Adela menatap dirinya di depan cermin dengan wajah kesal. Bagaimana tidak setelah acara ciuman tidak jelas di pesta tadi Adela terus mendapatkan ejekan dari sahabatnya. Belum lagi mantan idiotnya yang membuat ulah berteriak tidak jelas karena menyaksikan adegan ciuman Adela dan Fikar membuat Adela sangat ingin menghilang dari Bumi saat itu juga.
Bukan itu saja tamu spesial yang ia tunggu-tunggu tidak datang ke acara ulang tahunnya, padahal cowok itu sudah berjanji akan datang tetapi sampai acaranya selesai pun cowok itu sama sekali tidak memperlihatkan batang hidungnya.
"Kak Regal kok gak datang sih? Mana chat gue gak di balas lagi,"
Adela mendudukkan dirinya di ranjang berharap menanti pesannya di balasnya.
Adela pasrah dan memilih tidur karena badannya seakan remuk semua.
Tok tok
Adela membuka kembali matanya mendengar suara ketukan di pintu balkon kamarnya. Ia melirik jam yang ada di meja kecil samping ranjangnya. Jam 23.45 , itu sudah termasuk tengah malam, Adela penasaran siapa di tengah malam seperti ini mengetuk pintu balkon kamarnya.
"Siapa?" Tanya Adela was-was.
"Fikar."
Adela bernafas lega dan segera beranjak dari tempat tidurnya.
"Astagfirullah," Adela kaget karena langsung di suguhi boneka besar melebihi badannya.
"Fikar lo ngagetin gue tahu gak?"
"Del gue bisa masuk gak? Gue mau taruh boneka ini."
Adela membuka labar-lebar pintu balkon kamarnya agar Fikar dan boneka besar itu bisa masuk.
Fikar menaruh boneka Bear berwarna ungu itu di ranjang Adela sedangkan Adela syok melihat boneka besar yang kini duduk manis di kasurnya.
"Ini buat gue?"
"Iya itu buat lo, itu kado dari gue,"
"Besar banget," Ucap Adela dengan tatapan takjup.
Fikar yang melihat binar kebahagiaan di mata Adela juga ikut merasa bahagia.
Dengan kebahagiaan yang membuncah Adela melompat ke atas kasurnya dan langsung memeluk boneka besar itu.
"Lo suka?"
"Suka banget, tahu banget lo kesukaan gue."
Fikar tidak membalasnya dan memilih mendudukkan dirinya di kasur Adela dan menatap cewek itu dengan intens.
"Fikar fotoin gue dong."
Adela memberikan ponselnya pada Fikar namun Fikar lebih memilih memakai ponselnya.
"Kenapa pake hp lo?"
"Biar Nenek sama Kakek gue lihat."
"Ya udah nanti kirim ke gue ya."
Itu hanya alasan Fikar,Kakek dan Neneknya bahkan Hesty dan Reza sekalipun tidak mengetahui kado yang ia berikan pada Adela.
"Bagus banget."
Adela kembali memeluk boneka itu, ingin rasanya dirinya yang berada di boneka itu, di peluk dan di cium dengan begitu bahagianya.
Adela tersadar dan langsung menegakkan badannya.
"Oh iya, gue belum kasi lo kado, lo mau kado apa?"
"Gue gak minta apa-apa."
Adela mengerutkan dahinya." Trus lo mau apa?"
"Gue cuman pengen lo sama gue taman kayak Geng lo."
Adela menimang-nimang perkataan Fikar. Selama ia mengenal Fikar cowok itu selalu menolongnya dan perhatian padanya. Adela tahu dirinyalah yang terlalu berlebihan hanya karena Fikar yang selalu di puji-puji bahkan di bandingkan dengannya. Adela tidak salah bukan jika sekarang ia membuka hatinya untuk menerima Fikar sebagai sahabatnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Roman pour AdolescentsKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...