Kepergok Kak Andi

2.7K 117 0
                                    

~~~~~~
Hari ini pak Ario sedang libur kerja, dan karena anak-anak sedang libur maka aku inisiatif mengajak mereka pergi ngemall. Pak Ario menyetujui apalagi anak-anak, sudah pasti mereka sangat antusias. Kami berangkat dari rumah pukul 15.00 wib. Sesampainya di mall kami menuju arena permainan anak. Chila dan Neno langsung main mandi bola, sedangkan aku dan pak Ario menunggu sambil sesekali berbincang. Lama menunggu mereka bermain, akupun memutuskan untuk membeli minuman agar saat mereka selesai bermain tidak kehausan.
"pak, saya beli chatime dulu ya. Ntar anak-anak biar ngga kehausan. Bapak pesen seperti yang kemarin kan?"
"iya, nih buat bayar" pak ario menyodorkan credit card.
"ngga usah, ini aku bawa cash"
"ya udah ntar saya ganti"
"apaan sih pak, nggak jadi beli nih"
"ya udah terserah kamu deh"
"nah, gitu dong. Ya udah aku pergi dulu ya pak"
"iya, jangan lupa kembali"
Aku kemudian menuju lantai 2, dibawah tempat bermain ini. Disana antrian pembei tidak terlalu banyak, hanya ada 2 orang saja. Saat tiba giliranku aku kemudian menyebutkan apa saja yang aku pesan. Selesai dengan pembayaran dan saat aku menunggu minuman siap, Aku merasa seperti ada yang memperhatikan namun saat menoleh kesana kemari tidak ada yang aku kenal. Tidak ada anak kampus maupun temen tongkronganku. Mungkin itu hanya ilusiku saja. Selesai membeli minum aku segera menuju ke play zone, ternyata anak-anak sudah menunggu.
"mama, adek haus ma"
"iya, ini buat adek dan ini buat kak Chila"
"makasih mama"
"sama-sama nak"
"buat papa mana?"
"oh, iya lupa. Nih pah"
"makasih mama baik"
"sama-sama papa cakep"
"selesai ini kita makan ya, kalian mau dimana sayang?" tanya pak Ario
"Chila mau makan di solaria pa"
"kalau Neno dan mama?"
"Neno sama kaya kak Chila pah"
"mama ngikut juga deh"
"ya udah yuk ke solaria, tapi gelas minumnya dibuang dulu yuk. disana tempat sampahnya"
Kami berempat kemudian menuju tempat makan di lantai 4. Tak lama setelah memesan, makanan datang. Aku kemudian menyuapi Neno karena sudah menjadi kebiasaan anakku ini jika makan harus disuapi. Saat aku sedang asyik menyuapi Neno tiba-tiba ada seseorang yang menyapaku.
"Ra, ini Rara kan?" sapa orang itu
Aku kemudian menolah dan mendapati kak Andi, kakaknya Fani sedang menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.
"eh, kak andi" menjawab saja lidahku terasa kelu.
"siapa mah?" pertanyaan Neno membuatku semakin salah tingkah. Bagaimana ini? Pasti kak andi akan berasumsi yang macam-macam.
"om, kakak dari temennya rara." jawab kak andi
"ehm, kak andi kesini sama siapa?" tanyaku
"tadi abis meeting, ini siapa ra?"
"ini Chila, Neno, dan pak Ario"
"ehem, saya Ario papanya Neno dan Chila"
"Andi, kalau tidak salah pak Ario ini dosennya adek saya kan? Fani, rara juga?"
"benar"
"ehm, ra kakak duluan ya, mari pak Ario"
"Mari"
Kak andi pergi dengan ekspresi yang sulit ku artikan. Melihat kak andi saja nyaliku menciut, bagaimana jika orangtuaku yang memergoki. Semoga saja sandiwara ini aman. Setelah kepergian kak andi, moodku jadi sedikit berantakan. Selesai menyuapi Neno, aku makan dengan asal. Rasanya nafsu makanku hilang entah kemana. Padahal aku selalu suka makan. Menyadari perubahan diriku, pak Ario mengajak kami pulang. Dia bilang banyak kerjaan yang harus diselesaikan dan anak-anak harus belajar karena besok sekolah. Akupun menurut saja, dalam perjalanan pulang aku memikirkan strategi bagaimana menjelaskan ini semua kepada kak andi. Saking sibuknya menyusun strategi aku sampe ngangngong ngangngong saat anak-anak mengajakku berbicara. Sibuk dengan kekacauan dibenakku, tau-tau mobil sudah sampai rumah. Selesai mengajak kedua bocilku bersih-bersih,aku menyodorkan buku pelajaran kepada mereka. Aku menunggui mereka sambil bengong, hingga satu notifikasi masuk ke hpku.
From : Kak Andi
Ra, bisa kita ketemu? Kapan kamu Free?

Bisa kak,

Besok bisa?
Di kafe seroja ya?

Oke,
Jm 2 ya?

Iya kakak tunggu.

Pasti kak andi ingin meminta penjelasan soal kejadian hari ini. Aduh bagaimana ini? Apakah aku cerita saja ke fani kalau kepergok kak andi lagi ngemall sama pak Ario. Nggak deh, kayanya ntar fani pasti nyalahin aku. Ya udah sepertinya aku harus jujur ke kak andi apa adanya saja.
•••••••
Kafe Seroja
"Diminum ra, es choconya" ujar kak andi kepadaku
"eh iya kak"
"Jadi bolehkan kalau kakak nanya sesuatu sama kamu"
"Tanya aja"
"Soal yang kemarin di mall, kamu boleh nggak cerita ke kakak. Kakak tau kamu sejak kamu antri di chatime. Kenapa bisa ngemall sama dosen kamu dan anaknya manggil kamu mama? "
"Itu rara lagi kerja kak"
"Kerja gimana maksudmu?"
"Rara dibayar buat jadi mama mereka"
"Kakak masih belum dapat poinnya"
Aku kemudian menjelaskan semuanya kepada kak andi, soal aku yang bekerja sebagai wife figure,soal kontrak dengan pak Ario dan latar belakang dari semua itu. Kak andi mendengar ceritaku tanpa menyela sedikitpun. Dia dnegan sabar menunggu penjelasanku tanpa memotong. Selesai dengan semua penjelasanku, dia baru menanggapi.
"kenapa kamu nggak bilang ke kakak kalau butuh biaya kuliah? Tau gitu kakak mesti bantu kamu ra"
"aku mana bisa cerita ginian ke kakak, aku nggak mau jadi beban buat kakak"
"No, ra. Kakak sayang sama kamu. Kamu nggak akan jadi beban kalau cuma soal biaya kuliah. Terus perasaan kamu selama ngejalanin ini gimana? Are you okay?"
"I'm still oke, cuma rara jadi jarang pulang ke rumah ibu"
"pantes aja ibu kamu pernah cerita kalau kamu jarang pulang, ini toh penyebabnya."
"kak, rara mohon kak andi jangan cepuin ini ke ibu sama bapak ya. Rara nggak mau mereka kecewa."
"kakak akan keep ini semua, kakak mau nanya boleh?"
"boleh"
"kamu nggak mau berhenti kerja ginian? Kakak siap nanggung semua biaya kuliah kamu"
"untuk berhenti rasanya tidak semudah itu kak"
"Kenapa?"
"Entahlah kak"
"Sekarang kamu pikir dulu pelan-pelan dalam kondisi kepala dingin, nanti kita ketemu lagi aja keputusan kamu gimana."
"Makasih ya kak udah ngerti sama rara"
"Sama-sama, kakak akan selalu ada buat kamu. Sekarang kamu pulang ya, tuh meja nomer 13 dari tadi merhatiin kita aja" aku kemudian menoleh, disana ada pak Ario dengan tatapan tajamnya.
"ya, udah rara pamit."
"iya, hati-hati ya"
"assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Aku meninggalkan kafe tanpa menoleh kepada pak Ario. Apa-apaan ini, bagaimana bisa dia tahu aku ada disini. Sepertinya tidak ada privasi sama sekali. Apakah setelah ini dia akan ngamuk-ngamuk lagi, entahlah. Lama-lama aku ngerasa capek juga dengan semua ini. Saat aku tiba dirumah, tak lama mobilnya pak Ario juga sampai. Baiklah sepertinya war sebentar lagi dimulai. Huhuhu kenapa masalah begitu bertubi-tubi.
~~~~~

Simpanan Dosenku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang