Dean mendorong dua pemuda keluar dari rumahnya dengan perasaan kesal. Dean tak mendengarkan semua coletahan mereka yang katanya serius melamar adiknya. Yang benar saja, adiknya itu masih berumur 18 dan sudah ingin dinikahi, sangat gila.
"Bang gue serius," Ujar Fikar dengan wajah memelas.
"Gue juga serius Dean," Lanjut Regal.
"Enek aja, adek gue masih bocil, perjalanannya masih panjang, gak ada kata nikah-nikah dulu."
"Atau tunangan aja dulu bang, gimana?"
Regal mendesis sinis." Enak aja gue yang bakal jadi tunangan Adela."
"Gue yang duluan usulin ide itu," Tantang Fikar tak mau kalah.
"Gue gak perduli, pokoknya gue yang bakal jadi tunangan Adela."
"Gue," Balas Fikar tak mau kalah.
"Gue!" Pekik Regal.
"Gue!" Balas Fikar juga memekik.
Dean menutup telinganya yang berdengung. Karena tidak mau telingannya semakin sakit, Dean memutuskan meninggalkan dua laki-laki yang sibuk beradu argumen.
Fikar dan Regal yang mendengar suara pintu tertutup lantas berhenti berdebat.
"Bang Dean buka!"
"Dean buka!"
•••
Adela baru saja di kagetkan dengan kedatangan dua laki-laki yang tidak ingin ia lihat akhir-akhir ini. Ini masih pagi-pagi sekali tapi dua laki-laki ini sudah berdiri di depan pintunya memperlihatkan senyum paling manisnya.
"Halo Del," Sapa Fikar lebih dulu.
"Halo juga Del," Sapa Regal.
Dengan kikuk Adela mengangkat tangannya balas menyapa mereka.
"Hai," Adela menatap mereka dengan wajah terheran-heran. "Kalian ngapain di sini?"
"Mau olahraga bareng," Jawab Regal dan Fikar bersama, setelah itu mereka saling tatap dengan memasang tampang menjijikkannya.
Adela mengangguk-anggukan kepalanya mengerti." Kapan kalian datang?"
"Waktu subuh," Jawab mereka bersamaan lagi.
"Apa, kok cepat banget!" Kaget Adela.
"Lebih cepat lebih baik Del, nanti Kedulan sama si ulat bulu hahaha," Fikar melirik Regal yang memberinya tatapan protes.
"Kalau gue cepat-cepat kesini karena gak mau si tetangga sok kegantengan lo ini cari kesempatan sama lo," Balas Regal.
Adela mengerutkan alisnya berpikir.
" Kalian lagi berantem?"Regal dan Fikar saling tatap kemudian saling merangkul bahu masing-masing.
"Hahaha enggak kok Del, kalau laki-laki bercandanya emang gitu, kita ma best friend apalagi dia kan ketos, jadi haruslah gue sama dia ini dekat, iya gak ketos sok cakep?"
Fikar meremas bahu Regal dengan gemas lalu mengangguk setuju. "Benar banget yang di bilang si ulat bulu," Tekan Fikar di kata Ulat bulu.
"Ohw yaudah yuk kita ke taman," Ajak Adela akhirnya.
Regal dan Fikar berlari bersihan di belakang Adela. Sepanjang mereka berlari, mereka tak berhenti berdebat hingga berujung saling mendorong bahu.
"Orang tuanya Adela itu sudah restuin gue," Celetuk Fikar walau kenyataanya yang ia katakan adalah bohong.
"Gue gak percaya."
"Tanya aja sama Bang Dean."
"Lo jangan PD banget deh. Dari gelagatnya Adela aja gue sudah tahu kalau dia suka sama gue dari dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Teen FictionKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...