A U A | E N D
Ini adalah satu bulan, setelah Masa Orientasi Sekolah Tunas Bangsa.
Pusat perhatian di koridor sekolah hari ini adalah, satu perempuan dengan rambut panjang terikat berjalan bersama laki laki incaran perempuan Tunas Bangsa. Wajar saja jadi pusat perhatian, mereka adalah salah satu anak kelas sepuluh yang populer di sini.
Mereka berjalan dengan tenang, hingga satu perempuan cantik melambaikan tangan dan menghampirinya. Dia anak kelas sebelas.
"Mana buku gue?" ujarnya.
"Ini. Lain kali kalau berangkat tuh di cek dulu, biar ga ada yang ketinggalan."
"Iya sorry, gue lupa."
Mereka adalah sepasang adik kakak, Alna dan Inata. Dan satu laki laki yang bersama Alna adalah Arka, mereka berdua adalah teman dekat, Alna dan Arka mereka adalah sahabat.
"Kenapa ga bareng aja sih berangkatnya, lo kan Kakaknya Alna Ka Ina." ujar Arka.
"Diakan sibuk bucin Arka." jawab Alna.
"Iya aja. Heh lagian kan ada lo yang selalu ga pernah ketinggalan jemput Alna, kalau gue sama Alna mau bareng Alna suka bilang 'ga boleh sama Arka' nah kan lo juga yang larang dia ke sekolah selain sama gue dih."
"Dah lah, bacot banget."
"Dih. Eh Al di panggil Bu Fifi ke ruang musik." ujar Ina.
"Bu Fifi? ruang musik?"
"Iya, Bu Fifi."
"Masaa? Ngapain juga Bu Fifi nyuruh gue ke ruang musik?
"Mana gue tau. Dia tau kali suara lo bagus."
"Beneran nih?" Ina mengangguk "Kalau beneran pasti bilangnya sama gue, bukan ke Lo."
"Ya mana gue tau, ga percaya bodo amat." Alna masih heran apa benar atau tidak yang di bilang kakaknya ini, secara kan Ina tidak pernah serius dimana mana.
"Udah ah gue mau balik ke kelas, belajar yang bener adik ku sayanggg." ujar Ina tak lupa memberikan kiss ala ala pada Alna.
"Dih." cibir Arka, dan Alna tersenyum paksa saja.
|□□□□□□□□□□□□|
Bel istirahat sudah berbunyi nyaring..
Ternyata memang benar Alna disuruh ke ruang musik oleh Bu Fifi, tadi Bu Fifi ke kelas Alna namun dia belum ada. Itu kata Elina.
Langsung saja Alna keruang musik. Setelah ke ruang musik, Bu Fifi tidak ada di sana. Alna suruh menunggunya, karena semua guru mendadak rapat.
Sambil menunggu, Alna melihat lihat ruang musik. Dan langsung saja dia iseng memainkan Drum yang ada disana.
"Mainin ah." celetuknya.
Jreng jreng jreng
Alna memukul drum, dan yang terakhir dengan penuh semangat hingga..
JRENG!
Pletak!
Stik drum yang di pegangnya patah. Ah tidak Alna akan kena masalah.
"Hah?" kaget nya lalu mengambil belahan stik tersebut "Ih gimana ini, gue bisa kena masalah gara gara ini." ujarnya.
"Ishh gimanaaaa- gue umpetin kali ya. Dah lah gue mending perg-" Alna akan pergi tapi melihat seseorang yang ada di ambang pintu menatapnya tajam dengan kedua tangan yang di selipkan di kedua saku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alna Untuk Aksa [END]
Ficção AdolescenteEND [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Dan aku akan jadi kaki sebelah kiri kamu Sa- aku akan selalu ada buat kamu." "Bahkan aku bisa donorin mata aku, buat kamu Sa." "Aku rela ga bisa lihat, asal kamu baik baik aja." "Jangan kaya gini, aku mohon jangan jau...