnya sendiri.
"Dek rok kamu apa gak kependekan?" Tanya Dean melihat rok Adela yang beda dengan rok yang biasa Adela pakai.
"Gak kok bang. Ini rok Adela waktu kelas X,gimana?. Style Adela baguskan?. Sudah kayak seragam korea-korea kan?" Tanya Adela bertubi-tubi.
Dean menggaruk kepalanya yang tidak gatal " Bagus sih. Tapi kependekan. Yang kemarin malahan lebih bagus loh,"
"Ish abang memang norak. Sekarang kan lagi jaman-jamannya pake rok sampe kayak gini," hardik Adela.
"Emang kamu di bolehin pake rok sampai tingginya kayak gitu?" Tanya Herman.
"Gak tahu sih. Tapi kalau gurunya marah,kan Adela bisa marahin balik," tandas Adela menyengir lebar.
"Gak baik kayak gitu. Itu namanya gak sopan" sahut Sintia yang baru datang membawa lauk di tangannya.
Herman dan Dean menatap Sintia,dapat Herman dan Dean tebak kesalahpahaman mungkin akan terjadi lagi,padahal perkataan Adela sebenarnya hanya bercandaan menurut meraka tetapi Sintia tidak memahaminya sama sekali.
"Adela kan cuman bercanda ma," timpal Dean sengaja mencairkan suasana.
"Iya mama tahu. Tapi kan itu sama aja gak sopan nak. Nanti orang-orang berfikirnya kamu perempuan gak berpendidik,kan keluarga kita yang kena .Jadi mama harap kamu gak boleh lakuin itu ya nak," ucap Sintia yang entah mengapa seperti hinaan bagi Adela.
"Ma!" tegur Herman.
Adela memegang sendok di tangannya sampai kuku-kukunya terlihat memutih,menahan emosi yang entah kapan saja akan meledak.
"Dek ayo berangkat. Nanti kita terlambat lagi," ajak Dean padahal makanan Dean masih tersisa banyak lagi, tetapi Dean lebih memilih mengajak Adela pergi lebih awal agar pertengkaran di meja makan tidak terjadi .
"Bang makanan kamu kan belum habis. Habisin dulu,jangan mubazir," ucap Sintia memberitahu.
Jika lebih memilih mengisi perutnya yang masih lapar atau menghindari pertengkaran di meja makan,maka Dean akan lebih memilih menghindar ketimbang mengisi perutnya.
"Dean sudah kenyang ma," jawab dean langsung menarik tangan adiknya.
Herman menatap istrinya yang terlihat tidak merasa bersalah sekalipun. Inilah sifat yang amat tidak di sukai Herman. Istrinya selalu tidak bisa mengontrol ucapannya dan sama sekali tidak merasa bersalah setelah mengeluarkan perkataan pedasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Teen FictionKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...