A U A | E N D
Tiga hari setelah kepergian Raga.
Keluarga Adhitama akan tetap seperti biasanya, namun mereka masih belum terbiasa dengan kursi meja makan yang sebelum nya tidak pernah kosong.
"Sepi ya ga ada Raga." celetuk Wira.
"Biasanya pagi pagi udah ada yang iseng ya." ucap Nada tersenyum tipis.
"Mama hari ini ke pasar kan, biar Ina ya yang temenin." ujar Inata lalu tersenyum kecil.
"Papa mau nge-teh di luar? biar Alna yang temenin yuk." sahut Alna.
Alna dan Ina tentu nya sudah pasti peka, Wira yang berbicara seperti itu pasti merasa kesepian karena yang biasanya apa apa selalu di temani Raga. Dan Nada akan selalu merasa sepi karena merasa kehilangan suara Raga.
"Maaf ya, Papa gak maksud buat kalian sedih karena keinget Abang." ucap Raga.
"Mama juga, tapi Mama belum terbiasa-"
Alna bangun dari kursi nya berjalan ke tengah tengah antara Wira dan Nada.
"Alna tau kalian kesepian gak ada Abang, tapi kalau gini terus Abang pasti sedih lihat nya." ucap Alna merangkul keduanya.
"Ma, Pa jangan kaya gini terus ya disini kan ada Alna sama Kak Ina."
"Maaf ya sayang." ucap Wira.
Alna memeluk Wira dan juga Nada.
Ina tersenyum lalu berjalan dan berpelukan bersama mereka.
"Alna, Ina jangan jauh jauh ya dari Mama." ucap Nada.
"Kita gak akan jauh jauh dari Mama sama Papa juga." ucap Ina lalu di angguki Alna.
"Udah dong jangan sedih terus ya, nanti kita liburan bareng rame rame." ucap Alna.
"Iya, maaf ya. Udah ayo kita lanjut makan." ucap Nada.
Mereka kembali pada kursi dan kembali sarapan.
Tiga puluh menit berlalu, meja makan sedang Alna dan Ina bersihkan.
Suara bel rumah Adhitama berbunyi.
"Biar Papa aja yang bukain." ujar Wira lalu berjalan kedepan.
"Iya Pa." jawab Ina lalu beralih pada Nada "Ma, Mama kenapa kok melamun?" tanya Ina pada Nada.
"Gapapa Na, Mama cuma keinget Jiwa." ucap Nada raut tersenyum tipis.
"Nanti Ina kerumah Kak Jiwa ya, atau Mama mau ikut?"
"Mama belum mau kemana mana, mau di rumah aja dulu. Ina, tolong kerumah Jiwa ya pastiin gimana kondisinya." ucap Nada.
"Iya nanti siang Ina ke rumah Kak Jiwa."
"Assalamualaikum." suara yang tak asing terdengar.
"Waalaikumsalam." jawab mereka bertiga.
"Loh, Bang Tam apa kabar?" tanya Alna.
"Alhamdulillah baik, lo gimana Al?" tanya Tama sambil menyalami tangan Nada.
"Baik kok Bang." jawab Alna.
"Syukur deh, Tante gimana? baik baik aja kan?" tanya Tama.
"Baik Tam." jawab Nada.
"Na?"
"Baik kok alhamdulillah."
"Syukur deh semua nya baik baik aja, Tama seneng lihat nya."
Tiba tiba Nada terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alna Untuk Aksa [END]
Teen FictionEND [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Dan aku akan jadi kaki sebelah kiri kamu Sa- aku akan selalu ada buat kamu." "Bahkan aku bisa donorin mata aku, buat kamu Sa." "Aku rela ga bisa lihat, asal kamu baik baik aja." "Jangan kaya gini, aku mohon jangan jau...