Fikar baru saja keluar dari ruangan BK yang terletak di lantai dua. Dirinya beberapa kali menyapa guru yang berpapasan dengannya di jalan hingga dari kejauhan ia sepertinya mengenali badan perempuan yang berjalan tergesa-gesa dari belakang.
Ia mengikuti perempuan itu dan seketika ia langsung berlari mengejar perempuan yang tak lain Adela. Ketika ia tahu dari seberang lantai dua pak Safar selaku guru bagian kesiswaan mengejar Adela yang sedang berkeliaran di jam pembelajaran.
Di tutupnya langsung mulut Adela dari belakang dan membawanya bersembunyi di ruangan penyimpanan tempat kebersihan yang sempit.
Tubuh mereka berdua sangat dekat karena banyaknya alat kebersihan yang ada di sana. Fikar yang sibuk mengintip di luar mengalihkan tatapannya pada perempuan yang berada di jarak sedekat dengannya.
Di tatapnya perempuan itu yang kini melepas tangan Fikar yang ada di mulutnya. Tahu kalau perempuan itu akan mengomelinya Fikar segera menutup kembali mulut Adela karena pak Safar masih berdiri di sana dengan raut kebingungan mencari Adela yang tiba-tiba menghilang.
"Hust."
Fikar tidak sadar kalau perempuan itu kini menatapnya dengan intens, karena dirinya yang sibuk mengintip di balik pintu yang sedikit terbuka. Ia bernafas lega karena akhirnya pak Safar sudah pergi dari sana.
Ia kembali menatap Adela ingin mengajaknya keluar dari ruangan yang sempit dan pengap ini, namun Fikar urungkan ketika perempuan itu menatapnya dengan intens. Fikar lantas melepas bekapannya pada mulut Adela dan balas menatap perempuan yang selalu memporak-porandakan jantungnya.
"Kenapa keluar?" Akhirnya pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya menghindari keadaan yang menegangkan.
"Gu...gue,"
Fikar mengerutkan dahinya karena perempuan itu sepertinya ingin mengatakan sesuatu padanya namun ada keraguan dan rasa takut yang terselip di dalamnya.
"Gue, mau minta maaf sama lo."
Dirinya melongo tak percaya mendengar kata yang keluar dari mulut perempuan yang meminta maaf padanya. Ini kali keduanya perempuan itu meminta maaf padanya dan ini kali pertama ia mendapatkan permintaan maaf secara langsung dari Adela. Sangat mustahil untuk seorang perempuan keras kepala seperti Adela namun kemustahilan itu sekarang terjadi.
Fikar tidak menjawab, ia masih menunggu Adela melanjutkan perkataanya.
"Gue punya alasan sendiri kenapa gue gak mau dekat sama lo."
"Apa?"
Dengan cepat Fikar bertanya balik pada Adela karena dirinya sudah begitu tidak sabar mendengar alasan Adela yang selalu ia tunggu-tunggu selama ini.
"Lo itu pintar sedangkan gue? Lo ketua osis, kebanggan sekolah, banyak perempuan yang bakalan gak suka kalau lihat gue dekat sama lo jadi gue mikir lebih baik kita gak dekat di sekolah soalnya gue gak mau nama lo terc---"
Cup
Fikar sudah tidak bisa menahannya lagi, karena mendengar perkataan awal wanita itu, ia sudah bisa menyimpulkan alasan Adela dan semakin benci saat mendengar Adela meremehkan dirinya sendiri untuk pertama kalinya.
Ia melihat mata Adela seakan ingin keluar dari rongganya setelah ia memberikan ciuman panjang di bibir Adela. Hingga setelah itu wanita tersebut tak sadarkan diri sehingga membuat Fikar langsung panik.
•••
Fikar mondar-mandir di ruang kesehatan memikirkan kebodohannya beberapa saat yang lalu. Sebenarnya hal itu bukan sepenuhnya kemauannya, tapi ini karena rencana Reza tadi malam yang menyuruhnya untuk lebih agresif terhadap Adela agar Adela menjadi sensitif dan bergantung padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Teen FictionKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...