•••••
-Fani POV-
Aku sedang bersama my bestii di Apartemenku, tadi sepulang kuliah aku dan Rara janjian untuk Qtime. Setelah izin dengan Pak Ario dan menitipkan anak-anak pada omanya, aku dan Rara menuju apartemenku. Aku merebahkan tubuhku di ranjang empuk apartemen.
"Eh Fan, bersih-bersih dulu gih. Minimal cuci tangan ama kaki kan abis dari luar" kata Rara kepadaku
"Ciyee,, jiwa emak-emaknya keluar.. Hehehe" balasku
Rara hanya memutar bola matanya malas.
"Kamu kalah sama Chila, Chila aja kalau abis dari luar selalu bersih-bersih baru main"
"Bagus bener didikan laki lu"
"malah dulu aku yang kena tegur Mas Ario gegara main sama mereka tapi belum bersih-bersih. Chila udah negur duluan, dia bilang gini. Mama nggak bersih-bersih dulu? Ntar dimarahin papa lho. Etdah belum ada 5 menit bapaknya udah melotot ngga karuan"
"Huahahahahahaha.. Kalah lu sama bocil. Eh tapi tunggu deh Ra. Ntar kalau aku jadi nikah sama Om kamu berarti Chila sama Neno manggil aku apaan? Jangan bilang nenek ya, awas aja. Aku masih kinyis-kinyis begini dipanggil nenek"
"Hahahahahahaha..... Uhuk-uhukkk" sahabatku itu tertawa terpingkal-pingkal dan terbatuk-batuk.
"Rasain lu, hahahaha" ejekku sembari menyodorkan segelas air putih.
"Makasih nenek gahul" ucap Rara
"Ih.! Gamau dipanggil nenek"
"Ya udah oma kalau gitu, Oma Fani"
"Ish, kamu ini emang. Gamau deh. Mereka kalau manggil Mas Randi apaan emang?"
"Pamud Randi"
"Apaan tuh?"
"Opa muda, kalau kamu ya berarti Mamud Fani hihihi"
"Nah,,, itu baru bener"
Kring.. Kring.. Kring..
Dering ponselku mengalihkan perhatian kami, tertulis nama Ayang sebagai id caller. Aku segera mengangkat panggilan darinya.
"Halo Assalamualaikum ayang hihihi" sapaku
"Waalaikumsalam, adek dimana?"
"Di apartemen"
"Mas mau kesana, adek udah makan belum?"
"Belum ayang"
"Ya udah, adek mau dibawain apa?"
"Mau nasi Padang ayang, eh ayang Rara juga ada disini. Beliin sekalian, sama Pak Ario ya kali aja nanti nyusulin bininya"
"Iya, tadi Ario juga nelfon Mas kalau mau ke apartemen adek. Ya udah Mas beliin adek nasi dulu yaa ntar sekalian deh bawain cemilan"
"Oke ayangg, hati-hati. ditunggu makanannya eh kedatangannya maksud aku hahaha"
"Assalamualaikum adek"
"Waalaikumsalam ayang"
Tut.. Panggilan telepon terputus. Aku melihat Rara menatapku dengan ekspresi aneh.
"Sejak kapan Fanindra jadi alay gini?"
"Sejak pertama,, kumelihat senyumnya,, jantungku berdebar-debar. Oh inikah rasanya" aku membalas Rara dengan menyanyikan potongan sebuah lagu.
"Dasar bucin pemula, dulu aja ngatain aku sama Mas Ario sekarang tau sendiri"
"Hehehehe,, iya deh, aku ralat ucapanku waktu itu."
"nonton drakor yuk Fan"
"Ayok, sekalian nunggu para suami"
Aku kemudian menyalakan tv led dan menghubungkan dengan wifi setelahnya aku memutar drama Korea. Rara duduk disebelahku dan membawakan 2 botol minuman juga keripik singkong yang dia ambil dari dapur apartemenku. Film berjalan dengan tenang, hingga tiba saat adegan perpisahan membuat kami terbawa suasana. Rara menangis dulu, dan kemudian aku menyusulnya menangis. Entah kenapa scene kali ini bener-bener dramatis. Aku terus menangis hingga film selesai.
Tok..tok...tok..
Suara apartemen sedang diketuk oleh seseorang, dengan mata merah dan sesenggukan aku berjalan menuju pintu. Saat aku membuka pintu, disana ada Pak Ario dan Mas Randi yang sedang berdiri dan menatapku penuh tanda tanya. Keduanya bergantian menatapku dan Rara yang sembab dan mata berkaca-kaca.
"Adek kenapa? Kok nangis gini? Ada apa?" tanya Mas Randi bertubi-tubi.
"Yang? Kamu kenapa? Kalian abis ngapain kok nangis gini?" cerca Pak Ario.
"Kenapa ini? Ada apa? Kenapa telfon Mas tadi nggak diangkat?" tanya Mas Randi lagi. Aku dan Rara hanya diam, kemudian mereka berdua masuk dan aku mengunci pintu apartemen.
"Yang ada apa?" Tanya Pak Ario kepo
"Adek ada orang jahat kah? Ada apa dek?" tanya Mas Randi
"Jadi.. Kita hiks,,nangis gegara,, hiks,,ituh" ucapku sambil menunjuk layar televisi yang sedang menampilkan closing dari drakor yang sudah kami tonton. Pak Ario langsung konek dan manghela nafas.
"Apa dek? Drakor?" tanya Mas Randi memastikan
"Iya ayang" jawabku
"Astaga adek, Mas kira ada apa. Udah mikir yang engga-engga tadi. Terus kenapa telepon Mas nggak diangkat tadi?"
"Lagi fokus nonton"
"Hemmm,,, ya sudah syukurlah kalau tidak ada apa-apa. Makan yuk"
Aku memandang wajah Rara dan Pak Ario, mereka senyum-senyum geli menyaksikan adegan romantisku dengan ayang. Hahahaha...
Kami kemudian menuju meja makan, aku dan Rara menyajikan makanan yang sudah dibawakan oleh ayang juga minuman yang dibawakan Pak Ario. Ayang bawain nasi Padang 4 bungkus, martabak telor 1 kotak, dan pisang coklat. Sedangkan pak Ario membawakan 4 gelas es jeruk peras, 4 buah es boba dari chatime. Aku memasukkan chatime ke dalam kulkas agar nanti tetap dingin. Kami berempat makan dengan lahap, kemudian sholat berjamaah dengan ayang sebagai imamnya.
"Nonton film yuk," ajakku kepada mereka bertiga
"Ayok Fan"
"genre apaan?"
"horor aja"
"Oke sip"
Rara kemudian ke dapur untuk mengambil cemilan sedangkan aku mematikan lampu utama dan mulai memutar film horor.
Adegan demi adegan terlewati dengan aman. Rara bersembunyi di ketiak Pak Ario, sedangkan aku masih fokus menonton. Hingga tiba-tiba, adegan jumpsquare yang sangat mengejutkan. Rara seketika melompat ke pelukan Pak Ario dan aku bersembunyi di lengan ayang. Jika ditanya bagaimana ekspresi ayang maka jawabannya adalah datar saja. Dia tidak terkejut sama sekali walaupun aku mendengar jantungnya berdebar kencang.
"Ayang mau kaya mereka" tunjukku pada Pak Ario yang sedang menutupi mata Rara dengan tangannya dan sebelah tangannya mengelus-elus lengan Rara. Ayang hanya menatap sekilas, kemudian diam saja.
"mereka kan udah halal, adek sama Mas kan masih otw"
"Ish" aku menyebikkan bibir sebagai aksi protes. Yaa,, walaupun ku akui pernyataan tersebut benar. Aku kemudian menyaksikan film horor dengan kesal dan perasaanku menjadi horor. Aku diam saja, tidak menyimak alur film yang diputar. Perlahan sebuah elusan tangan aku rasakan dikepalaku. Aku menoleh kesamping, dan mendapati ayang tengah menatapku dalam. Aku diam tidak mood hingga film selesai diputar.
"Fan, kita balik ya"
"Ra.. Kalian nggak nginep aja disini?"
"Nggak deh, next time aja"
"Udah malam loh, nginep aja deh"
"Kapan-kapan aja deh, kita nginepnya sekarang saya sama Rara pulang dulu Fan. Kita duluan Om"
"Ehemm,, Om Sekalian"
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Mereka bertiga kemudian meninggalkan apartemenku. Aku menutup pintu dengan perasaan yang masih kesal. Sebenarnya Pak Randi tidak salah, hanya saja egoku sedikit terluka. Aku menghembuskan nafas dan duduk di sofa depan tv.
Tingnong.. Tingnong.. Tingnong
Suara bel apartemen mengalihkan atensiku, siapakah yang malam-malam begini datang bertamu? apakah Kak Andi? Sepertinya bukan karena Kakak sedang berada di Australia. Aku melihat di monitor siapakah yang datang, dan terlihat wajah lelah ayang. Aku sebenernya malas untuk membuka pintu namun tidak baik juga menolak tamu dan kepo juga kenapa ayang balik lagi. Apakah ada yang tertinggal? Aku memandang sekeliling dan mencari-cari mungkin saja ada sesuatu yang tertinggal di sofa, namun tidak ada apa-apa.
Tingnong,, tingnong..
Baiklah sepertinya aku harus segera membuka pintu sebelum bel apartemen rusak.
"adekk.."
"Ada apa?" tanyaku malas
"boleh Mas masuk?"
Aku membuka pintu apartemen lebar dan mempersilakan masuk tanpa mengucapkan kata. Pak Randi kemudian masuk dan duduk di sofa. Aku mengunci pintu dan mengikutinya.
"maafin Mas ya dek" ucapnya
"gak ada yang salah dan perlu dimaafin"
"dengar ya dek, bahasa cinta seseorang itu tidak sama. Mungkin Ario berlaku begitu di depan kita merasa biasa aja, tapi bagi Mas itu sesuatu yang agak kurang pas. Apalagi Ario dan Rara sudah halal sedangkan kita masih berproses menuju kesana. Mas harap adek ngerti, ntar deh kalau kita nikah bisa mesra-mesraan sebebasnya. Adek jangan marah ya"
"Kenapa balik lagi?"
"Mas gak bisa pulang dan tidur nyenyak kalau dicuekin sama adek. Maafin Mas yaa dek"
"Aku mau maafin tapi ada syaratnya"
"apa dek?"
"panggil ayang"
"Mas sukanya manggil adek"
"Hemmmm" aku mencebikkan bibir
Cup, sebuah kecupan mendarat di keningku. Kecupan pertamaku.. Tubuhku menegang dan sedikit terpaku dengan kejadian barusan.
"adek tidur ya,, udah malam. Mas temenin disini, tidur di sofa sebagai permintaan maaf. Jangan ngambek lagi Mas gak suka"
Aku masih terdiam, ayang Randi kemudian menuntunku menuju kamar dan keluar. Aku menutup pintu dan masih terdiam saja menanggapi kejadian barusan. Apakah malam ini aku bisa tidur?
- Fani POV End-
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Dosenku
AcakRara baru saja menyelesaikan pendidikan S1, dan ingin melanjutkan pendidikan S2. Sang ibu sudah tidak bisa membiayai lagi, hingga dirinya mencoba peruntungan dengan mendaftar berbagai beasiswa namun hasilnya nihil. dirinya kemudian menemui salah sa...