30 | 63

62 10 2
                                    

A U A | E N D


Pukul 06.30

Nada memasuki kamar Ina bersama Rere, dan Alna yang menunggu di ambang pintu. Terdapat Ina masih tertidur pulas dikasurnya.

"Sayang bangun yuk.." ujar Nada pada Ina.

"Inataa.. Ini Rere udah nunggu kamu." ucap Nada menepuk nepuk  lengan Ina agar bangun.

"Bentar lima menit lagi Mam." ucap Ina masih menutup matanya.

Alarm berbunyi di handphone Ina.

"Tuh alarm udah bunyi, kenapa belum bangun juga. Inataa.."

Dan Ina bergerak lalu membuka matanya pelan pelan dan meraba tempat tidurnya untuk mencari handphone nya.

Setelah menemukannya, Ina mematikan alarm kemudian dengan refleks Ina menaruhnya ditelinganya.

"Iya aku udah bangun B-" ucapan Ina terhenti ketika menyadari bahwa itu bukan telpon melainkan alarm.

"Sayang itu alarm bukan telpon, kamu ini kenapa sih?" tanya Nada heran.

"I-ini bukan telpon?" tanya Ina ragu.

"Itu alarm, kamu tuh. Mama tunggu di bawah, kalian sarapan terus nanti di antar supir Papa ke Surabaya." ujar Nada.

Ina tidak menjawabnya, lalu Rere yang meresponnya.

"Iya tante." ujar Rere.

"Ini alarm Inata-" gumam Ina kemudian matanya berkaca kaca.

Ina berfikir itu adalah telpon dari Agam yang setiap pagi akan selalu Ina dapatkan. Matanya berkaca kaca, rasanya sakit untuk Ina disetiap pagi biasanya akan selalu ada dering telpon dari kekasihnya tiba tiba hari ini Ina kehilangan dering telpon itu.

"Na.." ujar Rere, tentu saja Rere juga tau pasti.

"Pagi ini gue bener bener kehilangan semua tentang Agam, Re." ucap Ina dan tanpa sada Ina meneteskan air matanya.

"Gue ga siap Re- hiks.." Ina menangis. Rere memeluk dan menenangkan Ina.

"Lo bisa Na, lo pasti bisa dan terbiasa." ucap Rere.

Alna yang melihatnya di pintu langsung menghampiri Ina dan memeluk Ina dengan erat. Ina semakin menangis.

"Suttt udaah, katanya ga mau orang rumah tau.." ujar Alna sambil memeluk Ina.

"Semua tentang Agam udah ga ada lagi yang bisa gue rasain, semua keindahan cuma tinggal kenangan hiks-"

"Lo ga boleh kaya gini, Ina lo pasti nemuin yang lebih baik dari Agam." ujar Rere.

"Kalau gue ga bisa gimana Re?"

"Kak, kalau yang baik aja pergi yang jauh lebih baik pasti datang. Seseorang yang udah disiapin sama Allah, itu ga akan pernah mengecewakan. Kak, lo ga bisa nentang takdir. Percaya sama gue, semua bakalan baik baik aja. Lo pasti baik baik aja tanpa Kak Agam, dan takdir lo akan jauh lebih baik dari ini. Allah udah rencanain semuanya yang terbaik, lo ga perlu takut." ujar Alna, Kini tangisan Ina mereda.

"Kalau lo sama Agam jodoh, tuhan bakalan mempertemukan kalian lagi. Takdir yang udah di tulis buat lo, itu ga akan pernah ketuker Na." ujar Rere, dan Ina mengangguk.

"Gue pasti bisa." ucap Ina dengan yakin.

"Nah gitu dong." ucap Rere, kemudian Ina tersenyum.

"Masih ada Alna, Mama, Papa, Bang Raga, Kak Rere yang selalu ada buat Kak Ina. Udah jangan sedih." ujar Alna.

 Alna Untuk Aksa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang