53 | 63

59 6 2
                                    

A U A | E N D


Alna sudah pulang dari rumah sakit, kondisinya sudah membaik setelah malam itu.

"Sayang, kamu udah mandi?" tanya Wira pada Alna.

"Udah dong."

"Udah baik baik aja sekarang?"

"Udah Pa, Alna udah gapapa tau."

"Alhamdulillah kalau gitu, Papa seneng banget dengernya."

"Iya, Alna mau kedepan dulu deh." ucap Alna.

"Ngapain?"

"Berjemur Papaaa."

"Oh yaudah gih, nanti Papa temenin."

"Sekarang aja."

"Iya Papa mau bikin teh dulu, nanti Papa temenin kamu didepan."

"Okeii, Alna kedepan duluan ya."

"Iya, gih."

Alna berjalan membuka pintu rumah dan didepan bangku teras terdapat bunga mawar yang tersusun indah jadi satu dan dua bingkisan berwarna merah muda.

"Loh, apaan ini?" tanya Alna pada dirinya sendiri, tanpa menyentuh barang didepan sana.

"PAPA INI BINGKISAN PUNYA SIAPA YA DI TERAS?!" teriak Alna.

"PAPA GATAU, MUNGKIN PUNYA ABANG." jawab Wira dari dapur.

"Ooh, Abang. Eh buat apaan Abang? biarin deh."

Alna langsung berjemur diri di halaman depan sendirian.

Wira yang bingung melihat kantong didepan bersama bunga itu langsung mengambilnya, berniat untuk memberikannya pada Raga.

"Allahu- ih ngagetin aja." celetuk Wira yang bertubrukan dengan Raga.

"Lagian Papa kenapa sih Hahaha, kaya orang lagi maling aja."

"Hush! ini punya Abangkan? bawa kedalem, atau langsung kasih Jiwa aja gausah dipamerin di teras gini." oceh Wira pada Raga.

"Hah? i-ini buat Jiwa? Yang Abang udah dikirim online baru aja. Ini gatau punya siapa."

"Bukan punya Abang?"

"Bukan Pa, yang Abang warna biru ini pink."

"Loh terus punya siapa?"

"Alna kali siapa lagi, disini Ina ga ada dan Mama- siapa yang mau ngasih Mama beginian coba."

"Papalah."

"Ceileh iya dah, tapi kan ini bukan dari Papa atau punya Papa kan."

"Iya sih."

"Nahkan, punya Alna ini mah."

"Tapi Alna tadi juga tanya, Papa bilang punya Abang gitu iya iya aja dia."

"Mana coba deh, isinya apaan-"

"Nih."

Raga mengambil bingkisan itu dan mengintipnya, dikantong satu terdapat beberapa box es krim dan satunya berbagai macam rasa puding dan beberap cokelat terdapat disana.

"Tuhkan, punya Alna ini mah siapa lagi yang suka puding beginian kalau bukan dia." celetuk Raga.

"Apaan sih Alna Alna, kenapa?" tanya Alna yang mendekat ke arah Raga dan Wira.

"Ini tehnya minum dulu, nanti dingin." ucap Wira memberikan satu gelas teh untuk Alna dan Alna mengambilnya lalu meminumnya sedikit.

"Makasih Papa." ujar Alna, lalu Wira mengangguk.

 Alna Untuk Aksa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang