Fikar terjebak di sekumpulan ibu-ibu arisan di rumah Adela. Padahal tujuan utamanya datang kesana adalah ingin memberitahukan kabar gembira pada Dean yang mungkin sibuk bermain game di kamarnya.
"Fikar kamu tahu kan Shela?. Dia itu anak tante loh,satu sekolah sama kamu juga," Ujar ibu Marisa yang Fikar tebak ibu-ibu ini akan menjodoh-jodohkannya dengan anaknya.
Fikar hanya memaksakan senyumnya,jujur sekarang ia sangat risih berada di tengah-tengah emak-emak yang selalu ingin menjodohkannya dengan anak mereka.
Fikar mengkode bundanya lewat matanya dan bersyukur Hesty mengerti dengan kode yang di lempar Fikar.
"Ehmm bu,Fikar kayaknya ada urusan belajar sama Adela deh. Sudah dulu yaa, biarin Fikar ketemu Adela,"
"Emang Fikar gak terganggu belajar sama,ehmm maaf ya bu Sintia. Kan kita tahu sifat Adela gimana," Pungkas bu Marinka .
Sintia membalas dengan senyum paksanya,karena perkataan mereka selalu seperti ini jika berkumpul.
"Ituma ibu aja yang gak kenal Adela lebih dalam. Adela baik kok,lucu-lucu gimana gitu. Saya aja tuh bu,mau jodohin anak saya sama Adela kalau Sintia mau,"
Hesty terkekeh setelah mengatakan itu. Ibu-ibu arisan yang melihat itu hanya memaksakan senyumnya. Jika Hesty bukan ibu dari calon menantu idaman mereka,pasti mereka tidak akan diam jika mendapatkan balasan seperti itu.
"Haha anak saya pintar loh bu,cantik,kalem,kamu tahu kan Fikar?" Bu Nina meminta persetujuan pada Fikar yang wajahnya menahan kekesalan akibat orang yang ia cintai di jelekkan di depan matanya sendiri.
"Hehe iya tante,"
"Tuh kan,kata anak saya kalian dekat," tambah Bu Nina lagi.
Dekat?. Fikar tidak pernah dekat dengan tujuan hal yang tidak-tidak dengan anak bu Nina.
"Dekat?. Bahkan saya sama anak tante jarang bicara,"
Wajah Bu Nina seketika berubah menjadi masam. Hesty terkekeh sedangkan yang lain hanya bisa menahan tawanya.
"Mungkin anak ibu yang ngaku-ngaku kali. Soalnya nih,yang saya tahu Fikar bujang satu saya ini,dekat cuman satu perempuan. Siapa lagi kalau bukan Adela" Hesty tertawa keras,sama sekali tidak menyadari suasana yang melengkupi mereka.
Adela yang menapaki anak tangga memutar bola matanya malas. Adela bisa tebak ibu-ibu julit dan rempong yang ada di ruang tamunya pasti akan merendahkannya selain Hesty tentunya.
"Eh calon mantu,"
Adela melempar senyum pada Hesty. Jika bukan Hesty yang memanggilnya Adela mana sudi berdiri di ruang tamu yang penuh dengan manusia-manusia tukang gosip dan julidnya minta ampun.
"Cantik-cantik gini mau kemana?" Tanya Hesty.
"Mau keluar tante, eh bunda," jawab Adela dan sengaja menekan kata 'bunda'.
"Duh kalau anak perempuan itu kalau punya tamu gak boleh pergi-pergi,gak sopan namanya,"
Tuh kan apa yang Adela duga ternyata benar.
"Duh kalau ibu-ibu sudah berumur tua itu harusnya omongannya di jaga. Masa makin bau tanah mulutnya kayak knalpot bocor," celetuk Adela tidak tinggal diam.
"Adela," tegur Sintia penuh penekanan.
"Tuh kan bu Sintia,anak ibu harusnya di ajarin biar gak kurang ajar,"
"Yee ibu bilang saya kurang ngajar tapi situ juga kurang ngajar," balas Adela enteng.
Hesty tersenyum bangga,sangat suka dengan Adela yang mampu membuat ibu-ibu rempong di depannya ini terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Teen FictionKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...