58 | 63

53 6 0
                                    

A U A | E N D


Perasaan duka masih terasa di rumah Adhitama.

Suasana hening yang tidak biasanya dirasakan, malam hari tanpa Raga dirumah terasa begitu sunyi.

Inata membuka kamar Raga, melihat seisi ruangan yang kini hanya tersisa kenangan.

"Harus ya Allah ambil Abang secepat ini?" gumam Inata.

Inata mengambil gitar yang selalu di petik Raga, ingatan ingatan tentang Raga terlintas di kepala Ina.

"Kalau lo mau bahagia, lo harus sama Agam."

"Apaan si lo, Agam Agam mulu."

"Ya gimana, orang cuma Agam kan yang paling sayang sama lo."

"Gue kangen Agam, tapi sekarang gue lebih kangen sama lo Bang." lirih Ina.

"Gue hancur kehilangan Agam, dan sekarang gue jauh lebih hancur kehilangan lo Bang Raga."

"Gue- hikss g-gue sayang banget sama Abang hiks-"

Ina menatap foto Raga di meja sana, Ina menghampiri nya.

"Lo ganteng banget Bang, sumpah. Lo tau ga sih, kalau gue jauh lebih sayang sama lo daripada sama Alna ah hikss-"

Ina mengambil foto disebelah foto Raga. Bingkai foto keluarga Adhitama, dan satu kertas kuning jatuh dari selipan bingkai foto tersebut.

Ina membukanya, terdapat tulisan disana.

My happiness.

Mama lebih sayang Raga dari pada Alna sama Ina - meski ga bilang langsung tapi keliatan.
Ina lebih sayang Raga dari pada Alna - kata Ina dibalik foto.
Papa ma udah jelas lebih sayang Alna - kan anak terakhir kesayangan Papanya.
Alna? maunya dia paling disayang.

Dear Mama dan Ina, kalau Raga udah pergi (menikah) sayangnya sama Alna aja ya atau ga sama Papa aja hhi.

Ina tersenyum kecil membacanya.

"Abang tau Ina lebih sayang Abang dari pada Alna?
kepergian Abang buat Ina takut untuk kehilangan Alna- hikss."

Alna mengintip dari tadi di luar pintu kamar Raga, berlari dan memeluk Ina yang sudah banjir air mata.

"Gue ga akan ninggalin lo hiks-" ujar Alna sambil memeluk Ina, dan Ina juga memeluk Alna erat.

Beberapa detik mereka saling memeluk satu sama lain.

"Kak Ina, jangan ninggalin Alna sendirian hiks-" ucap Alna.

"Gue gak akan ninggalin lo, Al hiks-"

"Alna ga mau kehilangan Kakak Alna satu satunya, dan untuk yang kedua kalinya hikss-"

"Dan setelah Abang gue ga mau kehilangan adik gue satu satunya, gue gak akan pergi-"

"Ga boleh pergi ke Surabaya lagi pliss hiks- Alna ga mau ditinggal sendirian aaa Alna ga ada Abang lagii hikss-"

Ina memeluk Alna dengan erat.

"Abang gak ada, Aksa belum kembali hikss- Kakak jangan pergi hikss-"

"Gue gak akan pergi."

Mereka sama sama menangis, mereka sama sama memeluk dengan erat.

"Aaa gue kangen Abang." celetuk Alna.

Nada yang melihatnya ikut menangis, bersama Wira yang selalu merangkulnya. Isakan Nada terdengar oleh Ina dan Alna.

Mereka menoleh ke arah pintu kamar Raga, terdapat Nada yang tersenyum menahan sakitnya.

 Alna Untuk Aksa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang