56 | 63

49 6 0
                                    

A U A | E N D


Pagi hari Raga sudah terbangun dan menatap dua perempuan yang tertidur disamping brankarnya.

"Kenapa Jiwa sama Mama bisa mirip ya?" gumam Raga lalu tersenyum.

"Awhsss-" kepala Raga terasa sakit, namun hilang lagi sakitnya.

Raga memfokuskan pandangannya kearah ujung, dan menemukan Alna yang tertidur disandaran pundak Wira di sofa rumah sakit.

"Alna juga cantik banget." celetuknya. "Aksa harus tau, Alna secantik ini kalau lagi tidur." Raga tersenyum.

"Eh kalau gue pergi, gue titipin mereka kesiapa ya?" celetukan Raga tiba tiba keluar dari mulutnya.

"Aksa, temenin Alna terus ya. Ina?- Agam gue titipin Ina sama lo. Papa, Raga titip Mama ya. Jagain Mama jangan sampe Mama kesepian gara gara gak ada Raga, Alna sama Ina juga."

Raga terdiam sebentar, merapikan rambut yang menutupi wajah Jiwa.

"Jadi pengganti gue untuk Jiwa ya, Tam." Lirih Raga.

Ucapan ucapan kecil dari mulut Raga terdengar ditelinga Nada, air matanya menetes mendengar semuanya. Nada sengaja tidak bangun, Nada takut Raga terus seperti ini jika Raga tau dia terbangun.

"Ah andai aja mereka ada disini."

"Raga, kok udah bangun." ucap Jiwa yang baru terbangun, dan mengucek matanya pelan pelan. Raga tertawa kecil.

"Ketawa sih?"

"Kamu lucu banget Jiwa."

"Gombal. Eh kamu gak kenapa kenapa kan? udah gak ada yang sakit kan?"

"Aman kok."

"Syukur deh."

"Aku seneng banget, kamu disini lagi. Bisa lihat aku lagi, dan aku bisa denger suara kamu lagi."

"Iya sayang."

"Jangan kaya gini lagi ya? janji sama aku Ga."

"Janji, ini untuk yang terakhir kalinya. Aku gak akan buat kamu khawatir lagi."

"Aku seneng dengernya."

"Aku buka mata cuma buat nyenengin kalian sebentar, kalau waktunya udah tiba aku tidur lagi."

"Maksudnya?"

"Raga sayang banget sama Jiwa."

"Jiwa juga, banget."

"Baik baik terus ya sayang, Aku ga mau loh lihat kamu nangis lagi."

"Iya, kamukan gak akan pergi lagi jadi aku gak akan nangis lagi Raga." Raga tersenyum kecil.

Alna terbangun dari tidurnya, dan Wira juga.

"Alna laper." celetuk Alna tiba tiba, yang membuat tawa Raga dan Jiwa juga Wira.

"HAHAHAHA"

"Ayo, ke kantin." ucap Wira.

"Ayo! Alna bangunin Mama dulu."

"Raga, gimana kondisi kamu?"

"Aman kok Pa."

"Mama, ayo bangun. Kita makan dulu." ujar Alna membangunkan Nada dengan lembut, Nada terbangun dan mengagguk.

"Ayo Pa."

"Iya sayang. Jiwa mau ikut?"

"Jiwa nanti aja, mau temenin Raga disini."

"Yaudah kalau gitu. Ga, kita ke kantin dulu ya."

"Iya Pa."

Alna bersama Wira dan Nada pergi meninggalkan mereka berdua.

 Alna Untuk Aksa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang