Fikar menatap Adela dengan tatapan berharap, dirinya ingin sekali berbicara empat mata dengan Adela. Fikar ingin tahu apa penyebab Adela berubah seperti ini padanya.
"Oke, tapi ada syaratnya."
"Syarat apa?"
"Ambil makanan gue di mobil dalam waktu tiga menit."
Fikar melongo karena mana mungkin ia bisa kembali dalam 3 menit. Syarat yang di ajukan gadis di hadapannya ini mana mungkin bisa ia selesaikan dalam waktu yang di tentukan.
"Adela, jangan gila kamu. Mana mungkin Fikar bisa kembali dalam tiga menit, jangan ngada-ngada kamu ya," Hardik Dean.
"Kalau gak mau ya udah."
Fikar menarik nafas dalam-dalam, jika syarat yang di ajukan Adela bisa membuat dirinya berbicara dengan perempuan ini, maka Fikar harus menyanggupinya.
"Gue bisa."
"Oke."
"Fikar jangan, lo gak usah ngomong sama Adela kalau gini caranya."
"Gue bisa bang."
Fikar melempar tatapan meyakinkan pada Dean yang terlihat khwatir
padanya. Dirinya pasti bisa menyelesaikan tantangan ini, setidaknya ia mencobanya lebih dulu."Di mulai dari sekarang."
"Hati-hati Kar."
Fikar berlari menuruni tangga dengan cepat sesekali ia menatap jam tangannya melihat sisa waktu yang ia miliki. Namun karena terlalu fokus melihat jam tangannya, Fikar oleng hingga terjatuh.
"Fikar!" Pekik Dean dan Adela.
Dean dan Adela menuruni tangga dengan cepat, sedangkan di bawah Fikar sudah bersimbah darah.
"Fikar," Panggil Dean mengangkat kepala Fikar.
"Del...gue gagal," Ujar Fikar terbata-bata.
Dean tidak menghiraukan ucapan Fikar karena langsung menggendong cowok itu berlari keluar.
Adela masih bergeming di tempatnya. Kejadian tadi mengguncang dirinya. Kata andai terus berputar di kepalanya.
Adela meremas rambutnya dengan mata berkaca-kaca. Andai ia tidak memberi tantangan pada Fikar pasti cowok itu tidak akan terjatuh seperti tadi.
"Fikar hiks."
Adela luruh ke lantai dengan perasaan menyesal. Ini salahnya, karena terlalu egois pada Fikar. Ini salahnya karena terlalu kekanakan marah tidak jelas hanya karena omongan yang sempat ia dengar. Ini salahnya karena telah menuruti keinginan Hesty menjauhi Fikar. Semua salahnya.
"Nak kamu kenapa?"
Adela mengangkat wajahnya yang sembab. Ia langsung menghamburkan ke pelukan mamanya.
"Fikar ma, Fikar,"
"Fikar kenapa? Tadi Dean gak jawab pertanyaan mama, Dean cuma nyuruh mama panggil Bunda sama ayahnya Fikar doang."
"Fikar jatuh dari tangga."
"Apa?!"
•••
Hesty terus menangis di pelukan suaminya. Ia tidak sempat mengganti pakaian yang ia pakai di dapur tadi karena sudah syok akan informasi yang ia dengar.Reza mengelus bahu istrinya, mencoba menenangkan istrinya yang sudah membahasi bajunya karena terus menangis. Mereka berdua menunggu dokter yang memeriksa Fikar keluar.
"Ayah, anak kita baik-baik aja kan?"
"Fikar pasti baik-baik aja."
"Dean gimana ceritanya Fikar bisa jatuh dari tangga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Ficção AdolescenteKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...