Hii,, setelah sekian lamanya akhirnya up juga hehehe. Maafin author yang sok sibuk hehehe..
*****
Rara yang mendengar percakapan suaminya dengan sang Om terlihat begitu kaget. Apa sebenarnya yang dirahasiakan Ario dan Omnya itu? Apakah dugaan Fani benar? Nggak! Ini nggak bisa dibiarkan, Fani nggak boleh terluka. Rara segera menghampiri suaminya.
"Mas"
"Eh,, sayang" ucap Ario terkejut dengan kehadirannya.
"aku mau bicara sama kamu"
"iya sayang"
Mereka kemudian duduk di sofa dengan tatapan penasaran dari Rara.
"ada apa sayang?" tanya Ario
"kamu pasti udah ngerti maksud aku mas" jawab Rara
"soal telfon tadi?"
"Iya mas, apa yang tidak aku ketahui"
"Jadi tadi mas nelfon om Randi dan nanyain dia dimana"
"Terus?"
"Dia lagi meeting"
"Serius meeting? Ini jam berapa mas?"
"Iya sayang"
"Kamu nggak usah nyembunyiin sesuatu deh mas"
"Nggak sayang"
"Jangan bohong Mas, mas pikir aku nggak tau pikiran mas ario? Ayo jujur"
"Nggak sayang"
"Oh jadi gitu kamu lebih nutupin kesalahan om kamu daripada terbuka sama aku?"
"Nggak gitu Raaa, Mas akan selesaikan ini dengan om Randi, kamu dan fani gak usah mikirin hal ini oke. Lebih baik kamu temani Fani istirahat ya sayang"
"Nggak! Sebelum kamu bilang ada apa!"
"Kok bicaranya gitu"
"Udah deh Mas jangan mengalihkan pembicaraan, langsung to the point aja!"
"Emang gak ada apa-apa sayang"
"Nggak percaya, kalau nggak ada apa-apa tuh om kamu pasti udah pulang nemenin bininya. Mana ada suami sampe rela pulang lembur terus saat istrinya lagi hamil? Apa jangan-jangan ini ada hubungannya sama Bu Arin? Ngaku kamu!"
"Kok kamu bisa nyimpulin gitu sih Raaa?"
"Udah deh Mas, fani tadi juga curhat sama aku gimana sikap om Randi sama dia. Suaminya berubah Mas. Apalagi coba?"
"Raaa,, Mas mohon jangan gitu kasihan anak kita kalau kamu meledak ledak gini"
"Ya mangkanya kamu langsung jujur dong, gini aja kamu nggak bisa jujur. Aku jadi mikir jangan2 kamu juga nyimpen banyak rahasia"
"Astagfirullah Rara, kamu kok jadi nuduh Mas sih"
"Ya kenyataannya gitu Mas, ini padahal masalah diluar pernikahan kita, tapi kamu nggak bisa terus terang. I dont know"
Rara kemudian melangkahkan kakinya keluar kamar untuk mengambil minuman dingin, ia merasa sangat kesal dengan Ario yang tidak terbuka kepadanya soal om Randi. Saat akan menuruni tangga, Rara begitu terkejut dengan keadaan Fani yang tengah pingsan di ruang tamu.
"Maaaassssss,,, Mas Rioooo,, tolong masssssss" teriak Rara panik
Dengan langkah tergopoh-gopoh Ario mendatangi istrinya yang sudah menangis sesenggukan. "Massss,, ini fani kok ginii"
"Dia pingsan sayang..ayo kita bawa ke rumah sakit"
Mereka membawa fani dengan panik, khawatir dengan kondisinya. Sepanjang perjalanan Ario menghardik omnya dalam hati. Sesekali si om harus diberi pelajaran. Maka dia segera menelpon maid dirumahnya untuk merahasiakan kejadian tadi apabila omnya bertanya. begitu sampai dirumah sakit, dengan dibantu oleh sopir Ario membopong Fani untuk ke UGD, Rara terus saja meneteskan air mata. Khawatir dengan kondisi sahabatnya dan juga bayi yang ada dikandungan Fani. Hampir setengah jam menunggu dokter yang menangani fani menemui mereka.
"Bagaimana kondisinya dok?"
"Apakah anda suaminya?"
"Bukan dok, saya keponakannya"
"Begini, kondisi ibu Fani saat ini sedang lemah sekali dikarenakan stress yang dialami. Stress ini akan berdampak buruk pada janinnya apabila dibiarkan berlarut - larut. Saya meminta agar ibu Fani dibantu dalam mengelola stressnya. Karena dukungan dari keluarga dan orang sekitar yang akan membuat ibu fani lekas pulih. Ada beberapa obat yang saya resepkan untuk membantu ibu fani lebih tenang"
"Baik dok, terima kasih"
"Kalau begitu saya permisi, pasien sudah sadar"
*****
-Ruang Rawat Fani-
"Raaaaaaa,,," sapa Fani ketika Rara menghampirinya.
"Fann..."
Keduanya bertatapan mata kemudian fani menangis dan Rara juga ikut menangis.
"It's oke Fan, wajar kalau sedih. Tapi kamu harus ingat ada bayi disini. Kamu nggak sendirian, ada aku juga mas Ario dan anak-anak kita."
"Raa.. Boleh nggak sih kalau kita liburan berdua, aku mau Qtime sama kamu."
"Boleh, tapi kamu harus pulih dulu. Oke?"
Fani tak menanggapi ucapan Rara, dia hanya memejamkan mata karena perlahan rasa kantuk menghampiri dirinya. Mungkin ini adalah efek obat yang diberikan oleh dokter. Rara yang melihat fani tertidur kembali manangis, ikut merasakan sesak yang dialami sahabatnya.
"sayanggg" panggil Ario yang entah kapan sudah berada dikamar rawat tersebut.
"Mas,,"
"Ayo kita ke kamar istirahat," ajak Ario,
mereka berada di kamar rawat VVIP dengan fasilitas kamar istirahat untuk penunggu pasien. Setelah berada di kamar istirahat, Ario mengecup kening istrinya.
"Maafin mas ya sayang, mas akan jujur sama kamu soal om Randi"
"Iya Mas"
"Jadi, om Randi ada kerja sama dengan perusahaan lain untuk melebarkan bisnisnya yaitu hotel. Nah kebetulan perusahaan yang jadi mitra bisnis itu direkturnya adalah Arin. Awalnya Mas kaget, kok bisa? Ternyata Arin ambil alih perusahaan papanya. Nah, dari meeting-meeting inilah lama-lama mereka lebih dekat. Hingga suatu malam, saat mas seminar di Bogor, Om Randi tiba-tiba nelfon dalam keadaan mabuk. Terus Mas samperin, eh disana ada si Arin. Untungnya mereka belum berbuat iyaiya. Mas sampe tepat waktu. Malam itu om Randi mas bawa ke hotel tempatnya Mas dan besoknya mas kasih kuliah gratis. Dia bilang menyesal, namun nilai dari kerja sama itu sangat menguntungkan jadi tidak bisa seenaknya membatalkan. Padahal mas udah nawarin pinjaman dana buat bayar penalti. Tapi om Randi masih kekeh."
"Maafin Rara ya Mas udah marah-marah tadi"
"Iya, Mas juga. Dan Mas berani bersumpah bahwa Mas nggak pernah menghianati kamu sayang. Dengan ketulusan kamu untuk Mas dan anak-anak itu udah sangat berharga bagi Mas."
"Terus sekarang fani gimana?"
"Mas akan urus masalah ini, kamu tenang aja. Kamu temani fani aja ya, jangan lupa juga untuk istirahat. Ingat, ada anak kita disini"
'Iya Mas"
"Sekarang tidur ya, mas elus-elus punggungnya. Nanti biar Mas yang jaga fani."
Rara menurut perkataan sang suami. Perlahan elusan di punggungnya mengantarkan Rara pada mimpi indahnya.
*****
Setelah Rara terlelap, Ario memeriksa keadaan fani dan setelah memastikan fani aman dirinya keluar ruang rawat inap untuk menghubungi seseorang.
"halo,, bagaimana?"
"......"
"pantau terus mereka,"
"......"
"oke, jangan sampai kecolongan"
Tut...
Dia mematikan teleponnya dan kembali ke kamar rawat. Kemudian membuka pintu kamar istirahat dan tertidur di sofa sambil memikirkan rencana selanjutnya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Dosenku
RandomRara baru saja menyelesaikan pendidikan S1, dan ingin melanjutkan pendidikan S2. Sang ibu sudah tidak bisa membiayai lagi, hingga dirinya mencoba peruntungan dengan mendaftar berbagai beasiswa namun hasilnya nihil. dirinya kemudian menemui salah sa...