Pagi ini Fikar sengaja ke rumah Adela ingin mengajak gadis itu berangkat bersama. Ia memasuki rumah Adela dan langsung bertemu dengan Reza yang mengajak dirinya makan bersama.
"Saya gak enak om."
"Kamu kayak orang lain aja Fikar, kamu kan sering bantu Adela juga, gak usah gak enak gitu," Ujar Reza mendudukkan dirinya di kursi yang biasa ia tempati.
"Tante Sintia mana om?"
"Ada kok di dapur."
Fikar sebenarnya ingin bertanya pada Reza mengenai hubungan Adela dan Sintia, apakah ibu dan anak itu sudah berbaikan atau belum. Fikar berdehem memberanikan diri.
"Ehmm, Fikar mau tanya om."
"Tanya apa?"
"Gimana hubungan Tante Sintia sama Adela?"
"Om juga bingung sama mereka berdua, dua-duanya sama-sama keras kepala, jadi om kesusahan buat mereka baikan."
Fikar mengangguk mengerti tidak lagi bertanya, mereka berdua memilih menunggu kedatangan Adela dan Dean di meja makan.
"Eh Fikar."
Dean langsung mendudukkan dirinya di samping Fikar.
"Nungguin Adela ya?" Tebak Dean.
"Iya bang, mau ajak berangkat bareng."
"Tuh orangnya baru nongol," Dean menunjuk Adela yang sedang berhenti di anak tangga, gadis itu tengah menatap Fikar yang duduk di meja makan.
Adela mendudukkan dirinya tepat di samping Fikar karena hanya kursi itu yang tersisa.
"Ini siapa yang masak?" Tanya Adela.
"Yang masak mama sama bi Inah nak," Jawab Reza sedikit pelan karena ia sangat tahu bagaimana Adela jika masakan yang di masak mamanya.
"Adela gak mau makan."
"Kenapa?" Tanya Sintia yang baru keluar dari dapur.
"Mama pikir aja sendiri," Sarkas Adela.
"Nak kamu gak boleh ngomong gitu sama mama kamu," Tegur Reza pada anaknya.
"Mama? Kalau dia mama aku dia gak mungkin mau celakain aku!"
"Dek, mama sudah minta maaf sama kamu, jangan bikin masalah semakin runyam."
"Abang enak ngomongnya gitu karena gak ngerasain posisi Adela. Kenapa kalian mempermasalahkan Adela yang gak mau maafin dia," Tunjuk Adela pada Sintia yang berdiri dengan diam.
"Dia mama kita Dek," Tegur Dean lagi.
"Dia cuma mama abang aja, aku gak punya mama!"
"Adela!" Bentak Dean menatap tajam adiknya. Fikar berdiri dari duduknya dan menenangkan Fikar.
"Kenapa? Abang mau marahin Adela? Ayo marahin aja, kalau bisa abang celakain Adela kayak dia," Tunjuk Adela lagi pada Sintia yang matanya sudah berkaca-kaca.
"Adela!"
Dean sudah melangkah ingin menuju Adela tapi di tahan oleh Fikar.
"Jangan bang, dia adik abang."
"Dia keterlaluan Fikar, dia gak punya sopan santun."
"Iya Adela memang gak punya sopan santun."
Setelah mengatakan itu Adela pergi dari sana bahkan gadis itu sempat memecahkan guci kesayangan Sintia membuat semuanya tercengeng melihatnya.
"Fikar tolong tenangkan Adela ya."
"Iya om."
Fikar berlari keluar mengikuti Adela. Masalah ini di luar dugaannya, apalagi melihat Dean yang membentak Adela membuat Fikar takut jika emosi Dean tidak bisa di kendalikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Teen FictionKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...