Malam Kami

6.2K 147 0
                                    

"anak-anak ayo bangun" kata Rara kepada duo bocil.
"bentar ma, Neno masih ngantuk nih"
"kalian mau ikut jalan-jalan apa nggak nih? "
"... "
"ya udah mama sama papa jalan-jalan berdua aja deh, ayo ma mereka ditinggal" sahut pak Ario yang baru keluar dari kamar mandi
"ayo pa"
"eh, tunggu Chila mau ikut"
"Neno juga"
Kedua anak itu kemudian segera bangun dan bersiap untuk makan malam. Pukul 18.00 wita, mereka semua sudha siap dan menuju ke Jimbaran untuk makan malam. Saat sampai disana, Rara sangat berkesan dengan suasana makan malam mereka. Makan malam di pinggir pantai dengan meja yang dihiasi lampu kecil-kecil. Disana ada 4 kursi untuk mereka dan begitu mereka duduk, para waiters segera mengantarkan menu dinner yang sudah dipesan pak Ario sebelumnya.
"kamu suka?" tanya pak Ario
"suka banget pak"jawab rara
"anak-anak kalian happy nggak? " tanya pak Ario kepada dua anaknya
"I'm happy pah" jawab Chila
"Neno juga happy papah" sahut Neno
"kalau mama happy nggak mah?" tanya Chila
"pasti happy dong sayang, apalagi ada kalian anak-anak mama yang gemesin ini" jawab Rara
"abis ini kita kemana pa?" tanya Neno
"abis ini kita ke uluwatu nonton tari-tarian ya sayang"
"yee, pasti seru"
Selesai dinner mereka kemudian menuju ke Uluwatu untuk menonton pertunjukan tari. Acara pertunjukan tari selesai pukul 21.00 wita, Neno sudah tertidur di gendongan bapaknya. Sementara Chila beberapa kali menguap. Mereka kemudian menuju ke villa untuk beristirahat. Setelah menidurkan Chila dan Neno di kamar sebelah, Pak Ario dan Rara menuju kamar mereka.
"kamu capek Ra?"
"nggak pak"
"syukurlah kalau begitu"
"emang kenapa pak?"
"i want to quality time with you as like cuddle and kissing"
"saa,, saya mau ke toilet dulu pak, permisi"
"hmm"
Rara kemudian ke kamar mandi dan bersih-bersih.
"ya Tuhan, gimana ini? Aku takut pak Ario macem-macem. Gimana cara nolaknya" bisik Rara dalam hati
Lama Rara merenung dan berdiam diri di kamar mandi
"Ra,, kamu nggak pingsan kan di kamar mandi?"
"eh, nggak pak. "
"kamu nggak kedinginan disitu. Ayo keluar"
"bentar pak"
Ceklek...
Rara kemudian keluar dari kamar mandi dengan sedikit canggung.
"kamu kenapa kok mukanya pucet gitu?"
"ngga ah, biasa aja. Mungkin abis kena angin malam" elak Rara padahal sebenarnya dia takut.
"di meja ada hot chocolate udah saya buatin"
"aman ngga nih? Hehehe"
"amanlah, tenang aja. Ya udah saya ke kamar mandi dulu"
"iya pak"
Rara kemudian menuju ke kasur dan rebahan, dia kemudian men-scroll fyp tiktoknya.
"udah kamu minum hot chocolatenya?" tanya pak Ario yang tiba-tiba sudah keluar dari kamar mandi.
"ehm, udah pak"
"kok nggak dihabisin?"
"masih kenyang pak"
Pak Ario kemudian menuju ke ranjang dan duduk di sebelah Rara.
"Ra,,"
"apa pak?" tanya Rara sambari meletakkan ponselnya di nakas.
"can i hug you?"
"of course"
Mereka kemudian berpelukan di atas ranjang.
"nonton film yuk" ajak pak Ario
"film apa?"
"romance"
"nggak deh pak, lagi males nonton. Kemarin abis maraton drakor"
"ya udah pillow talk aja"
"nah, ide bagus"
"kamu nggak mau nanya sesuatu sama saya?"
"nggak ada sih pak, mungkin latar belakang bapak"
"keluarga maksud kamu?"
"iya, boleh dong cerita keluarga bapak"
