Rara tengah merapikan tatanan rambutnya yang begitu indah. Sedangkan Ario sedang mengancing kemeja batik seragam keluarga. Hari ini adalah hari pertunangan Fani dan Pak Randi. Acaranya diselenggarakan di hotel Revana, milik keluarga besar Ario.
"Udah selesai yang?"
"Udah Mas, aku ke anak-anak dulu ya"
"Iya sayang"
Rara melangkahkan kaki menuju kamar Chila dan Neno. Disana kedua anaknya sudah mengenakan baju yang senada. Rara couple dengan Chila sedangkan Pak Ario memakai batik kembar dengan Neno. Indah sekali bukan.
"Sini sayang Mama benerin rambut kakak"
"Ini mah" Chila mendekat ke arah Rara dan Rara segera menguncir rambut anak sulungnya dengan telaten Setelahnya, Rara menyisir rambut Neno dan mengoleskan gel rambut khusus anak-anak.
"nah, anak-anak mama udah cakep dan keren nih. Yuk keluar, kalian tunggu di sofa bawah ya nak. Mama mau manggil papa terus kita berangkat"
"Oke mama, makasih ya udah rapihin rambut kakak"
"Siap mamaku yang cantik"
Chila dan Neno kemudian menuju ruang tamu untuk menunggu mama dan papanya.
Ceklek...
"Ayo Mas"
"Udah semua yang?"
"Udah Mas"
"Yaudah ayo"
Mereka kemudian berangkat menuju hotel Revana.
•••••
-Rara POV-
Aku melangkahkan kaki menuju kamar tempat Fani di Make Up, rencananya akulah yang akan menggandeng dirinya keluar menemui sang pujaan hatinya. Sebenarnya jarak usia Mas Ario dan Om Randi tidak terlalu jauh. Mas Ario 34 tahun dan Om Randi 37 tahun. Namun bila dibandingkan dengan aku dan Fani, jarak usia tersebut cukup jauh. Fani dan Om Randi selisih 15 tahun. Walau begitu, wajah om Randi masih awet muda dan terawat, maklumlah Om kami itu banyak duit. Pekerjaan sebagai direktur utama di sebuah perusahaan ekspor ikan laut dan juga lintas bidang di perusahaan otomotif membuat cuan mengalir dengan deras. Belum lagi cabang usaha supermarket yang sedang berkembang, aku tau hal ini karena Mas Ario cerita jika supermarket milik om kami bekerja sama dengan perusahaan suamiku yang bagian supplier sayur dan makanan pokok. Belum lagi fee dari keuntungan hotel, dijamin deh nggak kekurangan cuan. Hotel ini yang menjalankan tante Prita, namun setiap bulan kami mendapat pembagian bonus yaa lumayanlah masih 2 digit. Oke balik lagi ke sahabatku, aku mengetuk pintu kamar dan dijawab oleh Fani agar aku masuk saja.
"hello calon onty" sapaku pada Fani yang tengah duduk di atas ranjang sembari memainkan ponselnya.
"hai ponakan"
"Gila ya,, cakep banget loh onty akuuhh hahahaha"
"Jelas dong, biar om kamu terpesona"
"Jadi gimana?"
"Apanya Ra?"
"Udah siap?"
"Insyaallah sih, aku degdegan nih"
"Wajar dong"
"Emang kamu dulu begitu?"
"Iyaa"
"Raa,, keputusan aku udah bener kan? Aku nggak salah pilih kan?"
"Apa ada yang kamu sembunyiin dari aku?"
"Nggak ada,"
"Terus kenapa? Kok jadi gini? Jujur aja Fan"
"Aku takut masa lalunya om kamu balik lagi huhuhuuu"
"Eh jangan nangis, ntar luntur bedaknya. Katanya mau bikin Om terpesona"
"Aku hanya takut Ra, aku ktu orang baru dalam hidupnya Mas Randi. Sedangkan dia udah kenal Mas Randi puluhan tahun, sejak mereka SMA. Aku takut masa lalu mereka belum kelar."
"Kalau kata aku sih, om Randi itu orangnya bertanggung jawab atas pilihannya. Kalau kamu yang dipilib pasti dia akan bertanggung jawab atas hubungan yang kalian bangun. Lagian nih yaa, coba kamu pikir deh Fan. Ini juga bagian dari skenario Tuhan, kalau mereka nggak ditakdirkan bersatu mau selama apapun Om Randi menunggu juga nggak bakalan bersatu. Tenang ya, aku yakin Om Randi pasti mencintai kamu dan kalian hanya perlu menyemaikan rasa cinta itu agar semakin kuat"
"Tapi Ra,, Om kamu kok nggak bucin sih sama aku? Nggak kaya Pak Ario dan malah aku yang terkesan kebucinan."
"Fani,, Fani.. Kamu kadang lucu yaa.. Dulu kamu yang ngajarin aku soal love language, sekarang malah kamu yang pikun soal hal itu"
"Ish.. Rara mah"
"Fan, tidak ada orang yang 100% sempurna. Ada sisi baik dan sisi minusnya, kalau kamu yakin dengan Pak Randi ya kamu dan dia harus saling melengkapi. Pelan-pelan kalian bangun komunikasi, kalau dia nggak peka ya kamu harus talk about your feeling and whats you want. Se simple itu. Kalau menurut dugaanku, om Randi itu tipe yang act of service sih. Dan kalau aku lihat nih, sebenarnya om Randi itu udah kesengsem sama kamu. Buktinya waktu kita pulang dari apartemen kamu, dia balik lagi nyamperin kamu kan? Gegara muka kamu bt."
"Kok kamu tau?"
"Ya taulah, sekarang hapus air mata kamu dan kita rapihin lagi dandanannya. Acara udah mau dimulai tuh di depan. Nih Mas Ario udah wa aku"
"Bantuin"
"Ayok"
Aku kemudian membantu fani merapikan dandanannya dan kemudian menggandeng dirinya keluar bersama bunda. Begitu kami memasuk ballroom hotel, semua mata tertuju pada kami. Fani tampil dengan sangat cantik dan anggun dalam balutan kebaya, sedangkan aku dan bundanya Fani mengenakan dress. Acara dimulai dengan pembukaan, kemudian sepatah kata dari Pak Randi. Dilanjut dengan jawaban Fani dan kemudian tukar cincin. Selesai dengan tukar cincin, acara foto bersama dan ramah tamah. Aku melihat ekspresi kebahagiaan dalam manik mata sahabatku itu, dan aku juga bisa melihat jika benih-benih cinta mulai muncul di dalam diri om Randi. Aku selalu mendoakan kebahagiaan mereka, aku berharap mereka bisa berproses menuju pernikahan dan diberi kemudahan dalam segala hal. Aku bahkan akan dengan senang hati dan antusias membantu persiapan pernikahan mereka. Aku yakin om Randi adalah sosok yang pas untuk sahabatku itu.
Fani, my besti.. I hope you alway happy with your choice.
-Rara POV End-
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Dosenku
AcakRara baru saja menyelesaikan pendidikan S1, dan ingin melanjutkan pendidikan S2. Sang ibu sudah tidak bisa membiayai lagi, hingga dirinya mencoba peruntungan dengan mendaftar berbagai beasiswa namun hasilnya nihil. dirinya kemudian menemui salah sa...