Tak terasa sudah sebulan sejak acara balasan lamaran. Persiapan pernikahanku dan pak Ario sudah mencapai 70%. Dan rencananya hari ini, kami berdua akan makan siang bersama mantan istrinya Pak Ario. Anak-anak tidak ikut, aku bertanya kepada Pak Ario kenapa anak-anak tidak diajak menemui ibunya? Namun jawabannya hanya diam saja. Baiklah mungkin dia perlu waktu untuk menjelaskan. Setibanya di mall, Pak Ario menggandeng tanganku dan menuju tempat makan. Disana sudah ada mantan istrinya dan juga suami barunya. Sejujurnya sepanjang jalan tadi, jantungku berdetak tak karuan lantaran khawatir jika mantan istrinya Pak Ario akan memandang diriku remeh. Beberapa kali aku sempat menghembuskan nafas kasar untuk menetralisir rasa gugupku. Aku mengikuti langkah Pak Ario, aku tidak tahu bagaimana wajah dari mantan istrinya. Pak Ario berhenti di meja nomer 25, dari balik punggungnya, aku melirik siapa yang ada dihadapan kami. Seorang wanita yang sangat cantik, bertubuh langsing, dia terlihat sangat matang dan mempesona. Apalagi ini, jika dibandingkan dengan mantan istrinya aku sepertinya kalah telak. Aku yang cuma mahasiswi ini seperti aneh diantara mereka.
"hai, nama kamu Rara ya" sapa Mbak Alina
"Iya mbak"
"Ah, sesuai dugaan saya. Kamu manis sekali, ayo duduk dong Ra"
"Iya mbak"
Aku dan Pak Ario akhirnya duduk, tak lama setelah kami duduk pelayan datang membawa makanan yang sudah dipesan oleh Mbak Alina, mantan istrinya Pak Ario.
"Anak-anak gimana Ri? Sehat semua kan?" tanya Mbak Alina
"Alhamdulillah sehat semua, Zafran gimana? Pasti sehat juga dong?"
"Zafran sehat, baik dia makin lucu tau Rii"
"Rara gimana kuliahnya? Semester berapa?"
"Semester 3 mbak, mau nyusun tesis ini"
"Wah keren, semangat deh. Eh,, Rii jangan lupa nanti bantuin istrinya kalau nyusun tesis biar cepet kelar, jangan pelit ilmu."
"Dibantu sesuai prosedur dong"
"Kamu ini masih sama aja"
"Hehehehe"
"Oh iya Ra,, udah persiapan berapa persen nih nikahnya?"
"Udah 70% mbak"
"Kalau butuh bantuan jangan sungkan buat calling mbak ya, mbak malah senang kalau terlibat dalam persiapan kalian."
"Tentu saja mbak, nanti Rara kabari kalau butuh bantuan mbak"
"Mana nih undangannya?"
"Ini" Pak Ario menyerahkan undangan pernikahan kami kepada Mbak Alina.
"Ini bukannya pas libur semesteran ya?"
"Iya, sengaja biar bisa Qtime sama istrinya lama hehehe"
"Ish,, mulai bucin ya sekarang"
"Kalian udah ada rencana bulan madu?" Tanya Mas Tyo, suami Mbak Alina
"Belum nih," jawab Pak Ario
"Mau kemana? Indo apa LN?"
"Rara pengen di Indo aja"
"Ya udah nanti kita kasih kado paket hanimoon aja, kalian mau nggak?"
"Boleh sih, kalau di Indo yang recomend dimana?"
"Bali, Lombok, Labuan Bajo, Sumba, Raja Ampat."
"Aku sih terserah Rara"
"Kamu pikir dulu aja Ra sama searching ntar mau kemana bilang aja ke mbak, sama tanggalnya sekalian"
"Wah, makasih ya mbak"
"Sama-sama"
"Ayo dimakan makanannya"
"Iya"
Kami kemudian makan bersama, selesai makan Mas Tyo pamitan kepada kami untuk duluan, ada meeting dengan klien. Selepas kepergian Mas Tyo Mbak Alina bercerita jika suaminya punya usaha dibidang travel. Ini udah tahun ketiga, usaha travel mereka berjalan. Mereka dikarunia seorang putra bernama Zafran, yang kini usianya 1 tahun lebih. Mbak Alina sendiri mempunyai bisnis skincare yang lumayan terkenal. Ternyata benar, dia wanita yang sangat hebat. Dia juga berpesan kepadaku agar kita selalu menjaga hubungan baik, dia memang mantan istrinya Pak Ario dan juga ibunya anak-anak tetapi akulah yang menjadi ratu dikehidupan Pak Ario sekarang. Dia bilang jika tidak ada niatan dalam hatinya untuk kembali dengan Pak Ario, dia sudah bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. Dia menitipkan anak-anak kepadaku, berharap aku menyayangi anak-anak lebih baik dari dirinya. Dan dia juga yakin aku adalah wanita yang hebat. Setelah bercerita cukup panjang kami mengakhiri pertemuan ini, Mbak Alina pulang dengan diantar supirnya sedangkan aku pulang dengan Pak Ario. Syukurlah mantan istrinya tidak sejahat yang aku kira. Mobil Pak Ario melaju menuju apartemen Fani, tempat dimana aku tinggal untuk sementara.
"diem aja sayang?"
"Eh,, mas hehehe"
"Kenapa masih jetlag ketemu Alin?"
"Nggak dong"
"Masa? Terus kenapa ngelamun mulu?"
"Mbak Alina cantik ya?"
"Cantik tapi kamu lebih manis dan menarik"
"Bisa aja Mas nih"
"Yee iya dong, ntar kalau salah jawab ngambek cewek kan gitu"
"Ohh jadi ini jawaban boong biar aku nggak ngambek gitu?"
"Nggak dong, mas serius ini fakta. Alin aja ngakuin kalau kamu manis"
"Iya juga sih"
"Mas abis ini ke kantor, ada urusan sedikit jadi nggak mampir ya sayang"
"Iya deh, ati-ati dijalan. Jangan macem-macem, jangan terlalu capek bentar lagi jadi manten biar cakepnya nggak ilang"
"Jadi Mas cakep nih? Akhirnya ngakuin juga hahaha"
"Ihh Mas Ario mah"
"Hehehehehe,, udah turun gih"
"Loh kok udah nyampe? Cepet banget"
"Daritadi kebanyakan bengong, Kenapa? Masih kangen ya?"
"Ishh,, ya udah aku turun mas" aku kemudian menyalami tangan Pak Ario dan turun dari mobil.
"Assalamualaikum sayang"
"Waalaikumsalam Mas"
Pak Ario meninggalkan basement apartemen dan aku menuju unit milik Fani, tanpa mengetok pintu aku sudah hafal sandinya dan masuk. Disana Fani sedang duduk didepan meja TV, saat kulihat ada 2 cangkir. Siapakah yang baru saja bertamu?
"Udah kelar Ra?"
"Alhamdulillah udah"
"Gimana?"
"Persis seperti yang kita stalk tempo hari dan malah lebih cakep aslinya sih"
"Aku udah menduga sih trus lakinya gimana?"
"Lumayan cakep, gak banyak omong, keren"
"Lakinya tajir melintir tau"
"Emang iya?"
"Iyaa, tuh laki pernah masuk 30 orang terkaya Indo. Prasetyo Pambudi kan?"
"Iya, dia temennya Pak Ario juga dan yang ngenalin juga Pak Ario"
"Gilak! Keren ya Pak Ario bisa nyomblangin sama orang yang kece abis. Gue dong Ra suruh nyomblangin sama yang modelan kek gitu"
"Ntar kalau Pak Ario dah jadi suami aku bilang sendiri sono"
"Ya kamu dong yang ngomongin"
"Ish kamu mah nggak asik Ra,"
"eh Fan, tau ngga tadi mbak Alina bilang apa?"
"Emang apaan?"
"Dia bilang buat ngejaga hubungan baik kita dan dia juga nggak akan ngeganggu Pak Ario lagi. Dia udah nggak pengen balikan sama Pak Ario."
"wajar sih, dia ngomong gitu. Orang lakinya sekarang TOP, tajir lagi. Mungkin lebih kaya dari Pak Ario, ya gak mungkin dong mau balik ke Pak Ario, udah bahagia sama yang sekarang."
"bener juga ya Fan.. Eh Fan, ini tadi siapa yang datang?"
"Ada lah"
"Siapa?"
"Orang"
"Tak bilangin Kak Andi loh kalau ngga ngaku"
"Oh,, dasar tukang cepu"
"Cepet atuh cerita"
"Yang datang tadi Pak Randi"
"Apa?!"
"Biasa aja kali Raa!!"
"Sorry Fan, kok bisa?"
"Tadi katanya abis meeting daerah sini terus mampir ngajakin kalau ke pesta kamu nanti bareng"
"Omegattt!!!"
"Apaan sih Ra!"
"Wah ini kemajuan sih Fan,, pertanyaannya sekarang adalah darimana Pak Randi tau kita tinggal disini?"
"Emmm anuu ituuu"
"Apaa??"
"Akkku sempat chatingan sama dia"
"Kok gak cerita sih Fan?"
"Belum sempat ah,, udah deh aku mau tidur dulu capek. Ntar cerita lagi deh,,"
"Kok ditinggal sih Fan,, kan belom selesai ceritanya."
"Bodo amat deh Ra,, Ngantuk"
"Tungguin Fan"
Aku kemudian menyusul sahabatku itu ke kamar dan bersiap untuk istirahat karena capek. Semoga nanti sore lebih menyenangkan dan Aku akan menginterogasi Fani lagi hehehe. Aku kepo sama kelanjutan ceritanya Fani dan Pak Randi, aku yakin tidur hanyalah alibinya saja. Fani pasti malu ditanya soal doinya hahahaha...
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Dosenku
AléatoireRara baru saja menyelesaikan pendidikan S1, dan ingin melanjutkan pendidikan S2. Sang ibu sudah tidak bisa membiayai lagi, hingga dirinya mencoba peruntungan dengan mendaftar berbagai beasiswa namun hasilnya nihil. dirinya kemudian menemui salah sa...