"saya itu anak terakhir dari tiga bersaudara, kakak saya yang pertama tinggal di Palembang terus kakak yang kedua di singapura. Mama papa tinggal juga tinggal di singapura. Mama saya punya butik disana, mama emang suka desain terus papa inisiatif bikinin mama butik dan Alhamdulilah ternyata bisa berkembang. Kalau papa saya lebih suka ke bidang perkebunan, papa bikin usaha produksi minyak goreng dan Alhamdulilah punya lahan sawit sendiri ya walaupun nggak yang terlalu luas"
"wah keren, terus anak-anak jarang ketemu neneknya dong pak"
"memang, selama ini saya menghandle sendiri soal anak-anak dan dibantu mbak Siti. Dia udah lama sama saya, sejak saya masih sendiri sampe balik sendiri lagi hehehe"
"ehm, bapak nggak pengen menjalin hubungan dengan perempuan lagi gitu?"
"ini udah ada kamu"
"maksud saya yang serius pak"
"kita juga serius"
"tapi hubungan kita ada karena kontrak"
"sekarang giliran kamu ra, gimana keluarga kamu"
"sama seperti bapak saya juga anak terakhir, abang saya nikah terus tinggal di Semarang"
"kakak kamu kerja apa?"
"kakak saya kerjanya jadi dosen juga, kalau papa saya punya usaha bidang kuliner"
"emang nama kakak kamu siapa?"
"kakak saya namanya Hafbi Atmoko"
"Kayanya saya pernah denger deh, dosen universitas Java Sakti bukan? boleh saya lihat fotonya?"
"iya kakak ngajar di Java Sakti, nih foto kakak"
"loh, ini temen saya Ra. Pas S3 dulu"
"serius pak?"
"iya, nih saya punya kontaknya"
"Astaga dunia sempit banget ya pak"
"iya, saya juga nggak nyangka. Ra muter film yuk, saya belum ngantuk"
"ya udah"
Rintik gerimis yang tiba-tiba datang membuat suasana malam itu menjadi syahdu, belum lagi film romance yang mereka tonton membuat keduanya terbawa oleh suasana. Pelukan sayang yang mereka lakukan menambah kehangatan di antara keduanya. Perlahan pak Ario mendekat dan mencium pipi Rara. Keduanya sama-sama terlena oleh suasana hingga akhirnya kissing. Entahlah rara sendiri tidak tahu mengapa dia tidak menolak. Dia nurut saja dengan perlakuan dari pak Ario. Dia baru sadar ketika tangan pak Ario bergerilya kemana-mana.
"pak!"
"engh, sorry. Ra please maafin saya, saya terbawa suasana" ucap pak Ario.
"untung aja saya nyadar, tangannya gak bisa diem" kata rara kesal
"ra please"
"jangan-jangan bapak gini juga ya sama perempuan lain sebelum ada saya"
"sumpah nggak pernah"
"heleh"
"beneran Ra, saya nggak tau kenapa kalau sama kamu saya nyaman"
Rara kemudian beranjak dari tempat tidur menuju ke kamar anak-anak.
"mau kemana kamu?"
"nengok anak-anak"
"terus saya sama siapa? "
"bodo amat"
"ih, mulutnya nggak sopan" Rara hanya diam saja tak menanggapi.
"please disini aja, temani saya" cegah pak Ario yang tiba-tiba memeluk Rara yang sudah berada di ambang pintu.
"please Ra, saya janji nggak aneh-aneh"
"beneran ya"
"iya"
"awas aja, udah saya mau tidur pak"
"iya ayo"
Rara kemudian menuju ranjang dan tidur dengan pak Ario yang memeluk dirinya. Dia
kemudian teringat saran fani untuk nikah siri saja dengan pak Ario. Setelah dipikir-pikir benar juga yang dibilang Fani, semakin lama tingkah pak Ario semakin nggak karuan. Skinship sudah biasa bagi mereka berdua. Dirinya menjadi sedikit bingung, kalau dia nikah siri dengan pak Ario otomatis dia akan mengecewakan orangtuanya. Kalau dia nikah resmi, apa dia sudah siap menjadi pendamping pak Ario selamanya sedangkan kedekatan mereka baru beberapa bulan saja. Mungkin lebih baik sepulang dari Bali dia akan membicarakan hal ini kepada fani. Fani pasti bisa memberikan pencerahan untuk kegalauan hatinya.
*****

Simpanan Dosenku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang