Tanpa Arah

2.2K 103 0
                                    

Aku mengendarai motor beatku dengan kecepatan pelan setelah berhasil meninggalkan rumah pak Ario. Jujur sesak yang aku rasakan dihatiku, namun entah kenapa aku nggak bisa menangis. Aku melajukan motorku menuju Cafe Sinderia yang berada di dekat rumah Fani. Aku bingung dengan tujuanku kemana. Aku memesan hot cappucino untuk menghilangkan sesak di dalam hatiku. Bayangan bersama pak Ario dan tawa saat bersama anak-anak terus menghiasi benakku. Rasanya berat meninggalkan anak-anak yang begitu menggemaskan seperti mereka.
"Rara" sapa seseorang mengagetkan aku
"eh, kakak" ternyata kak andi
"ngapain malem-malem nongkrong sendirian?"
"Gabut kak hehehe"
"Gabut kok bawa ransel gede?"
"Hehehe"
"Boleh kakak duduk?"
"Silahkan"
"Ada masalah sama dosen kamu itu?"
"Sedikit"
"Kenapa pergi?"
"Rara pengen me time kak"
"Yang bener?"
"Iya kak"
"Mau kemana kamu setelah ini?"
"Bingung kak"
"Lah, nggak pengen pulang?"
"Nggak,"
"Kenapa?"
"Ngga tega sama bapak ibu,masa tiap pulang muka rara banyak beban"
"Mau kerumah kakak?"
"Nggak enak sama bunda, hehehe"
"Bunda pasti seneng kalau ada kamu"
"Lain kali deh kak"
"Mau ke apartemen kakak?"
"Emang kakak punya apartemen?"
"Punya, tapi jangan bilang ke Fani. Sebenernya kakak udah beli unit apartemen setahun lalu, didaerah sekitar kampus kamu. Kamu mau nggak kesana?"
"emang gapapa kak?"
"gapapa dong, tinggal aja disana"
"ya udah Rara mau kak"
"nih, alamatnya. Kamu duluan nanti kakak ikutin dari belakang pake mobil"
"oke Kak"
~~~~~
"gimana Ra? Kamu berani kan tinggal disini sendiri?" tanya kak Andi saat kami berada di apartemennya.
"berani dong kak" ya walaupun dalam hati aku merasa sedikit takut.
"beneran? Kamu kan parnoan?"
"Hehehe"
"Ya udah, kamu keberatan ngga kalau kakak nginep sini? Kakak ngga bakal macem-macem kok"
"ntar ngrepotin kakak dong"
"Kamu kaya sama siapa aja sih"
"Ya udah tapi janji jangan macem-macem ya"
"Pasti, kakak tidur di depan tv aja ya"
"Iya kak, Rara duluan ya"
"See you dede gemes"
"See yoo kakak ganteng"
Setelah berpamitan pada kak Andi, aku merebahkan diriku di ranjang king size yang terasa sangat nyaman ini. Aku membaca apa merek dari ranjang ini, ternyata brand luxury dan saat aku kepo di salah satu website harga dari ranjang ini sekitar 15 juta. Pantas saja jika yang tidur diatasnya serasa tidur diawan, sangat empuk dan lembut juga nyaman. Apartemen milik kak Andi ini memiliki satu kamar utama, dan satu kamar yang lebih kecil yaitu kamar tamu. Ada ruang tamu yang juga difungsikan sebagai ruang keluarga juga dapur dan meja makan. Ketika balkon dibuka akan menampilkan hiruk pikuk keramaian kota dengan lampu kerlap-kerlip di malam hari. Aku berkali-kali merubah posisi tidur, namun aku merasa belum mengantuk. Entah sudah berapa lama aku terbaring di ranjang mewah ini. Saat kulihat jam dinding ternyata menunjukkan pukul 1 dinihari. Aku sebenernya ingin main hp, namun aku takut jika keberadaanku diketahui oleh pak Ario juga aku malas jika harus menerima telepon darinya. Biarlah dia mengatakan aku tidak profesional, bagiku mental health dan kewarasan lebih penting. Aku bisa saja sok acuh dengan semua tingkah lakunya, namun aku tidak mau membohongi perasaanku dan menahan perih saat berusaha terlihat baik-baik saja. Aku terlalu ekspresif untuk menghadapi pak Ario yang komplikatif. Anak-anak bagaimana ya kabarnya, apakah besok mereka akan merengek mencariku ataukah biasa saja karena mbak Siti berhasil membujuknya. Aku sebenarnya sedikit mengkhawatirkan Neno, takut jikalau anak itu sakit seperti kemarin saat aku meninggalkannya. Bunyi air hujan membuyarkan lamunanku. Sungguh, aku sangat menyukai hujan dimalam hari. Bagiku hujan dimalam hari membawa kedamaian dalam hati. Hawa dingin akan membuat tidur semakin lelap. Baiklah sepertinya aku harus segera tidur, perlahan aku menutup kedua mataku dan merapalkan doa berharap agar diberikan ketenangan oleh yang Maha Kuasa. Aku berdoa agar semua masalah ini segera berlalu. Mungkin aku akan memikirkan apakah akan berhenti dari pekerjaan ini ataukah bagaimana yang terbaik. Sekarang aku hanya perlu waktu untuk menenangkan diri dan bertarung dengan perasaanku sendiri.
~~~~~

Simpanan Dosenku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang