Tepat pukul 17.00 WIB, Rara sudah sampai dipelangi hills tempat yang sudah disepakati dengan pak Ario. Mata Rara memindai ke berbagai sudut, disana dia menemukan meja nomer 17 masih kosong belum menemukan sosok pak Ario, sang dosen. Rara kemudian menuju meja tersebut setelah memesan jus mangga dan kebab. Sekitar 15 menit kemudian pak ario datang dengan masih menggunakan baju kerja.
"ra kamu udah nunggu lama kah?" sapa pak ario
"belum kok pak, baru saja saya sampai. Baru mesan juga, kalau pak ario udah mesen minum belom pak?"
"udah kok ra"
"kamu tadi kesini bawa motorkah ra?"
"nggak pak, saya naik ojol"
"kamuu.." ucapan pak ario menggantung karena bersamaan dengan datangnya pelayan membawa makanan pesanan mereka.
"ayo diminum ra"
"iya pak, mari"
"kamu kenapa mau kuliah lagi?"
"Simple sih pak, saya merasa masih pengen belajar aja belumpuas ngerjain tugas, belajar dikelas dan juga masih belum siap kerja"
"wah jarang-jarang lho anak jaman sekarang seneng belajar, biasanya udah males pen rebahan main-main capek mikir, kamu malah suka mikir jangan-jangan kebiasaan overthinking"
"ih bapak tau aja" mereka kemudian tertawa bersama.
"oh iya kamu rencananya pengen kuliah dimana?"
"saya pengen di kampus kita aja pak, prodi manajemen S2 dikampus kita udah bagus bgt, dosennya oke akreditasinya juga bagus"
"biar bisa deket sama fani juga kan?" tebak pak ario
"ih bapak kok seperti cenayang sih yang tau banget pikiran saya"
"gini-gini saya bisa baca pikiran lho hahaha"
"emang iya?" tanya Rara serius
"becanda doang, itu mah ilmu kira-kira aja, kalian kalau dikelas akrab banget jadi saya bisa berasumsi demikian apalagi kalau cewek biasanya kan gitu selalu bareng sama gengnya"
"oh iya pak, apakah bapak udah nemu solusi buat saya?"
"ada sih tapi saya ragu kamu nerima atau nggak"
"memangnya apa pak?"
"maukah kamu berjanji apapun keputusan kamu, kamu tetep keep apapun yang kita bicarakan hari ini"
"memangnya kenapa pak?"
"solusi ini agak mainstream"
"baiklah pak, Rara bersedia"
"saya mau sedikit bercerita sama kamu ra, saya adalah seorang single parent yang mempunyai 2 anak yang sangat menggemaskan menurut saya. Anak saya yang pertama kelas 2 SD anak saya yang kedua masih PAUD. Setiap hari saya yang mengurusi anak-anak. Menyiapkan kebutuhan sekolah, mengantar dan menidurkan mereka. Terus terang semua itu akan lebih mudah jika ada orang yang membantu saya. Saya sendiri juga butuh sosok yang membantu saya dalam menyiapkan segala keperluan saya. Maka karena kamu sedang membutuhkan beasiswa S2 saya ingin menawari kamu menjadi figur istri dan ibu dalam keluarga saya, sebagai balasannya saya akan membiayai kuliah kamu. Saya juga akan menanggung semua kebutuhan kamu, mulai dari tempat tinggal, makan, dan uang bulanan. "
"sebelumnya saya mohon maaf nih pak, boleh nggak saya bertanya?"
"silahkan"
"kenapa bapak nggak menikah aja? Dengan menikah bapak akan mendapatkan figur istri buat bapak dan figur ibu bagi anak-anak"
"bagi saya menikah lagi bukan sesuatu yang gampang, saya perlu menemukan orang yang cocok dengan saya dan cocok dengan anak-anak saya, dia juga harus menerima anak-anak saya seperti halnya dia menerima saya"
" memangnya berapa kompensasi yang saya terima jika saya bersedia?"
"saya bisa kasih kamu uang bulanan 10 juta tiap bulan."
"mengenai jobdesk apa saja tugas saya?"
"ini bisa kamu baca"
"hm " Rara menerima kertas dari pak Ario disana tertulis 12 tugas yang harus dia lakukan, pagi hari dia harus membangunkan anak-anak, memandikan anak-anak, membangunkan pak ario, menyiapkan pakaian kerja, sarapan bersama, mengantar anak-anak sekolah, pulang kuliah main sama anak-anak, memandikan anak-anak sore, menyiapkan pakaian ganti pak Ario, makan malam bersama, menemani anak-anak belajar, mendongeng sampai anak-anak tertidur.
"gimana, kamu ada yang keberatan?"
'"nggak sih pak, "
"jadi kamu mau menerima tawaran saya atau tidak?"
" saya menerima pak, tapi bolehkan saya mengajukan kesepakan?"
"apa??"
"dua manusia yang sering berinteraksi bisa saja sewaktu-waktu melakukan khilaf, saya sangat menjunjung tinggi virginitas jadi saya ingin membuat kontrak jika bapak melakukan pelecehan terhadap saya maka bapak harus dipenjara dan membayar denda kepada saya, apa bapak bersedia?"
"baik, saya setuju, tapi kamu tau nggak kalau love languange saya itu touching. Saya nggak bermaksud melecehkan kamu tapi jika saya ingin memeluk dan mencium kening atau tangan bagaimana?"
"bapak harus bayar insentif tiap pelukan dan satu kecupan "
"oke, tapi saya juga mau meminta ke kamu. Yang pertama kamu harus tinggal dirumah saya, dan anak-anak akan memanggil kamu mama, saya akan memanggil kamu mama kalau didepan anak-anak dan kamu manggil saya papa. Selain itu bisa tidak kamu manggil saya mas kalau diluar kampus?"
"baik, bukan hal yang sulit asal bapak bikin kontrak tertulis bahwa selalu menjaga saya tetap virgin meskipun tinggal dirumah bapak"
" saya janji, saya juga kadang perlu teman ngobrol, kalau saya butuh teman sharing kamu harus selalu sedia ya"
"saya pasti usahakan"
"baiklah lusa kamu sudah bisa pindahan kerumah saya, untuk kontraknya nanti asisten saya akan mengantarkan kesini paling sejam lagi."
"hah, bapak punya asisten?"
"kenapa kamu kaget gitu?"
"emang selain jadi dosen bapak kerja apa, setahu saya yang punya asisten biasanya kerjanya wah gitu?"
"saya biasa aja Cuma punya bisnis eksport kopi sih, "
"wah keren juga, baru tahu saya"
"biasa aja"
Mereka kemudian melanjutkan makan dan berbincang, 1 jam kemudian asisten pak Ario yang bernama Reno datang dengan membawa kontrak yang dimaksud, pak ario menyuruh Rara membaca poin-poin dalam kontrak tersebut sebelum menandatangani. Setelah semua clear mereka berdua kemudian menanda tangani kontrak tersebut. Rara pulang ke kos dengan diantar oleh pak Ario, dirinya akan pindahan dan mulai bekerja lusa. Semoga ini menjadi awal yang baik bagi mereka berdua.
*********
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Dosenku
DiversosRara baru saja menyelesaikan pendidikan S1, dan ingin melanjutkan pendidikan S2. Sang ibu sudah tidak bisa membiayai lagi, hingga dirinya mencoba peruntungan dengan mendaftar berbagai beasiswa namun hasilnya nihil. dirinya kemudian menemui salah sa...