Fikar berdiri di depan kelasnya menunggu Adela berjalan melintasi kelasnya. Ia melihat bekal yang akan ia berikan pada gadis itu, lalu kembali menatap kelas Adela.
Melihat wanita yang ditunggunya keluar kelas bersama sahabatnya, dia langsung merasa gugup. Ia teringat ucapan Reza tadi malam. Jangan gugup, itu membuat kita lebih rileks berada di dekat wanita yang kita sukai. Begitulah ucapan Reza tadi malam. Akan tetapi Fikar tidak bisa untuk gugup saat ini.
"Fikar, Alkanya ada gak?"
Fikar menghembuskan nafasnya namun jantungnya masih berlari maraton bahkan ia menatap Adela beberapa detik yang membuat perasaannya semakin tak terkendali.
"Fikar kok diam sih?"
Fikar mengerjapkan matanya tersadar dari kebodohannya.
"Dia ada di dalam kok."
"Alka sayang, Beby, Hubby, calon istri kamu yang cantik ada nih!" Teriak Vanya tidak peduli dengan teman kelas Fikar.
"Eh itu bekal buat siapa?" Tanya Malika pada Fikar.
Mereka berempat menatap Fikar menunggu jawaban atas pertanyaan Malika.
"I...ini buat, buat... Vanya."
Usai mengucapkan kata-kata itu, Fikar memejamkan mata beberapa detik sambil mengumpat mulutnya yang tidak mau bekerja sama.
"Buat gue?" Tanya Vanya menunjuk dirinya.
"Mak---"
Belum sempat Fikar menyelesaikan ucapannya suara Adela sudah memotong lebih dulu perkataanya.
"Yaiyalah Vanya, orang Fikar naksir lo."
Semua orang ternganga mendengar perkataan Adela, apalagi yang mendengarnya bukan hanya mereka berempat, tapi Alka, Bima dan Fahri juga mendengarnya di belakang mereka.
Fikar menoleh ke belakang namun ekspresinya biasa saja menatap teman-temannya, terutama Alka. Kalaupun Alka marah, atas dasar apa lelaki itu marah padanya, kecuali Alka punya hubungan dengan Vanya maka Alka bisa saja memarahinya bahkan memukulnya habis-habisan.
"Al kita ke ka---"
"Duluan aja."
"Tapi Al aku pengennya sama kamu."
Alka tidak membalas ucapannya Vanya karena ia memilih menatap Fikar yang berdiri di hadapannya dengan santai.
"Vanya, nih buat lo jangan lupa bagiin buat teman lo juga."
Sebelum mengambil bekal itu Vanya melirik Alka meminta persetujuan pada cowok itu namun seperti biasanya cowok itu tidak akan perduli dan akhirnya ia menerimanya lalu pergi dari sana karena tarikan dari Adela.
"Gue mau bicara."
Sebelum mengambil bekalnya, Vanya melirik ke arah Alka untuk meminta persetujuannya, namun seperti biasa cowok itu tak peduli dan akhirnya ia menerimanya dan pergi karena tarikan Adela.
•••
Ada yang berbeda kali ini. Keempat wanita itu makan dalam diam. Biasanya mereka makan diiringi canda dan gaduh Malika, Adela dan Vanya, namun kali ini rasanya sangat berbeda. Mungkin hanya Malika dan Tasya yang makan dengan serius sedangkan Adela dan Vanya entah apa yang ada di pikiran mereka."Kalian berdua kenapa?" Tanya Tasya hingga dua orang yang merasa dirinya di pertanyakan menatap Tasya.
"Lo nanya ke siapa?" Sahut Malika bertanya.
"Nanya ke Adela sama Vanya."
"Kirain gue."
Tasya menghembuskan nafas sabar dan kembali menatap dua orang yang jiwanya bukan ada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Teen FictionKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...