Melewati Batasan

7.7K 142 1
                                    

Hari ini Rara, pak Ario dan kedua anaknya sudah menghabiskan waktu bersama di Bali. Rencananya besok pagi mereka akan kembali ke Jakarta. Kini mereka sedang makan malam di sebuah restoran di daerah Canggu. Minggu depan perkuliahan akan dimulai dan anak-anak juga akan masuk sekolah. Mereka menikmati olahan seafood. Rara paling menyukai cumi asam manis, sedangkan anak-anak menyukai udang saus mentega dan pak Ario sendiri menyukai kepiting. Ketiganya memiliki selera yang berbeda. Rara dengan telaten menyuapi kedua bocah tersebut hingga makanan mereka tandas. Selesai makan malam mereka berempat mengunjungi tempat oleh-oleh. Chila membeli beberapa gantungan kunci untuk temannya disekolah. Neno minta dibelikan miniatur sepeda, sedangkan pak Ario hanya membeli beberapa cemilan. Kalau Rara, jangan ditanya dia membeli apa, karena dia sendiri bingung apa yang harus dia beli. Oleh-oleh untuk ibunya juga tidak mungkin, bisa-bisa ibunya akan curiga kenapa dia bisa sampai liburan ke Bali.
"kamu nggak mau beli apa-apa nih ma?" tanya pak Ario kepada Rara
"nggak ah, ngga tau mau beli apa"
"fani nggak kamu bawain apa gitu?"
"bingung pah"
"tuh ada tank top couple, kali aja kamu suka"
"ya udah saya lihat dulu deh"
Rara kemudian memilih pakaian untuk dia dan fani, dia akhirnya memilih tank top couple saran dari pak Ario yang berwarna milo. Tank topnya nanti bisa dipake maskeran bareng di rumah fani batin Rara. Dia kemudian berjalan-jalan lagi dan menemukan tas rajut dari eceng gondok, menurutnya tas ini sangat instagramable sehingga dia kemudian mengambil 2 buah. Selesai dengan pilihan, rara kemudian menghampiri pak Ario yang sedang menemani bocil tak jauh dari kasir.
"sudahkah ma?"
"udah pah"
"ya udah mama kita ke mobil aja biar dibayar sama Reno. Ini anak-anak juga udah ngantuk kayanya" pak Ario kemudian menyerahkan belanjaan mereka kepada Reno dan sebuah credit card. Mereka berempat kemudian berjalan ke mobil dan menuju villa. Benar saja, begitu sampai di villa, anak-anak langsung tertidur. Rara dan pak Ario memilih ngeteh di pinggir kolam renang sambil menunggu Reno menyerahkan belanjaan mereka.
"Pak"
"apa Ra?"
"bapak happy nggak 3 hari di Bali? "
"happy dong, apalagi ada kamu sama anak-anak"
"ah, masa?"
"serius, gini ya Ra. Nanti ketika kamu sudah dewasa dan berkeluarga lalu memiliki anak maka kamu akan lebih bahagia ketika bersama keluarga kecilmu daripada saat kamu berbahagia bersama temanmu"
"nanti deh saya buktiin kalau udah seusia bapak, btw bapak percaya nggak sama love at first sign?"
"saya percaya sih,"
"kenapa bapak percaya? Pernah ngalamin ya?"
"bisa dibilang begitu"
"wah sama siapa pak?"
"ada sih seseorang, kalau kamu percaya nggak?"
"kalau saya sih lebih ke cinta karena terbiasa. Istilah jawanya tresno jalaran soko kulino hehehe"
"kamu pernah pacaran nggak sebelumnya? "
"pernah"
"pacar kamu sepantaran?"
"beda 2 tahun sih pak"
"nggak pernah jalin hubungan yang agegap jauh?"
"belum sih, ini cuma sama bapak hehe"
"hahahaha, enakkan sama yang mana sepantaran apa yang lebih dewasa?"
"gatau sih pak"
"gini ya ra, kalau menurut saya mau yang sepantaran atau yang lebih tua itu tergantung dari pribadi masing-masing si dia. Ada yang seusia kamu tapi pikirannya udah dewasa. Ada yang seusia saya tapi belum bijak dalam menghadapi persoalan. Semua tergantung pribadinya"
"bener sih yang bapak bilang"
"kamu ada planning nikah umur berapa?"
"saya sih kalau urusan yang berkaitan dengan takdir gk pernah bikin planning sih pak"
"berarti kalau sekarang ada yang cocok langsung gass dong?"
"bisa jadi hahaha"
"emang belum ada yang cocok di kamu?"
"Pacar aja saya nggak punya pak hehehe"
"kali aja ada yang ngajakin nikah langsung"
"bapak dulu nikah umur berapa?"
"umur 23"
"Wah, nikah muda dong kalau untuk ukuran cowok"
"Bisa dibilang begitu, setahun nikah lahirlah Chila, terus 3 tahun kemudian mantan istri saya mengandung Neno."
"terus kenapa bapak bisa pisah sama ibunya anak-anak?"
"jadi dulu itu kita pisah karena.. "
Tok tok tok
"eh bentar sepertinya Reno udah datang, saya ambil dulu belanjaan kita"
"oke pak, saya tunggu"
pak Ario kemudian mengambil belanjaan dari reno dan kembali ke rara.
"wah, belanjaanku hahaha"
"saya taruh kamar dulu ya Ra"
"pak, jadi nggak nih lanjutin ceritanya"
"kamu kepo banget ya?"
"dikit sih"
"ya udah saya lanjutin"
"iya, jadi kenapa bapak berpisah dengan ibunya anak-anak?"
"kami berpisah karena sudah tidak sejalan. Beberapa waktu belakangan kita sering berbeda pendapat lalu akhirnya kami memilih berpisah. Mungkin saya yang kurang peka sebagai suami, kurang waktu untuknya sehingga dia nyaman bersama orang lain"
"lalu bagaimana bapak setelah kalian berpisah?"
"Jujur hidup saya amburadul, saya jadi banyak melamun dan diam. Perlu waktu 1 tahun buat saya menata diri. Anak-anak ikut sama opa omanya waktu itu, terus ketika saya bisa menguasai diri saya sendiri maka anak-anak saya jemput"
"alhamdulillah ya, sekarang bapak udah bisa menata diri"
"iya saya bersyukur bisa melewati ini semua. Oh iya kalau kamu kapan terakhir pacaran?"
"Saya terakhir kali pacaran udah 2 tahun lalu pak, saat saya semester akhir S1. Kami berpacaran beberapa tahun kemudian dia berkhianat dan kamipun berpisah"
"wah pasti itu berat ya buat kamu"
"nggak juga, saya malah bersyukur"
"kok bisa gitu?"
"Dia ternyata kurang baik untuk saya, dan Tuhan berbaik hati menunjukkan jalan pada saya walaupun akhirnya kita harus mengakhiri hubungan yang sudah lama kami bangun. Saya malah senang kami bisa berakhir karena beberapa waktu sebelumnya dia sudah nggak sejalan sama saya. Ibarat kata sakitnya udah dicicil jadi pas putus b aja, nggak sakit-sakit amat. Hehehe"
"bisa aja kamu hahahaha"
"hehehe"
"pak, nanti bapak ngajar lagi dikelas saya?"
"belum tau sih, tapi kayanya iya"
"hmm"
"kenapa Ra?"
"bapak jangan galak-galak dong kalau dikelas"
"itukan profesional Ra"
"tapi nggak sekaku itu juga pak"
"..."
"pakkk..."
"pakkk"
"pak Ariooo"
"dari tadi diem aja, bete deh. Saya ke kamar aja deh pak" Rara kemudian beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamar. Pak Ario kemudian mengikuti langkah rara.
"gitu aja bete, dasar moodyan" ejek pak Ario
Mereka kemudian berbaring bersama di ranjang.
"Ra, kamu marah beneran tumben diem aja"
"..."
Cup cup cup
Pak Ario kemudian merangkul rara dan memberikan ciuman yag bertubi-tubi. Rara masih diam saja, pak Ario kemudian mengecup bibirnya dan mengulumnya. Awalnya rara menolak namun lama kelamaan mereka berdua larut dalam suasana. Tangan pak Ario mulai bergerilya kemana-mana hingga akhirnya membuat dua kancing piyama Rara lolos. Tanpa mereka sadari, mereka  melanjutkan aktivitas lebih dari itu.
"pak berhenti" seru Rara
"astaga, saya kelepasan lagi"
"hmm"
"Raaa"
Tidak ada jawaban dari Rara, dirinya memunggungi pak Ario. Pak Ario lantas memeluknya.
"Ra, gimana kalau kita nikah aja. Berada di sisi kamu membuat saya lepas kendali"
"itu mah dasar bapak aja yang kurbel"
"astaga mulutnya"
"kita nikah aja ya Ra? Pulang dari Bali kita menghadap ke orang tuamu"
"nikah itu bukan perkara main-main pak. Jangan karena bapak butuh belaian bapak jadi pengen nikahin saya. kita butuh feel, butuh keselarasan dan saling pengertian"
"mengapa kita tidak mencoba menjalaninya, saya tidak bisa menjanjikan kamu kemewahan tapi kalau kamu butuh seseorang yang bisa mengusahakan kebahagiaan kamu maka saya berjanji akan berusaha melakukan itu. Kamu sama anak-anak juga sudah saling akrab, apa kamu tega  ninggalin mereka?"
"tau ah, saya mau tidur"
"ya sudah kita bicarakan lagi pas udah di Jakarta. Selamat malam"
Mereka kemudian tidur dengan rara yang memunggungi pak Ario. Ternyata benar kata fani, 2 hari saja mereka sudah kelewatan. Kini dia harus segera tidur agar esok bisa melakukan penerbangan ke Jakarta dengan fresh. Belum lagi dirinya harus menyiapkan anak-anak. Dia tidak menghiraukan ocehan pak Ario karena sibuk dengan pikirannya sendiri. Setelah dari sini, dia akan langsung menemui fani dan menceritakan kegundahan hatinya.
*****

Simpanan Dosenku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang