Setelah meregangkan ototnya, anak laki-laki yang mengenakan almamater OSIS itu merapikan berkas-berkas yang ada di meja di depannya.
Bocah itu menghela nafas lelah melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 17.15, itu artinya dia sudah lama berkutat di meja dan dia baru menyadarinya.
Ia melihat di ruang OSIS masih tersisa beberapa anggota OSIS yang juga menjalankan tugasnya dengan serius.
"Kalian gak pulang?"
Mereka yang sibuk pada tugasnya mendongak dengan mata yang terlihat lelah.
"Tugas gue belum selesai," kata Fiyah karena menduduki posisi asisten sekretaris.
"Kalian bisa lanjut besok, sekarang kalian pulang dan istirahat."
Mereka mengikuti perintah ketua OSIS karena beberapa dari mereka sudah ditelfon oleh orang tuanya.
Fikar berjalan menuju parkiran namun merasa diikuti. Dia berhenti lalu melihat ke belakang.
"Keluar, gue tahu lo ngikutin gue."
Belum ada tanda-tanda orang yang mengikuti Fikar keluar dari persembunyiannya. Akhirnya Fikar sendiri mendekat dan sedikit terkejut melihat siapa yang mengikutinya.
"Ngapain ngikutin gue?"
Gadis itu menunduk memainkan jari-jarinya. Ia takut pria di depannya akan marah karena berani mengikutinya.
"Kenapa diam?''
Gadis itu menelan ludahnya dengan susah payah lalu mendongak perlahan.
"Maaf kak." Cicitnya pelan.
Fikar menghela nafas panjang, ia sudah cukup yakin dengan pemikirannya selama ini dan beberapa mahasiswa OSIS juga pernah menggosipkan hal serupa. Awalnya Fikar tidak percaya, namun semakin lama semakin nampak kebenarannya.
"Lo anak osis kan?"
Pertanyaannya langsung di angguki gadis itu.
"Lo tahu kan peraturannya?" Pertanyaan Fikar dibalas dengan anggukan kedua oleh gadis itu.
"Apa peraturannya?"
"Anak osis harus rapi, disiplin, menjaga nama baik osis, bertanggung jawab dan melaksanakan 7 K yaitu Kebersihan, Keindahan, Keamanan, Ketertiban, Kerindangan, Kekeluargaan,Kesehatan dan......tidak boleh pacaran sesama organisasi."
Fikar tersenyum tipis ia berfikir untuk menuntaskan lebih dulu permasalahan ini.
"Gue hargain perasaan lo."
Nadia melotot, jantungnya berdebar begitu kencang. Nadia semakin takut karena Fikar sudah mengetahui perasaannya. Ekspresi khawatir terlihat jelas di wajah Nadia dan Fikar peka dengan kondisi gadis di hadapannya.
"Lo jangan khawatir, gue gak akan keluarin lo di osis kok. Gue cuma mau bilang, jangan suka sama gue karena kita disatu organisasi yang sama."
Nadia menggigit bibir bawahnya. Apakah dia baru saja dilarang menyukai laki-laki itu? Ataukah ini hanya alasan karena Fikar tidak menyukainya?
"Gue gak punya hak larang lo suka sama gue tapi, kita di satu organisasi yang sama. Tidak etis kalau orang tahu kita pacaran sedangkan mereka tahu bagaimana organisasi kita. Jangan masuk osis hanya karena lo suka sama gue. Tapi lo masuk osis itu dari niat hati lo yang pengen kenal yang namanya kekeluargaan, kedisiplinan, tanggung jawab, dan kerja sama."
Fikar memberikan senyum paling tulusnya pada Nadia. "Gue harap lo bisa mengerti perkataan gue dan jangan pernah berharap sama gue."
"Karena gue sudah suka sama seseorang."
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Teen FictionKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...