Johnny berbaring di lantai dingin dengan napas yang berat. Pikirannya terus memutar skenario terburuk. Yuta menghilang. Ara dan Alceena tidak sadarkan diri. Dan mereka terjebak di ruangan ini. Perasaan panik mulai menjalari tubuhnya, tetapi Johnny tahu dia tidak boleh tenggelam dalam kepanikan.
"Tenang, Johnny. Pikir," gumamnya pada diri sendiri.
Dia menarik napas panjang lalu kembali duduk bersandar pada rak buku di belakangnya. Matanya menelusuri ruangan yang kini terasa begitu sunyi. Cahaya redup dari lampu tua di langit-langit hanya memperjelas fakta bahwa mereka terperangkap di tempat asing ini.
Johnny kembali memandangi Alceena dan Ara yang masih terbaring tak bergerak. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. "Apa mungkin ada semacam mantra atau racun?" pikirnya. Yang jelas, mereka harus keluar dari sini—dan cepat.
Setelah mengumpulkan tenaga, Johnny kembali berdiri, meski lututnya masih terasa goyah. Dengan susah payah, ia berjalan menyusuri setiap sudut ruangan. Rak-rak buku menjulang tinggi memenuhi hampir seluruh sisi ruangan, seolah mengurung mereka. Johnny meraba-raba dinding di antara rak, berharap menemukan sesuatu—pintu rahasia, tuas, apa saja.
Namun, usahanya sia-sia. Tak ada celah ataupun jalan keluar.
"Tidak mungkin... apa-apaan tempat ini?" desisnya.
Ketika frustasi mulai menyelimuti pikirannya, sebuah suara samar-samar bergema di ruangan itu. Suara langkah kaki. Johnny membeku, matanya membelalak waspada. "Siapa itu?" tanyanya lantang, suaranya bergetar.
Tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang kembali menyergap.
Namun tiba-tiba, dari kegelapan di balik rak buku, muncul sosok yang selama ini dia panggil-panggil.
"Yuta!" Johnny hampir bersorak lega, tetapi ekspresinya segera berubah ketika melihat kondisi temannya itu. Yuta berdiri dengan kaku, matanya kosong seperti orang yang sedang berjalan dalam tidur. Kulitnya pucat pasi, dan aura gelap samar-samar menyelimutinya.
"Yuta...? Kau baik-baik saja, bro?" Johnny bertanya hati-hati.
Yuta tidak merespons. Dia hanya melangkah maju dengan perlahan, napasnya berat dan dalam. Ada sesuatu yang jelas-jelas tidak beres dengannya.
"Yuta, ini aku! Johnny! Bangun, bro! Jangan bercanda seperti ini!" Johnny mendekatkan diri, tetapi semakin dekat dia, semakin ia merasa dingin aneh menyelimuti tubuhnya.
"Yuta!" Johnny mencoba menjangkau bahu Yuta, tetapi tiba-tiba Yuta mendongak. Mata kosong itu kini berpendar merah. Johnny tersentak mundur.
"Pergilah..." suara Yuta terdengar dalam dan berat, jauh berbeda dari suara aslinya.
Johnny tercengang. "Apa? Yuta, kau ini kenapa?!"
Sebelum dia bisa bertanya lebih jauh, Yuta mengangkat tangannya. Angin berhembus kuat dari telapak tangannya, menghantam Johnny hingga terlempar ke lantai.
"Apa-apaan ini?!" Johnny berteriak, kepalanya berdenyut kesakitan.
Ketika dia mendongak lagi, Yuta sudah menghilang. Hanya suara samar yang tertinggal di ruangan itu:
"Kau tak akan bisa menyelamatkan mereka... Kau sudah terlambat."
💎💎💎💎💎💎💎
Johnny bergegas menghampiri Alceena dan Ara. Tangannya gemetar ketika memeriksa kondisi mereka. Mereka masih bernapas, tetapi Johnny tahu situasi ini semakin buruk.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN UNKNOWN
FanfictionJatuh cinta itu hal biasa. Lantas bagaimana jika orang yang kau cintai bukanlah seseorang yang kau pikirkan selama ini? Bagaimana bila seseorang yang kamu cintai mendadak memiliki rahasia tergelap? Rahasia yang jauh menembus nalar mu. Rahasia yang...