Hari ini merupakan hari pertama rara masuk di kuliah semester genap. Dia masih berada dirumah ibunya, sejak kepulangannya dari Bali dia belum kembali ke rumah pak Ario. Anak-anak tentu merindukan dirinya namun dia bersikeras untuk tetap dirumah ibunya. Hampir 2 minggu dia berada dirumahnya, sebenarnya ada rindu yang sudah menumpuk dihatinya. Dia rindu celotehan anak-anak, rindu ngobrol sore bareng mbak siti dan juga rindu dengan bapaknya anak-anak. Dibalik kerinduan yang menggunung itu, dirinya ternyata lebih mempertahankan egonya untuk tetap berada disini. Sudah puluhan kali pak Ario menghubungi dirinya namun rara hanya menjawab sekenanya. Dia masih ingin memastikan jawaban dari hatinya.
"kamu nggak berangkat nduk?" tanya bu Ratih pada Rara
"bentar bu"
"kok bentar, jauh lho jarak kampus dari rumah kita"
"setengah jam lagi"
"ini ibu mau nanya sama kamu. sebenernya ada apa sih nduk, sejak pulang kamu sering melamun seperti banyak pikiran. Apa yang mengganggu hatimu? Apakah kuliahmu terlalu berat?"
"nggak ada bu, rara cuma lagi menikmati suasana rumah aja"
"mangkanya kamu itu mbok ya sesekali pulang, masa semester kemarin kamu nggak pulang 7 bulan lebih. Ibu ini juga kangen sama anaknya, kamu tau sendiri mas kamu udah jauh dari kita"
"iya bu, maafin rara ya. Nanti rara usahain deh rajin pulang"
"kamu ingat nggak dulu aja waktu kuliah S1 kamu rajin pulang, tiap minggu pulang. Sekarang jarang. Ibu dan bapakmu ini kesepian nduk,setidaknya sebulan sekali kamu pulang"
"maaf ya bu"
"yowes ndak papa, yang penting kuliahmu lancar dan kamu cepet lulus"
"makasih ya bu, Rara sayang ibu"
"ibu juga sayang rara, jaga diri baik-baik disana"
"pasti bu, oh iya bu kalau misalnya rara mendadak dapat jodoh trus mau nikah gimana?"
"emang udah ada calon ?, biasanya ngomong gini itu udah ada target hehehe"
"belum bu, ini seandainya aja. Gimana menurut ibu?"
"kalau ibu sih nggak masalah kamu mau nikah sekarang atau nanti, tapi ibu lebih seneng nikahnya kalau kamu udah lulus. Kalaupun kamu mau nikah sekarang, terus calonnya baik ya ibu restui daripada anak ibu berbuat zina"
"ibu emang paling pengertian"
"gini ya nduk, jodoh itu misteri, contohnya masmu, dia nggak pernah pacaran eh jodoh sama mahasiswinya."
"bener juga sih bu, omong-omong bapak kapan pulang bu?"
"paling nanti malam, loh kok udah jam setengah 9 Ra. udah sana berangkat"
"ya udah, rara berangkat ya bu. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, hati-hati nduk. jangan sampai salah jalan, jaga diri baik-baik, jaga kehormatan."
"siap bu"
*****
-Rara Pov-
Aku sampai dikampus pukul 9.15 . Tadi keasikan bercerita sama ibu bikin aku semakin lupa waktu. Sebenarnya aku tadi malas berangkat lantaran hari ini kelasnya pak Ario, namun bagaimanapun aku harus semangat demi gelar masterku. Begitu aku masuk ke kelas ternyata disana pak Ario sudah menerangkan materi perkuliahan. Aku terlambat.
"assalamualaikum pak"
"Waalaikumsalam, anda terlambat berapa menit saudari Rara?" aku melihat jam dipergelangan tanganku, ternyata 20 menit.
"saya telat 20 menit pak"
"sesuai kontrak kuliah yang sudah kita sepakati, silahkan anda menutup pintu dari luar"
"tapi pak, ini kan baru hari pertama kuliah"
"tidak ada toleransi, silahkan keluar"
"baik pak, permisi"
"silahkan, nanti selesai kelas temui saya diruang dosen"
Aku hanya mengangguk kemudian melangkahkan kaki menuju keluar kelas, rasa dongkolku semakin bertambah terhadap bapak 2 anak itu. Belum kelar masalah di Bali, sekarang dia sok-sokan ngusir aku dari kelas. Bikin aku malu aja sama temen sekelas. Apaan lagi, dia pake nyuruh aku nemuin dia selesai kelas. Bodo amat deh, lebih baik aku pulang ke kosan aja. Tahu gini mending tadi nggak berangkat. Pulang aja deh ke kosan trus rebahan sambil nonton drakor. Aku lantas melangkahkan kaki menuju perkiran, aku mengabaikan perintah pak Ario untuk menemuinya. Aku sungguh sangat kesal dengan dia. Bagaimana mungkin dia membuatku badmood dengan begitu mudah. Sesampainya di kosan aku mengganti baju yang kupakai dengan baju yang aku bawa dari rumah ibu. Nyamannya pakai piyama, apalagi yang kedodoran. Aku kemudian membuka aplikasi netflx untuk menonton drama kesukaanku. Entahlah saat film berjalan sekitar 1 jam mataku sudah terpejam. Memang sekarang pukul 11.00, jadi bisa dikatakan jam-jam rawan.
Tring.. Tring.. Tring..
Dering telepon membangunkan aku dari tidur nyenyakku. Saat aku lihat id caller ternyata dari pak Ario. Aku bingung mau mengangkatnya atah membiarkan saja. Ya udah deh, aku angkat aja.
"halo, assalamualaikum" sapaku
"Waalaikumsalam, kamu dimana?"
"di kosan"
"tadi kan sudah saya suruh ke ruangan saya, kenapa malah pulang ke kosan"
"tadi saya.. Itu pak saya pusing"
"yang bener?"
"Iya pak"
"Kamu nggak pulang kerumah?"
"Rumah mana?"
"Rumah kita"
"Ntar deh pak, saya mau quality time with my self dulu"
"Dua minggu kemarin masih kurangkah?"
"Perlu sedikit lagi sih kayanya."
"apa mau saya jemput"
"Nggak usah, sekarang saya mau disini aja"
"Nggak kangen anak-anak?"
"Kangen sih"
"Kalau kangen pulang dong, tiap hari mereka nyariin kamu. Nanyain mulu kapan kamu pulang"
"bentar lagi"
"Ya udah saya mau ngajar dulu, sebentar lagi ada kelas. Untuk tugas keterlambatan kamu, nanti saya kirim ke email kamu."
"Oke pak"
"assalamualaikum, cepet pulang ya"
"Waalaikumsalam"
Sambungan telepon kemudian terputus. Aku melanjutkan acara rebahanku disini.
Sekitar 1 jam kemudian pak Ario menelepon aku lagi.
"ada apa pak?"
"kamu bisa nggak pulang hari ini?"
"Duh, ntar deh pak"
"Saya mohon, pulang hari ini ya. Saya jemput"
"Nggak dulu deh pak"
"Tolong Ra, pulanglah demi anak-anak"
"Hmm"
"Neno sakit, dia diopname."
"hahh, di rumah sakit mana dia sekarang?"
"RS pelita ibu, ruang flambo 3"
"sejak kapan?"
"tadi siang,dia sepertinya terlalu rindu sama kamu. Nyariin terus dan gak mau makan"
"ya udah pak, kalau gitu saya ke rumah sakit nengok Neno dulu. Assalamualaikum"
"iya saya tunggu. Waalaikumsalam"
Aku bergegas kerumah sakit untuk menemui Neno. Anakku sayang kenapa kamu sakit? Mama khawatir sama kamu. Semoga kamu baik-baik saja nak. Maafin mama ya nak, udah ninggalin kamu demi ego mama.-Rara Pov end-
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Dosenku
AcakRara baru saja menyelesaikan pendidikan S1, dan ingin melanjutkan pendidikan S2. Sang ibu sudah tidak bisa membiayai lagi, hingga dirinya mencoba peruntungan dengan mendaftar berbagai beasiswa namun hasilnya nihil. dirinya kemudian menemui salah sa...