"Bang!"
"Ya. Abang di bawah!" teriak Dean.
Adela menuruni tangga dengan pelan sambil memegang pinggang belakangnya.
"Anterin Adela,"
"Makan dulu baru abang anterin," ucap Dean di meja makan.
Adela berdecak dan mau tidak mau ia duduk di meja makan.
"Kalau masih sakit gak usah ke sekolah,"
"Adela gak papa,"
Herman menghela nafas pelan " papa antar ya?"
Adela menyelesaikan kunyahannya.
"Gak usah pa. Biar bang Dean aja yang antar," tolak Adela.
Sintia melirik suaminya dengan tatapan sayu. " Adela bawa bekal ini yang nak,"
Adela melirik sintia tetapi yang ia lakukan selanjutnya yaitu berdiri dan langsung menggendong tasnya.
"Ayo bang," desaknya sengaja ingin menghindari Sintia."Eh kok dikit banget makannya," cetus Dean.
"Ayo bang" Rengek Adela sudah berjalan lebih dulu.
Dean berdecak kesal. "Iya,iya. Abang ambil jajan dulu,"
"Dean kasi sama adik kamu ya. Papa dengar dia gak pernah ambil uang jajan dari mama kamu. Jadi bilang sama adik kamu kalau papa yang ngasi," pesannya yang di hadiahi anggukan oleh Dean.
"Iya pa. Dean pergi yaa,"
"Dean,"panggil Sintia membuat langkah Dean berhenti.
"Iya ma,"
Sintia menyodorkan bekal yang sempat di tolak oleh Adela. "Kasi bekal ini sama Adela,"
"Iya ma. Kalau gitu Fikar pergi yaa. Assalamualaikum" Fikar mencium punggung tangan Sintia dan herman lalu berlari keluar dari rumahnya karena Adela yang tidak berhenti berteriak menyoraki namanya.
"Ayo dek"
Adela menatap Dean dengan wajah di tekuk. "Bang dean ngapain aja di dalam?. Lama banget," gerutu Adela.
"Heheh sorry,abang tadi habisin makanan abang dulu,kan sayang tuh kalau gak di habisin," Dean mengacak-ngacak rambut Adela gemas membuat siempunya mendelik tajam.
"Yuk naik ke mobil sekarang,"
Dean membunyikan klakson mobilnya ketika melihat Fikar yang juga baru keluar dari rumahnya dengan motornya.
Dean mendadak merem mobilnya karena tiba-tiba mendapatkan ide cemerlang.
"Duh bang," pekik Adela kesal.
Fikar tidak menghiraukan Adela dan langsung keluar dari mobilnya dengan terbirit-birit dan mencegah f
Fikar."Ada apa bang?" Tanya Fikar.
Dean langsung memasang wajah cemasnya. "A..aduh kar,bantu gue dong. Gue lagi buru-buru ke kampus soalnya gue lupa kerja tugas gue. Gua pinjam motor lo ya,supaya gue lebih cepat ke kampus dan lo pake mobil gue aja,lo kan satu sekolah sama adek gue jadi,lo pake mobil gue ya?. Gue pake motor lo," sosor Fikar bertubi-tubi .
"Tapi bang. Adela emang mau berangkat sama gue?"
"Lo kan pernah beberapa kali berangkat bareng sama adek gue. Masa adek gue gak mau sih berangkat bareng, sama calon suaminya" celetuk Dean memelankan kata terakhirnya,takut jika harimau buasnya mendengar perkataanya.
"Eh," kaget Fikar karena perkataan Dean yang terkesan semakin menjadi-jadi menjodohkannya.
"Woi kalian ngomong apa sih. Lama banget,"
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Teen FictionKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...