"selamat pagi dunia tipu-tipu," seru Adela baru saja bangun dari tidurnya.
Adela meregangkan tangannya lalu berjalan menuju cermin,seperti biasa ingin melihat wajahnya.
"Bangun tidur aja gue cantik gini. Apalagi kalau habis mandi. Kalau ginima namanya bidadari turun dari kayangan,"
Setiap akhir pekan seperti biasanya hari dimana Adela akan menjalankan kemalasannya dalam menunaikan kewajibannya untuk mandi lebih lama.
Adela hanya membasuh wajahnya dan menggosok giginya lalu menggulung rambutnya asal-asalan hingga sedikit anak rambutnya jatuh menjuntai di leher jenjangnya.
Adela memandang jam yang ada di ponselnya. Jam masih menunjukkan jam 6.30,dan adela mungkin akan berolahraga terlebih dahulu agar badanya tetap sehat.
Adela keluar dari rumahnya dan pandangannga beralih pada laki-laki yang baru saja keluar dari rumahnya juga dengan memakai hoodie hitam dan celana training selutut.
Adela berlari sedikit cepat menyamai langkah laki-laki itu. Dengan sengaja Adela menabrakkan bahunya dari belakang dengan bahu laki-laki itu.
Fikar sedikit terhempas pelan ke samping dan menatap dari belakang punggung perempuan yang mendorongnya.
Adela tetap berlari dan tidak menoleh sekalipun ke belakang. Ia tersenyum-senyum sangat ingin melihat wajah Fikar yang mengeras di penuhi emosi,karena semasa hidupnya dia tidak pernah sekalipun melihat Fikar yang memperlihatkan kemarahannya yang besar .
"Ehem"
Adela menoleh,sedikit memobola melihat Fikar yang berlari kecil di sampingnya.
"Apa?" Cetus Adela ketus.
"Gak mau minta maaf?" Ucap Fikar.
Adela memandang Fikar dengan pandangan tidak suka. "maaf untuk apa?" Adela pura-pura tidak tahu.
"Lo dorong gue,"
"Gue gak ngerasa tuh," tandas Adela cuek.
Setelah itu tidak ada lagi balasan dari Fikar membuat adela memberenggut kesal dalam hati karena di kacangi.
Adela menggigit bibir bawahnya dan sekali lagi ia mendorong Fikar dengan bahunya lalu berlari terbirit-birit seperti di kejar anjing.
Fikar berhenti berlari dan menghela nafas kasar. Bukan hanya itu, perempuan itu juga menjulurkan lidahnya setelah sedikit jauh dari Fikar,mengejeknya seolah-olah Fikar tidak bisa menangkapnya padahal bisa saja Fikar dengan mudah menangkap perempuan itu.
Di taman komplek sudah terlihat banyak orang yang berada di sana melakukan berbagai macam olahraga.
Adela menepuk dahinya. "sial gue gak bawa uang. Mana gue haus lagi," gerutu Adela.
Adela memandang dari jauh Fikar yang baru saja datang lalu memposisikan dirinya menggerakkan tubuhnya.
"Minta uang sama Fikar aja deh. Tapi....gak enak," Adela menggigit kecil kuku tangannya. Berfikir bagaimana cara meminta uang pada Fikar.
"Ehem Fikar minta uangnya dong. Ih kok gue jadi geli sendiri dengarnya. Ehm Fikar gue pinjam uang lo dong,lo kan baik. Ih iyyuu,geli banget," Adela memasang wajah ingin muntahnya.
Adela berhenti dari tindakannya dan berfikir sejenak. "Eh ngapain juga gue malu sama Fikar. Bukan gue banget,"
Adela mondar mandir tak jelas hingga dahinya terbentur oleh benda yang keras.
"Aww," Adela memegang dahinya lalu mendongak dan betapa terkejutnya karena orang itu adela Fikar yang berdiri dengan raut bingung.
"Eh..hai," Adela melambaikan tangannya seperti baru bertemu dengan Fikar padahal beberapa waktu yang lalu dirinya sengaja mendorong bahu cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Teen FictionKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...