Fikar merasa risih sendiri karena secara terus menerus di lirik oleh Nadia. Asumsinya tentang Adela yang salah bicara mengenai Nadia menjadi benar seketika. Bagaimana tidak,bukannya Fikar terlalu percaya diri tetapi semenjak dirinya menyambut teman osisnya cewek itu tidak berhenti meliriknya sama sekali.
"Nadia,kak Fikar lirik lo terus tuh," Bisik Dilla membuat Nadia menatap sahabatnya dengan tatapan memperingati,takut jika orang-orang mendengarnya.
Dilla terkekeh pelan. "Kayaknya kak Fikar terpesona deh sama lo," lanjutnya lagi kembali membuat Nadia bersemu merah.
"Muka lo merah,cyeee salting ya?" bisiknya makin meledek Nadia.
"Dilla kamu diam aja deh. Nanti kalau orang-orang dengar gimana?" sungutnya memandang sekitarnya was-was.
"Santai aja kali,kalau ada yang dengar gak papa," Balasnya Entang,Nadia hanya bisa bernafas sabar menghadapi sifat sahabatnya.
"FIKAR!!!"
Beberapa orang menoleh pada sumber suara itu. Adela yang di tatap tidak peduli,kakinya sudah sangat pegal karena dirinya memakai high heels setinggi 5 cm.
"Ada apa del?"
"Gue capek tahu gak cariin lo," Dengusnya sebal. "Nenek gaul sama Kakek gaul nyuruh kita berdua Foto. Kalau bukan permintaan dia,mana mau gue cariin lo," gerutunya dengan nafas naik turun.
"Santai kali," celetuk Bima. Adela menatap Bima dengan tajam,karena cowok itu makin membuat moodnya berantakan.
"Santai pantatmu. Nih kaki gue pegal cari nih anak," Tunjuknya pada Fikar. Fikar masih bergeming menikmati wajah lucu Adela.
"Diam lagi. Ayo..."
Fikar mengerjapkan matanya tersadar dari keterdiamannya.
"Eh lo berdua datang juga ternyata," Adela menatap Nadia dan Dilla dengan tatapan menilai.
"I...iya kak," jawab Nadia gugup
Adela tersenyum jahil karena otaknya langsung mendapatkan ide yang membuat dua perempuan yang paling Adela tidak sukai akan malu. Lihat saja.
"Kar cantikan gue apa dia?" Fikar menelan ludahnya susah payah karena pertanyaan Adela yang meminta dirinya membandingkan dirinya dan Nadia.
"Del lo kok nanya yang aneh-aneh sih,katanya di panggil nenek sama kakek Fikar,kenapa malah lo masih di sini," Cerocos Bima namun Adela sama sekali tidak peduli.
"Jawab dong Fikar," Desak Adela.
Fikar berdehem sangat mudah menjawab pertanyaan Adela namun dirinya sedikit canggung karena di sisi lain dirinya tidak mau anak osis lain berasumsi yang lain terhadap jawabannya.
"Lo cantik," Jawab Fikar. Adela tersenyum sumringah lalu memandang Nadia dengan tatapan mengejeknya.
"Oke jawabannya sudah ada sekarang kita pergi,bay selamat makan guys," Fikar memandang tangannya yang di tarik Adela membuat dirinya semakin gugup.
"Kok Fikar jawab gitu sih," cetus Bima tidak suka.
"Fikar bilang gitu bukan berarti Nadia gak cantik. Kan Adela nanya cantikan dia atau Nadia,Fikar jawabnya Adela. Jadi Nadia lo jangan salah tangkap sama jawaban Fikar,gue kenal Fikar,dia bukan orang yang seperti kalian fikir," Terang Fahri yang bergabung dengan anak osis.
"Iya kak," Balas Nadia,namun dirinya sedikit merasa sakit hati atas jawaban Fikar,entah dirinya yang berlebihan atau bagaimana,Nadia tidak tahu. Intinya dirinya merasa sakit hati atas ucapan Fikar.
•••
Adela sudah lelah bergaya memperlihatkan pose terbaiknya. Sedangkan Nenek Alya dan Kakek Adam begitu semangat menyeru seperti sedang menonton bola melihat Adela dan Fikar di foto oleh Dean.
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Ficção AdolescenteKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...