57 | 63

60 6 0
                                    

A U A | E N D

Alna bersama dengan Arka, untuk perjalanan pulang kerumahnya.

"Abang tumben nyuruh Arka sih." lirih Alna.

"Ga tau." jawab Arka.

"Kok denger sih?"

"Kan deketan mana mungkin ga denger Alnara."

"Eh iya sih."

Semenjak kejadian beberapa hari lalu, Alna jadi mendadak canggung berdekatan dengan Arka. Biasanya Alna akan sangat tidak bisa diam, ocehan ocehan selalu terdengar tapi sekarang tidak.

Alna menjadi takut untuk memulai pembicaraan.

"Hmm, Abang tadi bilang apa?" tanya Alna meski Ragu.

"Ga bilang apa apa."

"Masa?"

"Iya."

"Tadi Alna denger Abang sebut nama Alna deh."

"Ga usah nguping gak baik tau."

"Yee kan-"

Telepon menghentikan ucapan Alna.

"Iya Pa, kenapa?"

"...."

"Alna baru sampe pom bensin, masih deket dari RS kok. Kenapa ada yang Alna lupain?"

"...."

"Abang, hiks-"

Alna menjauhkan telponnya dari telinganya.

"Loh Al, kenapa?" tanya Arka bingung.

"Ka, Balik ke RS sekarang."

"T-tapi kan-"

"Cepet! balik ke RS sekarang Arkana!"

"I-iya iya."

□□□□□□□□□□□□□□

Lima menit setelah Alna berpamitan untuk pulang bersama Arka. Kepala Raga terasa sakit cukup lama, Raga menahannya hingga Nada melihat Raga kesakitan dengan panik.

Wajah Raga terlihat sangat pucat setelah Alna tadi pergi. Raga memegang kepalanya yang teserang sakit yang begitu keras, dengan Nada yang terus menangis sambil menenangkan Raga dan Wira yang berusaha untuk memanggil dokter dengan rasa paniknya yang sudah tinggi.

Lima belas menit Dokter menangani Raga, kini Dokter keluar dari ruangan sambil melepas semua peralatan medis yang dipakainya.

"Dokter gimana kondisi anak saya Dokter?!" tanya Nada dengan air matanya yang sudah membasahi pipinya.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin Pak, Bu. Tapi-

"Tapi apa dokter? bagai mana kondisi Anak saya?"

"Pasien tidak begitu kuat untuk melewati masa kritis nya. Dengan berat hati, saya harus katakan bahwa pasien tidak dapat kami selamatkan."

"Ngga, maksud nya apa? Papa? Dokter maksudnya apa hiks- anak saya? Papa Abang hiks-?"

"Inalillahi wa inallilahi rajiun, Abang." gumam Wira dan memeluk Nada dengan erat menenangkannya.

"Ngga! ga mungkin Abang pasti selamat, dokternya bohong kan Pa!! hiks-"

"Abangg hiksss-"

 Alna Untuk Aksa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang