Kecupan

6.7K 192 3
                                    


Kini mereka berempat sedang duduk di meja makan, didepan mereka sudah tersaji menu yang tadi rara masak. Rara belum memberitahu jika dirinya yang memasak, dia sengaja ingin mengetahui bagaimana penilaian anak-anak dan pak Ario. Dia kemudian mengampilkan nasi beserta lauk untuk anak-anak dan pak Ario.

"gimana mas makanannya?"

"enak sih"

"nggak keasinan?"

"pas, tumben kamu nanya gitu?"

"ini saya yang masak loh mas"

"beneran?"

"iya, review dong kurangnya apa"

"pas dilidah saya, sesuai sama selera saya. Cuma mungkin kalau agak pedes lebih nampol kali ya"

"kan ada bocil-bocil mas"

"iya sih, kamu jago juga ya"

"ah, mas bisa aja ntar saya besar kepala hihihi"

Selesai makan malam mereka semua berkumpul didepan TV, anak-anak menonton kartun sedangkan papanya mengerjakan kerjaan. Kalau rara jangan ditanya, dia lagi scroll tiktok seperti biasanya. Tiba-tiba ada panggilan masuk dari ibunya Rara.

"pah, mama permisi dulu ya ada telefon"

"iya"

Rara kemudian menuju kamar dan mengangkat telefon dari mamanya.

"halo, assalamualaikum mah"

"waalaikumsalam nduk, gimana kabarmu?"

"rara baik ma, sehat"

"syukurlah, mama kepikiran kamu nduk. "

"mama sama papa sehat-sehat aja kan?"

"kami baik-baik saja nduk"

"Gimana beasisiwanya?"

"alhamdulillah dapat ma"

"alhamdulillah, mama ikut seneng lho, maafin mama dan papa ya nduk karena kami nggak bisa support kamu secara finansial"

"mama jangan ngomong gitu dong, mungkin ini jalannya Rara buat nyari rejeki lain"

"iya nduk, syukur kalau kamu sudah dapat beasiswa. Kuliahnya jadi dimana?"

"dikampus yang sama mah, Rara udah nyaman disana hehehe"

"Fani juga kuliahn disana ?"

"iya mah, kita satu jurusan. Doain ya mah biar kita juga satu kelas"

"iya sayang mama doain biar kamu seneng"

"ya sudah mama tutup teleponnya ya, jaga diri dan jaga kesehatanmu jangan lupa sholatnya nduk"

"pasti mah, salam buat papa ya mah"

"iya nak, assalamualaikum"

"waalaikumsalam"

Panggilan telefon itu terputus, ada rasa sesak didalam dadanya karena Rara telah membohongi papa dan mamanya. Maafin rara mah pah begitulah ujarnya dalam hati. Dia sedikit termenung setelah mendapat telefon itu. Dia berharap agar orang tuanya tidak tahu apa sebenarnya yang dia lakukan. Dia kemudian kembali ke ruang keluarga, disana yang tersisa hanyalah pak Ario, sedangkan anak-anak mungkin sudah pergi tidur ke kamarnya.

"telefon dari siapa Ra?" tanya pak Ario

"dari mama"

"kamu bilang sama mamamu dengan semua ini?"

"nggak pak, saya berharap mereka tidak tahu dengan hal ini"

"kenapa?"

"saya takut bikin mereka sedih dan terbebani"

"semua pilihan ada dikamu Ra, saya selalu mendukung kamu"

"iya pak, makasih"

"saya boleh nanya sesuatu sama kamu?"

"kamu sekarang ada pacar?"

"nggak pak, ada apa?"

"nggak apa-apa, Cuma nanya aja."

"ehm, pak apa saya boleh nanya sesuatu?"

"tanya aja"

"bapak hidup sendiri udah berapa lama?"

"saya nggak sendirian Ra, ada anak-anak, mbak siti, pak maman dan Reno loh hahaha"

"maksud saya sejak kapan bapak pisah sama mamanya anak-anak?"

"oh, kalau soal itu saya udah pisah sekitar 3 tahunan sih, sejak Neno umur 2 tahun"

"trus mamanya anak-anak kemana pak?"

"kalau soal itu nanti saya bakalan cerita sama kamu. Kalau sekarang saya belum siap"

"oh, maafin saya ya pak"

"santai aja Ra,"

"pak, saya ke kamar duluan ya"

"iya nanti saya susul"

Rara kemudian menuju ke kamar mereka, disana dia berdiri termenung menghadap ke jendela. Entah mengapa malam ini dia tiba-tiba melow. Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang.

"kamu kenapa sih Ra?" ucap pak Ario

"eh, bapak" ujar rara yang terkejut

""kenapa melamun?"

"gapapa kok pak"

"kamu kesel sama saya gara-gara tadi saya belum cerita soal mamanya anak-anak?"

"nggak juga, ngapain saya kesal. Itu kan hak bapak"

"tuh kan"

"enggak, beneran suer"

"yaudah sini dong madep ke saya, balas pelukan saya"

"hmm" rara kemudian menuruti permintaan pak Ario, entah mengapa berada dipelukan pak Ario membuat dirinya nyaman. Lama mereka berpelukan hingga akhirnya mereka memisah diri. Rara dan pak Ario kemudian bersih-bersih dan bersiap tidur. Mereka kini tidur bersebelahan dan masing-masing masih terjaga.

"pak"

"Ra"

Sahut mereka bergantian.

"ada apa Ra?"

"apa sebelumnya bapak pernah menjalin hubungan dengan seseorang setelah berpisah dari mamanya anak-anak?"

"belum sih"

"bapak kesepian dong hahaha"

"enak aja, kan ada anak-anak yang bikin happy"

"maksudnya kesepian yang lain hehehe"

"nggak juga sih, beberapa waktu belakangan ini bisnis saya sedang berkembang jadi saya sibuk ngurusin bisnis. Belum lagi kegiatan ngajar di kampus yang padat jadi saya nggak sempet kesepian hahaha"

"terus bapak gimana kalau kesepian"

"apaan sih Ra, kamu nanya kok absurd banget"

"ih bapak gitu aja nggak mau ngaku"

"udah ayo tidur, cium pipi dulu"

"ih, makin ngelunjak yah. Tadi malem meluk sekarang pake cium pipi segala"

Tanpa babibu pak Ario kemudian mengecup pipi Rara, dan Rara hanya melongo saja. Kaget dengan spontanitas pak Ario.

"good night mama"

Rara masih terbengong, l;ama rara terbengong pak Ario kemudian merebahkan Rara dikasur dan memeluknya. Dia kemudian membisikkan kata semoga mimpi indah di telinga rara dengan begitu lembut. Sungguh hati rara bergejolak tidak karuan. Bagaimana jika dirinya baper dengan tingkah manis pak Ario?

***********

Simpanan Dosenku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang