BERTEMU REGAL ✓

333 40 0
                                    

Fikar turun dari panggung setelah dirinya di panggil untuk sedikit bercerita. Dirinya bernafas lega,tepat ketika Bima memberinya pertanyaan yang ia hindari,host pada acara pensi pada saat itu memanggil namanya sehingga ia tidak jadi menjawab pertanyaan Bima.

Fikar berdoa semoga Bima tidak membahas mengenai apa yang ia lihat dan berharap agar kepala Bima terbentur dan sedikit lupa ingatan dan melupakan kejadian tadi.

"Siap-siap Bim,ingat jangan gugup," Pesan Fikar menepuk bahu Bima.

"Gue makin gugup kar," ucap Bima menarik nafas dalam-dalam.

"Santai aja. Gue ke belakang dulu,"
Pamitnya meninggalkan Bima yang berdiri tidak tenang karena semakin di serang kegugupan.

Fikar menyusuri koridor mencari keberadaan Adela yang tidak ia lihat di belakang panggung setelah ia menyelesaikan pidatonya.

Tak sadar dari arah kiri ada seorang perempuan yang sedang fokus bercermin sambil berjalan memakai lipstik hingga terjadilah aksi tabrakan yang tidak terduga.

"Anjirrrrr....." Pekiknya, untung perempuan itu tidak terjatuh, melainkan hanya cermin perempuan itu saja yang terjatuh ke lantai hingga pecah.

"Adela,"

Adela mengangkat kepalanya menatap cowok yang menabraknya.

"Fikar. Ngapain lo lari-lari gak jelas. Lihat kan cermin gue pecah,"

Fikar tersenyum tidak enak. "maaf del gue gak sengaja,"

"Tauah gue kesal sama lo," Adela melangkah ingin pergi dari sana tetapi di tahan oleh Fikar.

"Apa lagi sih,"

Fikar tidak menjawab melainkan menunduk menyamakan tinggi Adela lalu menghapus lipstik yang mengenai pinggir bibir Adela karena insiden tabrakan tadi.

Adela tertegun,merasakan usapan lembut di pinggir bibirnya,di tambah aroma permen kiss di mulut Fikar membuat tubuh Adela kaku di buatnya.

Ini seperti drama Drakor yang selalu ia tonton. Dimana setelah adanya insiden tabrakan itu,si cowok langsung mencium bibir perempuan yang terdiam kaku.

Astaga!!. Apa yang di fikirkannya. Ini salah,tidak seharusnya ia memikirkan hal romantis bersama Fikar. Seharusnya yang ada di posisi Fikar itu Regal.

Adela menjauhkan kepalanya. "Eh,modus lo,"

"E..enggak," jawab Fikar gugup.

Adela memilih tidak membalas dan kembali melangkahkan kakinya ingin pergi.

"Eh tunggu," Fikar kembali menahan
Adela membuat si empunya berbalik dengan wajah kesal.

"Apa lagiii!" Ujarnya penuh penekanan.

Fikar melepas kemeja yang membalut baju kaos hitamnya lalu memberinya pada Adela yang menautkan alisnya tidak mengerti.

"Pake ini dulu Del,buat nutupin perut lo. Kalau lo sudah mau tampil,lo lepasin kemejanya," pungkas Fikar.

"Idih gak mau," tolaknya.

"Del,bang Dean nanti mau kesini, emang lo mau kalau bang Dean lihat lo pake baju ginian?. Minimal lo tutupin aja dulu,nanti lo lepas lagi," Jelasnya membujuk gadis keras kepala  itu.

Adela berfikir sejenak. Ada benarnya juga yang di katakan Fikar. Bisa-bisa Dean lebih dulu menyuruhnya mengangganti baju sebelum dirinya tampil. Kan gak etis banget,sudah beli baju mahal-mahal gak di pake buat pamerin pada saat tampil. Kan rugi dong.

"Jadi lo pake apa?" Tanya Adela.

"Kan gue pake baju seragam panitia del." Tambah Fikar.

"Tumben lo peduli sama gue,"

11/12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang