36 | 63

76 10 0
                                    

A U A | E N D


Hari ini adalah hari dimana Aksa akan melepaskan perban matanya. Semua akan mengetahuinya dengan pasti.

Alna masih tertidur dikursi samping Aksa. Namun Aksa sudah bangun dari tadi tanpa membangunkan Alna. Aksa mengelus lembut kepala Alna.

"Aku kangen banget liat kamu Al." gumam Aksa. Kepala Alna bergerak, matanya perlahan membuka.

"Eh kamu bangun ya?" tanya Aksa.

"Kamu udah bangun Sa? kenapa ga bangunin Aku."

"Gapapa, aku ga mau ganggu kamu." ucap Aksa, dan Alna tersenyum.

"Ini ko sepi, Bunda kemana." ucap Alna.

"Tadi pagi Bunda keluar sama Arka, kayanya Bunda ambil baju ganti deh."

"Ooh gitu."

"Aku kurang beruntung hari ini." celetuk Aksa.

"Kurang beruntung?"

"Iya harus nya sekarang aku bisa liat muka kamu pas baru bangun tidur, tapi mata aku masih di tutup." Mendengar ucapan Aksa, Alna tersenyum senang.

"Tuh harusnya juga bisa liat senyum kamu tuh, sama pipi merahnya."

"Ih Aksaaa!"

"Hahaha, bercanda."

"Permisi.." ucap Suster membawa beberapa makanan untuk Aksa.

"Ini sarapan paginya ya Kak, kalau ada yang kurang silahkan pencet tombol disamping sana."

"Iya suster, makasih." ujar Alna.

"Kondisi pasien sudah membaik, nanti sekitar jam sembilan kami akan datang bersama dokter untuk melepas perban dimata pasien." ujar Suster satunya lagi.

"Iya Sus."

"Baik kak, kami permisi. Selamat menikmati sarapan paginya."

Alna tersenyum kepada kedua suster itu.

Suster itu kembali pergi meninggalkan Aksa dan Alna.

"Sini makan dulu aku suapin." ucap Alna, sambil membantu Aksa untuk duduk.

"Kamu juga belum makan, kita makan berdua ya." ujar Aksa.

"Ngga, nanti aku cari makan aja. Ini spesial buat Aksa, kalau berdua nanti kamu ga kenyang. Udah aaa-" Alna menyodorkan satu sendok makanan dan Aksa membuka mulut dan melahapnya.

"Aksa kenapa diem?" tanya Alna, yang melihat Aksa mendadak jadi diam.

"Aku takut."

"Takut apa?"

"Aku takut ga bisa liat kamu lagi."

"Aksa, kamu jangan ngomong gitu."

"Kenapa?"

"Kamu bisa lihat aku sepanjang waktu, pasti."

"Kamu bisa aja bilang gitu, tapi kata dokternya kan kalau ngga amnesia aku bakalan buta. Dan sekarang aku ga amnesia, aku ga lupa sama siapapun. Berarti aku akan buta, pasti."

"Aksa, aku sedih dengernya." lirih Alna, air matanya menetes dan Aksa tau itu.

"Maaf, jangan nangis aku ga suka."

"Aksa pasti bisa lihat lagi, jangan ngomong gitu."

"Semalem aku ga tau kamu pake jaket siapa, dan aku juga takut kalau nanti aku ga tau kamu sama siapa, dipeluk siapa, di lindungin siapa, di-"

 Alna Untuk Aksa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang