Rara Ulang Tahun

1.5K 84 3
                                    

Hai readers, makasih ya yang udah vote dan komen. Jadi makin semangat buat update. Happy reading.
•••••
Rara menggeliat dari tidurnya, mengumpulkan kepingan nyawa yang masih beterbangan entah kemana. Pagi ini terasa hampa, tidak ada pelukan hangat dari sang suami dan tidak ada sapaan manis seperti biasa. Tadi malam mereka sempat bertengkar karena sesuatu hal yang sebenarnya tidak terlalu penting. Rara seperti biasa hilang kendali dan mencak-mencak sedangkan Ario lebih banyak mendengarkan kemudian mendiamkan istrinya. Air mata Rara menetes begitu membuka ponsel dan melihat bahwa sekarang tanggal 09 Februari. Hari ini adalah hari spesial baginya, hari ulang tahunnya. Jika di tahun sebelumnya dia selalu mendapat ucapan selamat ulang tahun dari teman-temannya namun pagi ini belum ada satupun yang mengucapkan selamat ulang tahun. Ini adalah tahun pertama dia ulang tahun dengan status bersuami, namun suaminya itu malah mendiamkan dirinya sejak semalam. Ayah dan ibunya bukanlah orang yang selalu merayakan ulang tahun dirinya, namun mereka pasti akan memberikan ucapan. Mengetahui bahwa tidak ada satupun orang yang menyadari bahwa dirinya sedang bertambah umur membuat mendung menggelayut di hatinya hingga tetes hujan terus jatuh di kedua mata indahnya. Setelah berdiam diri dan menangis cukup lama, Rara kemudian ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan bersiap sholat subuh. Dirinya begitu merana hingga dalam sholatnya Rara menetes air mata. Rara berdoa dengan begitu serius, dia memanjatkan banyak harapan di usianya yang baru. Harapan agar rumah tangganya semakin harmonis, harapan agar kedua anak mereka sehat selalu dan tumbuh dalam kasih sayang, harapan agar orang tua dan mertua selalu sehat, juga harapan agar segera dititipkan momongan. Selesai berdoa, Rara melihat Ario masuk ke kamar dengan memakai sarung dan baju koko juga membawa sajadah di tangannya. Pasti sang  suami pulang dari jamaah di mushola dekat rumah. Ario menatap istrinya dengan pandangan sayang, sebenarnya tidak tega untuk mendiamkan namun itu juga demi kebaikan bersama. Ia ingin agar Rara belajar lebih dewasa lagi dan memahami bahwa ketika merasa kesal tidak harus mencak-mencak seperti kemarin. Ario ingin mengajarkan pengendalian diri kepada Rara, karena sudah berkali-kali dalam pernikahan mereka yang sudah berjalan 2 bulan ini Ario menasehati istrinya agar belajar meredam emosi. Rara yang memang pada dasarnya anak manja dan masih berusia muda maka terkadang emosi dan hormon dalam dirinya belum mampu ia kendalikan sepenuhnya. Rara menatap sang suami yang belum  menyapa dirinya, Rara kemudian melipat mukenah juga sajadah yang dia gunakan kemudian turun ke dapur untuk membuat sarapan. Di dapur dia membuat menu sederhana saja yaitu nasi goreng udang, telur ceplok dan susu hangat. Selesai dengan menu sarapan, Rara kemudian menuju kamar anak-anak yang ternyata sudah rapi dengan seragamnya.
"sayang kok udah rapi?"
"Iya mah, papa bilang kita harus belajar mandiri"
"Yasudah Mama mandi dulu ya nak, kalian ke meja makan nunggu dulu ya"
"Oke Mama"
Rara kemudian menuju kamarnya dan mandi, dia melihat Ario sudah rapi dengan setelan kerja yang membuatnya begitu tampan. Dia tak berniat memulai obrolan, dan memilih merapikan rambutnya juga mengoleskan skincare. Rara melihat sang suami juga tak menyapa dan memilih keluar kamar. Rara buru-buru menyelesaikan dandannya dan bergabung dengan anak-anak di meja makan.
"pagi Mama" sapa Neno
"Pagi anak-anaknya Mama"
"Ayo sarapan terus berangkat"
"Iya papah"
Keluarga kecil itu makan dalam diam, menghabiskan menu yang tersaji di depan mereka dengan lahap. Rara sangat bersyukur bahwa Ario dan anak-anak mereka tidak rewel soal makanan. Bagi seorang ibu dan istri hal demikian merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri. Selesai sarapan, anak-anak diantar oleh Pak Maman sedangkan Rara dan Ario seperti biasa berangkat bersama.
"Eh, Mas.. Tunggu"
"Ada apa?"
"Rara mau berangkat sama fani aja Mas"
"ya sudah hati-hati"
Setelahnya Rara menyalimi tangan Ario dan menunggu Fani menjemputnya di Teras. Sedangkan Ario berangkat lebih dahulu dengan mobilnya.
Rara segera membuka aplikasi chatting miliknya dan menanyakan keberadaan Fani.
Hampir 15 menit menunggu, Fani baru membalas pesannya bahwa sedang otw. Fani tiba di kediaman Ario pukul 07.15 yang artinya waktu mereka ke jam kuliah pertama tinggal 15 menit lagi.
"lama amat sih Fan" gerutu Rara
"Ye maaf, tadi aku kesingan. Buruan masuk"
"Udah ayok"
Mereka kemudian tancap gas menuju Kampus.
"Tumben sih Ra ngajakin bareng?"
"Aku kangen masa-masa dulu hahaha"
"Kamu nggak bertengkar sama Pak Ario kan?"
"Nggaklah"
"Yakin? Tuh mata nggak bisa boong"
"Emang kenapa mata aku?"
"Ngaca aja nih"
"Ya elah Fan, ini efek pengantin baru tau nggak"
"Ngelak aja terus"
"Eh apaan tuh di depan kok macet segala"
"Ngga tau Ra, fix terlambat ini mah. Ntar diomelin laki lu"
"Gimana dong Fan?"
"Udah kita nikmati aja prosesnya, anggep aja flashback semester awal hahaha"
"Hahahaha, bener juga. Sesekali diomelin seru kali ya"
Keduanya tertawa bersama dan bahagia walaupun sedikit dagdigdug dalam hati menantikan omelan sang dosen killer.
Hingga pukul 07.50 mereka baru sampai di Kampus dan segera menuju ke Kelas dimana jam pertama dilaksanakan.
Tok.. Tok... Tok...
"assalamualaikum" ucap Rara dan Fani
"Waalaikumsalam" balas Pak Ario. Rara dan Fani kemudian masuk ke kelas dan menghampiri meja Dosen.
"Kalian sadar apa yang kalian lakukan?"
"Sadar Pak"
"Apa kesalahan kalian?"
"Kami terlambat Pak"
"Berapa menit?"
"20 menit"
"Salah"
"Hah??"
"Kalian terlambat 23 menit"
"Maaf Pak, tadi macet"
"Kenapa kalian nggak berangkat lebih pagi?"
"...."
"Jawab kenapa diam?"
"Tadi, saya kesiangan terus terlambat jemput Rara Pak"
"Kalian dan juga semuanya yang ada di Kelas ini, kalian itu sudah dewasa sudah S2 dan sudah memasuki semester akhir. Saya harap kalian lebih menghargai waktu lagi, ini bukan semester awal yang masih bisa cengengesan. Ini kalian udah mau nyusun tesis, udah mau lulus loh. Saya harap kejadian seperti ini tidak terulang lagi"
"Baik Pak"
"kami mohon maaf"
"Silahkan kalian duduk tapi nanti ada punishment yang harus kalian terima"
"Baik Pak"
Rara dan Fani kemudian duduk dan menyimak materi yang sedang dijelaskan oleh Pak Ario. Saat pengumpulan tugas, Rara baru ingat kalau tugasnya tertinggal di meja nakas. Auto tepok jidat.
"Kenape lagi bestii?" Tanya Fani
"Aduh tugas aku ketinggalan nih Fan"
"Lah gimana dong?"
"Kumpulin aja, aku nyusul"
"Eh,,, bentar deh kayanya tugasku juga ketinggalan di mobil nih Ra. Ya udah kita nggak ngumpulin aja gimana?"
"Ambil aja ke mobil, ntar kamu diomelin"
"Biarin deh Ra, ngga tega klau kamu dihukum sendirian"
"Ya udah makasih ya bestii"
Benar saja, kini keduanya sedang disidang habis-habisan di ruangan Pak Ario. Kesalahan pertama adalah terlambat dan kesalahan kedua mereka tidak mengumpulkan paper. Pak Ario menasehati mereka dari A ke Z, dari Sabang sampai Merauke, dan dari Miangas sampai Pulau Rote. kedua sahabat itu hanya diam saja mendengar ceramah yang disampaikan.
"Jadi gimana?"
"Ehmmmm,,," jawab keduanya
"kalian mau dihukum apa?"
"hukuman yang menyenangkan Pak, Hehehe" sahut Fani
"Oh, gitu ya. Ya sudah saya kepengen kalian membuat sebuah dokumentasi dari suatu project"
"Oh,, begitu ya Pak. Baik Pak" jawab Fani, sementara itu Rara menyenggol Fani karena dirinya bingung project apa yang akan mereka lakukan.
"Sssttt,, diam aja lagi Ra, aku ada ide"
"Ada yang perlu ditanyakan?"
"Cukup Pak, saya permisi"
"Saya juga Pak, mari"
"Silahkan"
Begitu sampai diluar ruangan, Rara segera menghentikan langkah Fani.
"Eh Fan yang bener aja, emang kita punya project apa?"
"Udahlah Ra, ntar aku pikirin"
"Heh, mana bisa"
"Udah ikutin aku aja, ntar sore ikut aku yuk ke kafe Begonia. Kali aja disana kita nemu inspirasi"
"Kenapa nggak bilang dari tadi, tau gitu izin langsung sama Mas Ario"
"Buruan gih ditelfon"
"Oke"
Tutttt... Tut...
"Halo Mas?"
"Halo"
"Aku mau izin ke kafe sama Fani buat nyari inspirasi"
"Iya, hati-hati"
"Oke Mas, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam"
Tuttt...
"Yuk Fan"
"Gaslah"
Setelah menempuh jarak 1 jam, akhirnya mereka sampai di kafe Begonia. Rara dan Fani memilih duduk di Lesehan yang menghadap ke Laut. Deburan ombak sungguh indah ditemani dengan suasana senja.
"Happy birthday to youu, happy birthday you.. Happy birthday, Happy birthday, Happy birthday to you" suara nyanyian dan tepukan meriah mengalihkan perhatiannya Rara. Saat menoleh ke belakang ternyata pak Ario, anak-anak, kakak dan orang tuanya sedang menyanyikan lagu untuknya dan membawa kue ulang tahun.
"Mas.."
"Selamat ulang tahun istrikuu"
Rara meneteskan air mata bahagia, hari ulang tahunnya kali ini terasa begitu istimewa. Ada keluarga, dan anak-anak yang memberikan kejutan juga selamat.
"Mama selamat ulang tahun ya, Chila sayang Mama"
"Makasih sayang"
"happy birthday mama, Neno love mama"
"I love you more"
"selamat ya adek"
"Makasih kak, tumben kok kakak bisa hadir disini?"
"iya dong, Kakak mau ngasih kejutan sama kamu"
"Apa kak?"
"Kakak udah pindah kemari dan bakalan ngajar di Kampus kamu dek"
"Apa?! Wah Alhamdullillah ya kak"
"Hehehe iya dek"
"Selamat nduk"
"Makasih bapak dan ibu"
"doa terbaik buat anak-anak ibu dan bapak"
"Aamiin"
"Selamat ya Raa"
"Makasih bestii"
"Nih buat kamu" Fani menyodorkan sebuah kotak kepada Rara
"Apaan ini Fan?"
"Buka aja Ra" Rara kemudian membuka kotak itu dan isinya selembar kertas cantik.
"Undangan pertunangan, kamu mau tunangan Fan?"
"Hehehehe"
"Sama siapa?"
"Tuh." tunjuk Fani kearah pintu masuk, seorang pria memakai setelan jas rapi dan maskulin sedang menuju ke arah mereka.
"Maaf saya terlambat" sapa pria tersebut.
•••••

Simpanan Dosenku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang