Suara Hati

904 57 1
                                    

-Rara POV-
Kini aku tengah berbaring di ranjang anak-anak, selepas dhuhur tadi aku menemani anak-anak istirahat. Neno sudah tertidur di sisi kiriku, sedangkan Chila masih terjaga dan menatap langit-langit kamar.
"kakak, kenapa? Belum ngantuk?"
"Belum mama"
"Mama boleh nggak nanya sama kakak?"
"Soal apa mah?"
"Soal mama Alina"
"Apa mah?"
"Mama Alin dulu kerja nggak?"
"Nggak mah"
"Cantik ya mama Alina?"
"Mama Rara juga cantik, baik lagi kayak ibu peri"
"Hahahaha"
"Dulu waktu Mama Alin sama papa pisah, kakak masih kecil banget. Tiba-tiba suatu malem, kakak denger Mama sama papa bertengkar terus papa ke kamar kakak dan ngegendong kakak. Terus papa ngambil adek Neno dan kita pulang ke rumah nenek. Adek masih bayi mah, masih dibungkus kain"
"Dibedong maksudnya?"
"Iya mah.Terus nih mah, papa nangis pas sampe dirumah nenek, adek ditaruh di sofa tapi adek tidur aja. Adek pinter nggak nangis. Pagi-pagi pas kakak bangun, nenek sama kakek udah pulang ke Indonesia"
"Kakak hebat ya waktu itu nggak rewel."
"iya mah. Tapi dulu, setiap sekolah kakak iri sama temen-temen karena kakak nggak pernah diantar Mama. Temen-temen kakak selalu apa-apa dianter mamanya. Kakak sama Mbak Siti doang, terus kata Mbak Siti kakak disuruh berdoa biar Tuhan mengirimkan ibu peri buat kakak dan adek. Nggak lama papa bilang kalau kita bakalan punya mama, dan mama Rara datang kerumah"
"Kakak jangan sedih ya, sekarang udah ada Mama yang bakal jagain kakak sama adek."
"Iya, mama jangan tinggalin kakak sama adek yaa"
"Iya sayang. Kakak kalau misalnya nanti kakak sama Neno punya adek lagi gimana?"
"Kakak seneng dong, jadi nambah temen main"
"Kakak pinter ya nurut banget sama papa?"
"Setelah berpisah sama mama Alin, papa jadi sering ngelamun terus dikit-dikit marah. Kakak sama adek seringnya main sama Mbak Siti, akhirnya Nenek bawa Kakak dan adek ke Singapura. Kakak takut tiap dibentak sama papa, jadinya kakak selalu nurut sama papa. Papa kalau marah serem."
"Sekarang papa masih suka marah apa nggak?"
"Nggak mah, sejak ada Mama Rara papa jadi baik, terus ada waktu sama kita"
"Kakak sekarang merem ya, tidur yuk ngantuk Mama"
"Iya. Mah"
Aku kemudian memejamkan mataku, sebenarnya aku masih terjaga namun aku pura-pura terlelap agar Chila segera tidur. Jadwal anakku itu sedikit padat, nanti biar nggak ngantuk saat belajar. Perlahan dengkuran halus aku dengarkan. Sepertinya Kakak sudah terlelap dalam tidurnya, aku jadi membayangkan bagaimana sedihnya mereka dahulu. Aku tidak bisa membayangkan jika anak sekecil ini harus menyaksikan pertengkaran orang tuanya dan bukan tidak mungkin jika meninggalkan trauma dalam dirinya. Untung saja Neno belum paham diwaktu itu. Tak terasa air mataku menetes, ada rasa yang campur aduk didalam hatiku. Dan aku juga memiliki satu pertanyaan lagi, mengapa Chila dan Neno tidak akrab dengan ibu kandungnya? Padahal logikanya, anak-anak seusia mereka pasti akan lebih dekat dengan ibunya. Entahlah.. Nantilah aku ajka Si Kakak deep talk lagi. Aku mengecup pipi mereka berdua dengan gemas lantas menutup mata untuk menjemput mimpi.
-Rara POV End-
•••••
-Ario POV-
Aku pulang dari kampus saat sore hari, ketika aku memasuki rumah suasana sepi. Kemanakah istri dan anak-anak? Apakah mereka sedang tidur siang? Baiklah,, aku akan ke kamar untuk bersih-bersih kemudian menengok ke kamar anak-anak. Aku memilih mandi terlebih dahulu dan kemudian berganti baju. Aku menerapkan kebiasaan ini kepada anak-anak, aku ingin mereka terbiasa hidup bersih. Ketika kita keluar rumah otomatis kita akan bertemu dengan banyak orang dan kita nggak tau bagaimana kondisi tubuh orang lain. So, untuk berjaga-jaga lebih baik menerapkan hidup bersih. Oke, aku sudah segar dan wangi, saatnya aku ke kamar anak-anak.
Ceklekk...
Begitu aku membuka pintu, aku tertegun dengan pemandangan di hadapanku. Kedua anakku sedang tertidur dengan istriku berada di tengah-tengah mereka. Sungguh, hal seperti inilah yang aku dambakan. Anak-anak mendapatkan kasih sayang seorang ibu dan merasakan kebahagiaan walaupun bukan dari ibu kandung mereka. Aku mengambil ponsel yang ada di saku celana kemudian memfoto pemandangan menakjubkan ini. Setelahnya aku memilih untuk bergabung bersama mereka. Kalau ngeliat momen seperti ini rasanya aku jadi semakin semangat cari uang untuk membahagiakan mereka. I love you, all. Papa sayang kalian, papa akan selalu berusaha dan belajar dari masa lalu. Maafin papa ya nak, jika dulu membuat kalian sedih dengan perceraian mama papa. Karena keegoisan kami, kalian jadi begini. Tapi, sekarang papa senang karena telah membawa Mama Rara untuk kalian. Semoga hadirnya Mama Rara bisa menjadi obat untuk luka yang pernah papa torehkan. Papa sayang kalian nak. Terima kasih Tuhan telah melengkapi keluarga kami dan memberikan keberkahan dalam hidup kami. Aamiin...
-Ario POV End-
•••••

Simpanan Dosenku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang