Begitu menyadari mobil pak Ario sedang parkir di garasi, aku segera bergegas menuju kamar. Jujur aku sedikit ngeri kalau pak Ario marah denganku. Jantungku dagdigdug nggak karuan saat sampai dikamar. Aku menutup pintu kamar dan duduk di kursi yang berada disisi kolam renang yang ada disamping kamar ini. Aku rasanya ingin menghilang saja dari bumi ini, aku nggak siap dimarahi. Akupun memejamkan mata sembari bergelut dengan pikiranku dan ditemani dagdigdug jantungku. Terdengar seseorang sedang membuka pintu kamar dan berjalan menuju kemari.
"kamu ngapain disitu?" deg. Sapaan pak Ario membuatku ketar ketir.
"ngeng.. Anu pak itu healing"
"saya mau bicara"
"aapaa pak?"
"ngapain kamu tadi?"
"eeee yang mana pak?"
"tadi di kafe"
"oh itu lagi eeee,, ketemu kak andi"
"kenapa kamu jadi ngangngong gitu sih?"
"bapak, ih. Mulutnya gitu amat"
"aaa,, ee,,, terus dari tadi"
"ish"
"Kamu ngapain ketemu andi?"
"Itu mau ngejelasin"
"Jelasin soal kemarin?"
"Iya pak"
"Kenapa kamu nggak izin sama saya?"
"Lupa pak"
"Lupa terus alasan kamu"
"Saya nggak sempat pak, lagian saya juga nggak ngapa-ngapain sama kak andi"
"Halah, tapi pergi berduaan"
"Ya terus kalau rame-rame namanya rapat dong. ntar kalo rame-rame ketahuan banyak orang rahasia kita"
"Kenapa nggak ajak fani?"
"Nggak ah, nggak sreg aja"
"Tuh kan, emang dasar kamunya aja yang mau berduaan"
"Kok bapak ngomong gitu?"
"Emang gitu kenyataannya."
"Saya nggak gitu ya,"
"Lah terus? Kamu emang nggak pernah nganggep saya ya ra."
"Maksud bapak apa ngomong gitu?"
"Kamu pergi sama cowok nggak bilang sama saya"
"emang bapak bilang sama saya waktu pergi sama bu Rania? Nggak kan. Jadi stop bilang saya nggak ngehargain bapak"
"saya kan ada urusan kerjaan, lagian itu juga mendadak"
"Ngeles terus"
"Ya kamu itu yang ngles"
"Udah pak, saya capek debat terus sama bapak"
"Kamu pikir saya nggak capek?"
"Jadi bapak capek sama saya?"
"Capek sama kebandelan kamu"
"Oke,"
Aku kemudian menuju ke toilet dan membasuh muka, sepertinya aku harus pergi dari sini sementara waktu. Aku lantas menuju walk in closet, memasukkan beberapa potong baju dan make-up. Aku memasukkan ke dalam tas ranselku, juga leptop dan charger hpku. Aku berjalan menuju pintu.
"mau kemana kamu?"
"saya mau main sebentar"
"Main kemana?"
Aku tidak menjawab pertanyaan pak Ario dan terus berjalan.
"jawab pertanyaan saya"
"bapak Ario yang terhormat, terserah saya dong mau kemana"
"Oh jadi kamu berani ngelawan sama saya"
"Emang kenapa? Saya punya hati dan keinginan"
"Saya tanya sekali lagi?mau kemana kamu?"
"Pergi"
"Kemana?"
"Nggak tau"
"Aurora Ayunindya bicara yang jelas"
"Permisi"
"Kamu mau pergi kemana, jawab saya"
Pak Ario meninggikan suaranya namun aku tetap tak bergeming,bukannya aku nggak mau jujur sama pak Ario tapi aku sendiri juga bingung mau kemana. Dalam benakku ada 2 opsi, yang pertama pulang kerumah dan yang kedua kerumah fani. Banyak pertimbangan dibenakku, kalau aku pulang kerumah, apa iya aku pulang dalam keadaan sedih gini. Dulu pulang keadaan sedih masa setiap pulang aku sedih. No, kasian ibu dan bapak. Opsi kedua kerumah fani, kalau aku kesana aku juga sungkan sama bunda. Belum sebulan udah nginep lagi. Takut nyusahin, walaupun mereka pasti welcome.
"tetep disini dan jangan kemana-mana"
"saya butuh waktu sendiri pak"
"no, anak-anak pasti nyariin kamu"
"jadi, alasan bapak menahan saya hanya karena anak-anak"
"nggak gitu,"
"Lah terus?"
"Kamu disini aja, minggu depan kita liburan"
"Nggak,"
"Kamu kok nggak bisa dibilangin sih ra"
"Ya udah"
Tuuuuttt tutttt
Hp pak Ario berbunyi.
"Halo, ya ada apa?. Oke saya segera kesana"
Pak Ario mengakhiri panggilan telepon yang entah dari mana.
"kamu jangan kemana-mana, disini aja. Saya ada urusan dari kantor, nanti saya usahakan cepet balik"
Aku tak bergeming hanya diam saja, pak Ario kemudian mengambil ranselku dan menaruhnya di lemari. Setelah itu dia mengecup keningku dan pergi. Apa-apaan ini, bisa-bisanya dia berlaku seperti itu. Aku kemudian menuju ranjang dan merebahkan diri.
•••••
Pukul 17.00 aku baru bangun dari tidurku, mungkin tubuhku kecapekan sehingga aku bisa tertidur lama. Aku kemudian mengambil ponselku dan ternyata ada panggilan tak terjawab dari Chila. Anak itu sedang main kerumah neneknya. Aku lantas mendial nomernya dan pada dering ketiga, anak cantikku itu menjawab.
"halo sayang, ada apa? "
"mamah, jemput Chila dong"
"iya, abis ini mama jemput"
"iya mah, Oma mau berangkat terus Chila sama Neno pengen dijemput mama"
"oke, abis ini mama kesana ya sayang"
"dadah mama"
"dadah sayang"
Aku kemudian mandi dan bersiap-siap menjemput mereka. Sebenarnya ada rasa was-was dihatiku, aku takut saat akan menemui ibunya pak Ario. Semoga beliau tidak seperti ibu-ibu disinetron yang galak.
~~~~~
Ketika aku sampai dirumah neneknya anak-anak, ternyata ibunya pak Ario sudah rapi dengan setelannya. Sangat modis. Aku kemudian menyalami beliau, dan beliau tersenyum manis kepadaku.
"mama titip cucu-cucu mama ya, titip Ario juga. Tolong jagain mereka"
"iya bu"
"Panggil mama aja"
"Eh iya ma, rara usahain ya ma jagain mereka."
"Mama berangkat dulu ya, salam buat Ario."
"Nanti rara sampaikan"
"Ya udah assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Ibunya pak Ario meninggalkan kami bertiga, beliau akan kembali ke singapura. Papanya pak Ario tidak ikut pulang ke indonesia lantaran sedang ada urusan di NY.
"ayo sayang kita pulang"
"mah, boleh nggak kita ke mall. Chila pengen beli es krim sama boba"
"boleh dong, kalau Neno mau ngga nih?"
"mau mah"
"ya udah kita ke mall ya"
"horeee,,"
Akupun pergi ke mall yang sedikit berbeda dari biasanya. Aku memilih mall yang lebih dekat dari rumah ibunya pak Ario. Anak-anak asyik bercerita dengan kegiatan mereka bersama neneknya. Aku mendengarkan sambil sesekali menanggapi. Ibunya pak Ario sudah mengetahui keberdaanku. Mungkin pak Ario yang bercerita, aku tidak tau pak Ario bilang aku sebagai apa. Yang jelas selagi ibunya pak Ario welcome maka aku tidak ada masalah. Tak terasa kami telah sampai di mall, aku menggandeng tangan kedua bocilku ini. Kami menuju ke lantai 3, dan membeli beberapa minuman juga es krim. Saat akan pulang kami melewati pintu yang menghubungkan mall ini dengan hotel yang memang berasa disisi mall. Aku melihat pak Ario sedang berjalan masuk ke arah resepsionis dengan seorang wanita cantik. Wanita itu terlihat sangat berkelas, terawat dan auranya sangat memancar. Sangat berbanding terbalik denganku yang burik ini. Aku masih memperhatikan mereka yang masuk ke dalam hotel. Tanpa aku sadari Chila memanggil pak Ario.
"papa"
Pak Ario dan wanita cantik itu menoleh ke arah kami. Pak Ario mamandang kami lamat dan berjalan menghampiri kami.
"kok kalian ada disini?"
"iya pah, tadi kami pulang dari rumah oma dijemput mama terus Chila minta es krim"
"udah beli es krimnya?"
"ini"
"papa ada urusan kantor sayang, kalian abis ini langsung pulang ya"
"oke papa"
"hati-hati ya"
"siap papa"
"saya masih ada urusan, kamu tolong jaga anak-anak ya. Nanti kalau saya udah pulang kita bicara"
"bapak tenang aja, ya sudah kami permisi"
"hati-hati"
Aku dan anak-anak kemudian pulang kerumah. Sesampainya dirumah aku mengajak anak-anak tidur. Setelah mereka tidur, aku mengemasi barang-barangku dan meninggalkan rumahnya pak Ario. Sebelum pergi aku pamitan kepada mbak siti dan menitipkan anak-anak. Aku bilang jika ada urusan mendadak dikampung. Mbak siti percaya saja dengan ucapanku, dia menyarankan agar aku pergi besok saja karena sekarang sudah jam 9 malam atau diantar oleh pak maman. Aku kemudian menolaknya, aku beralasan jika akan diantar oleh temanku. Mbak sitipun mengiyakan dan aku bergegas meninggalkan rumah ini. Aku pergi dengan terburu-buru lantaran khawatir jika pak Ario memergoki aku. Aku meninggalkan semua credit card yang diberikan pak Ario dan hanya membawa uang cash yang menjadi tabunganku selama berada disini.
Pak Ario sepertinya kita lebih baik seperti ini, saya nggak bisa pak jika harus begini. Saya bingung dengan perlakuan bapak, disatu sisi bapak begitu baik namun disisi lain bapak pergi ke hotel dengan perempuan yang lebih cantik dari saya. Jujur saya insecure pak, bisa saja suatu saat bapak mendepak saya saat bapak sudah bosan. Lebih baik saya pergi duluan agar sakit yang saya rasakan tidak berlebihan.
~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Dosenku
RandomRara baru saja menyelesaikan pendidikan S1, dan ingin melanjutkan pendidikan S2. Sang ibu sudah tidak bisa membiayai lagi, hingga dirinya mencoba peruntungan dengan mendaftar berbagai beasiswa namun hasilnya nihil. dirinya kemudian menemui salah sa...