His eyes ✓

64 1 0
                                    

Melihat Fano yang keluar dari kamar Adela Dean, Hesty, Reza, Nenek Alya dan Kakek Adam berdiri dari duduknya karena orang yang mereka tunggu-tunggu sudah keluar.

"Eh bocah gimana? Adela ada ngomong sama lo gak? " Tanya Dean.

"Enggak ada."

Mendengar jawaban dari mulut Fano mereka semua terduduk kecewa.

"Tapi Fano mau kasi tahu yang penting lo."

"Apa?" Jawab mereka bersamaan.

"Kak Del-Del lagi video call sama kakak alis tebal."

"Gak bisa di biarin, makin lama si alis ulat bulu itu makin nempel sama Adik gue." Dean bertekad tidak ingin membiarkan Adiknya lebih dekat dengan Regal.

"Ulat bulu itu yang pernah di bicarain Adela?" Tanya Reza karena seingatnya Adela pernah beberapa kali menceritakan cowok yang sedang dekat dengannya.

Dean menjentikkan jarinya. "Benar banget om, namanya Regal dia juga tamu yang di tunggu-tunggu Adela waktu pesta ulang tahun kemarin."

"Pokoknya kalian harus susun rencana, nenek gak mau Adela suka sama Ulat bulu." Tandas Nenek Alya yang di angguki semuanya.

"Terus mereka ngomong apa lagi Fano?" Tanya kakek Adam.

"Mereka janjian, katanya kalau pulang dari libulan meleka mau ketemuan."

"Gak boleh, kita harus cegah anak itu biar janjiannya gagal. "

"Benar banget Dean!" Setuju nenek Alya begitu semangat.

"Tapi kalian santai aja,"

Semua tatapan mengarah pada Hesty yang duduk dengan tenang.

"Kedekatan Anak bujang bunda gak bisa di ukur dengan kedekatan ulat bulu itu dengan Adela."

"Tapi kita harus jaga-jaga bunda." Timpal Reza.

"Kalian tenang aja, kali ini rencana kita bakal berhasil, saatnya Fikar harus melepas masa jomlohnya."


•••
Fikar terus menatap pintu kamar Adela yang belum terlihat tanda-tanda bahwa pemilik kamar itu keluar.

"Jangan di lihatin terus nanti juga keluar kok."

Fikar mengusap tengkuknya yang tidak gatal karena tertangkap basah oleh Dean.

"Maklumlah Dean namanya juga lagi jatuh cinta." Goda Hesty semakin membuat Fikar salah tingkah bahkan kuping laki-laki itu ikut memerah.

"Selamat pagi semua!"

"Baru juga di omongin." Celetuk kakek Adam terkekeh pelan.

"Wah enak-enak nih makanannya."

Adela langsung memposisikan dirinya duduk tepat di hadapan Fikar karena hanya kursi itu yang tersisa dan kalian pasti tahu itu ulah siapa.

Adela ingin mengambil nasi yang berada di depannya tetapi sendok nasi itu lebih dulu di pegang oleh Fikar.

"Biar gue yang ambilin buat lo."

Adela hanya mengangguk dan memilih mengambil lauk yang ada di meja makan.

Interaksi sederhana antara Adela Dan Fikar mampu membuat mereka yang duduk di meja makan tersenyum-senyum bahkan Hesty sampai mengigit bajunya sangking gemesnya.

Fikar mencuri-curi pandang pada cewek yang tengah serius makan dengan lahapnya. Bahkan ketika cewek itu selesai makan dan berdiri dari duduknya Fikar terus mengikuti kemana perginya cewek itu.

"Del,"

Adela berhenti namun tidak berbalik menghadap Fikar. Aneh rasanya, sejak tadi Adela bersikap dingin kepadanya.

11/12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang