Fikar memasuki rumahnya dan yang pertama kali ia lihat adalah Fano dan Hesty sedang duduk cemberut di ruang keluarga, mungkin mereka sudah tahu kalau Adela akan kembali kerumahnya jadi wajah mereka berdua seperti itu.
Fikar sama sekali tidak sedih karena dirinya sudah punya rencana yang mungkin akan membuat Adela kesal. Lihat saja nanti.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsakam."
"Kalian kenapa?"
"Abang kak Del-Del mau balik."
"Bagus dong jadi abang bisa tidur di kamar abang la---aduh."
Fikar mengelus bahunya karena mendapatkan pukulan keras dari Hesty.
"Sakit bun."
"Kamu juga kenapa ngomong gitu, bukannya sedih malah senang."
"Ya Fikar senang karena Fikar bisa nempatin kamar Fikar lagi."
"Benar-benar kamu ya, Adela itu calon istri kamu, harusnya kamu bujuk dia buat gak pergi," Omel Hesty.
"Gak ah, biarin ajalah dia pergi."
Fikar pergi dari sana namun langkahnya terhenti dengan suara Hesty.
"Abang bawa apa?"
Fikar melirik kantong besar yang ada di tangannya, ia tersenyum penuh arti lalu berbalik badan pada bundanya.
"Oleh-oleh buat Adela kan dia mau pergi."
"Fikar!"
•••
Adela membuang wajah sedihnya agar Hesty dan Fano tidak menangis melihatnya. Setelah mandi tadi Adela memberitahukan pada Hesty kalau ia akan kembali kerumahnya membuat Hesty menangis histeris. Adela tentu ikut menangis karena juga sedih akan berpisah dengan Hesty, walaupun rumah mereka berdekatan tapi Hesty ingin selalu melihat Adela di dalam rumahnya.
Adela berhenti di pertengahan jalan turun dari tangga karena mendengar namanya di sebut-sebut. Ia mendengus mendengar Fikar yang mengatakan senang dirinya pergi dari sini, bahkan cowok itu sempat-sempatnya membelikan oleh-oleh untuknya padahal suasananya lagi sedih-sedih.
Merasa Fikar berjalan mendekat Adela menaiki tangga dengan cepat lalu memasuki kamar Fikar.
"Benar-benar tuh cowok," Dengusnya bersandar pada pintu.
Gagang pintu itu bergoyang membuat Adela panik seketika, akhirnya Adela berlari memasuki kamar mandi karena tidak ingin bertemu dengan Fikar yang akan memberinya oleh-oleh, bisa-bisa dirinya akan menangis di depan cowok itu kalau secara langsung cowok itu memberinya oleh-oleh.
Adela menguping di pintu kamar mandi, terdengar grasak-grusuk di luar sana setelah itu terdengar langkah kaki yang mendekat. Adela lantas menyalakan shower agar Fikar mengira dirinya sedang mandi.
"Del!"
"Hem?"
"Gue bawain lo oleh-oleh buat di bawa pulang kerumah lo."
Adela mendegus sebal karena dari nada cowok itu tidak ada sama sekali sedih-sedihnya. Cowok itu memang ingin membuat Adela pergi di sini.
"Iya makasih," Jawab Adela tak santai.
Mendengar suara pintu di tutup Adela segera keluar dari kamar mandi.
"Gila tuh cowok, tega banget sama gue sampai-sampai bawa makanan banyak kayak gini."
Cowok itu benar-benar membawakan Adela dengan berbagai macam makanan. Adela mana bisa menghabiskan banyak makanan seperti ini, tapi tak apalah, ada Dean dan papanya yang siap membantunya memakan makanan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Teen FictionKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...