Meet Him

2.2K 116 2
                                    

Pagi ini aku terpaksa masuk kuliah dengan paksaan kak Andi, sebenarnya aku malas jika harus ke kampus karena ogah jika harus bertemu dengan pak Ario. Sudah seminggu aku izin tidak masuk, Fani setiap hari menghubungiku menanyakan keberadaanku namun aku masih saja menutupi dimana aku tinggal. Fani bercerita jika selama beberapa hari ini pak Ario tidak mengajar, mungkin dia sibuk dengan urusannya di kantor dengan wanita cantik tempo hari. Dasar duda sialan, bisa-bisanya dia ke hotel sama wanita cakep dan gak mikirin aku yang udah  ngurusin anaknya. Eh, tunggu,, kenapa aku jadi marah-marah gini ya? Harusnya aku gak peduli dong sama sikap dia diluar. Di kontrak kami juga, nggak tertulis kalau kami terikat satu sama lain. Apa jangan-jangan,,? No, big NO. Aku gak boleh sampai baper sama si duda tengil itu. Dahlah mikirin kuliah aja, ngapain ribet mikirin tuh orang.
"Rara" sapa seseorang yang sangat familiar ditelingaku. Aku tidak menggubris panggilannya, dan terus melangkahkan kaki.
"Aurora Ayunindya Nomer Register 20221184 apakah anda tidak mendengar panggilan saya?"
Hufftt,,, aku menghentikan langkahku dan menghembuskan nafas kasar. Ini yang membuat aku malas untuk pergi ke kampus.
"saya tunggu anda diruangan saya"
Aku hanya diam, rasanya untuk menjawab saja sudah ogah.
"Anda bisa mendengarkan saya?"
"Dengar pak"
"Saya tunggu"
"baik pak"
Aku kemudian mengikuti langkah pak Ario untuk masuk ke ruangannya, sebenarnya aku ada matkul pak Baskoro 15 menit lagi. Mungkin itu nanti yang kujadikan alasan agar kami tidak berbicara terlalu lama.
"silahkan duduk" akupun duduk sesuai instruksi dari pak Ario. Setelah aku duduk didepannya, dia hanya diam saja dan matanya memindai wajahku. Sejujurnya aku sedikit nggak nyaman ditatap seperti ini.
"ada apa ya pak"
"Kemana anda selama satu minggu ini? Beberapa kali anda bolos di matkul saya"
"Saya ada sedikit urusan"
"Kenapa kamu blokir nomer saya?"
"Hp saya sedang eror"
"Kamu tinggal dimana selama beberapa hari ini?"
"Saya rasa itu tidak ada kaitannya dengan perkuliahan kita pak. Lima menit lagi saya ada matkul pak Baskoro jadi saya harus bersiap-siap"
"saya ingin kita bicara"
"Beberapa waktu ini saya sedang ada kesibukan pak"
"Rara,, tolong beri waktu saya untuk menjelaskan semuanya"
"Saya rasa semuanya baik-baik saja pak, untuk materi perkuliahan akan lebih baik dijelaskan dikelas saja"
"ini soal kita"
"ini dikampus pak, kurang pantas jika kita membahas hal diluar perkuliahan"
"Oke, saya minta temui saya setelah perkuliahan usai"
"Saya tidak janji pak, permisi"
Aku kemudian meninggalkan ruangan pak Ario dengan mood yang sudah tidak karuan. Rasanya aku ingin pulang saja, ingin bolos matkul pak Baskoro tetapi aku nggak mau dandanku ini sia-sia dan kak Andi pasti akan ngomel jika tau aku bolos kuliah lagi. Baiklah,, aku akan ke kelas dan mengikuti perkuliahan hari ini. Semoga Fani bisa membuat moodku lebih baik.
~~~~~
Perkuliahan telah usai, aku memutuskan untuk tidak menemui Pak Ario. Katakanlah aku mahasiswi yang tidak taat, aku akan menerima. Aku malas jika harus berurusan dengannya. Dan sekarang disinilah aku, sedang nongkrong bareng Fani dan Kak Andi di Warung Baso dekat Apartemen.
"jadi, selama ini kalian ada masalah Ra?"
"Iya, aku dan pak Ario memang sedang tidak baik-baik saja"
"Terus kamu masih tinggal disana?"
"Udah nggak Fan"
"Lah sekarang tinggal dimana?"
"Di daerah sekitar sini"
"Ngekos?"
"Nggak"
"Lah terus?"
"Rara tinggal di tempat kakak"
"Tunggu, maksud kakak gimana?"
"Sebenernya kakak punya unit apartemen dan sekarang Rara kakak tawari tinggal disana"
"Kok bisa kakak nggak cerita sama aku?"
"Males dek, kamu heboh orangnya hehehe"
"Ih, ngambek sama kalian"
"Jadi gini Fan, malem itu aku pergi dari rumah Pak Ario terus bingung mau kemana. Ya udah nongkrong di kafe, nah kebetulan ada kak Andi disitu. Kak Andi nanya-nanya ada apa lalu aku cerita dan ya udah ditawari tadi"
"Pantesan kakak beberapa kali nggak pulang, nggak taunya punya apartemen."
"Hehehe"
"Kamu berani Ra tinggal sendiri? Kan kamu penakut"
"Ditemani kak Andi"
"Apa?!"
"hehehe"
"Pantes aja nih anak kagak pulang semingguan, alasannya sibuk ngurusin bisnis. Stop, mulai sekarang kalian nggak boleh tinggal bareng. Biar aku aja yang nemanin kamu di apartemen."
"kenapa dek, kakak ngga macem-macem kok sama sahabat kamu. Tanya aja dia"
"Iya, kak andi baik dan sopan kok"
"Terus kamu mau gitu Ra tinggal berdua selamanya? nanti kalau kejadian baru tau rasa. Pokoknya nanti malem aku pindah ke apartemen kakak"
"Terserah kamu dek"
"Yuk cabut kerumah aku mau packing, bantuin ya Ra"
"Dengan senang hati, kamu sama kak Andi duluan aja ntar aku susulin kerumah, ini aku mau ngirim email dulu deh ke pak Baskoro"
"aku tungguin aja gimana?"
"Nggak usah, duluan aja. Lagian kamu juga harus izin bunda dulu kan? Dan kak Andi juga mau meeting kan?"
"Ya udah deh, aku duluan ya Ra"
"Iya hati-hati"
"Kakak duluan, assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Setelah kepergian mereka berdua, aku melanjutkan mengerjakan sedikit tugasku di leptop. Seminggu tida kuliah membuatku memiliki beberapa tugas yang harus aku selesaikan. Aku memesan minum lagi dan juga beberapa camilan. Aku kerumah Fani sejam lagi aja deh.
~~~~~
Pak Ario POV
Aku sekarang sedang berada di parkiran kafe Amarilis, entah kenapa setelah dari kampus hatiku mengarahkan kemari. Sejujurnya aku kecewa dengan Rara, dia aku minta menghadap setelah perkuliahan usai namun hingga 2 jam anak itu belum menampakkan diri. Aku pikir mungkin secangkir ekspreso dapat menghilangkan kesal dihati ini. Aku nggak mau pulang dan bertemu dengan anak-anak dalam kondisi mood yang kurang baik. Aku melangkahkan kaki menuju cafe, saat akan mencari tempat duduk aku menemukan sekilas bayangan seperti Rara. Saat aku mendekat ternyata memang benar itu dirinya. Dia sedang sibuk dengan leptopnya.
"boleh saya duduk?" tanyaku kepada dirinya. Dia terlihat kaget dan diam sebentar lalu mengangguk. Aku kemudian duduk dihadapannya, dan dia diam saja sibuk dengan leptopnya.
"kamu udah lama disini?"
"Udah 3 jam"
"Sibuk apa?"
"Ngerjain tugas"
"Masih lama?"
"Sebentar lagi selesai"
"Mau pesen minum lagi nggak?"
"Udah penuh" jawabnya dan dia kemudian mengemasi barang bawaannya juga memasukkan leptopnya kedalam tas.
"Saya boleh ngomong?" tanyaku
"Ini kan bapak dari tadi udah ngomong, ngapain nanya saya?"
"Maksud saya ngomong sesuatu yang agak serius"
"Bapak mau ngomong apa?"
"Soal kita, kenapa kamu tiba-tiba pergi dari rumah. Mbak Siti bilang kamu ada urusan mendadak di kampung. Apa orang tua kamu baik-baik saja?"
"Ibu bapak baik"
"apa ini karena pertemuan kita di mall saat saya bersama Delisa?"
"Nggak juga"
"Lantas kenapa?"
"Saya hanya ingin sendiri"
"Lalu mengapa semua kartu dari saya kamu kembalikan?"
"Saya ingin berhenti"
"Maksud kamu apa?"
"Saya ingin berhenti dari kontrak kita"
"Kamu nggak bisa gitu dong Ra"
"Saya capek pak"
"Capek kenapa?"
"Ya capek sama bapak"
"Jelaskan dong dimana ketidaknyamanan kamu"
"Nggak tau"
"Kalau kamu marah karena saya pergi ke hotel sama Delisa itu wajar, tapi yang kamu lihat itu ada kesalahpahaman. Delisa itu rekan bisnis saya, saat saya menerima telepon tempo hari itu dari sekertaris saya. Dia mengabari kalau ada penggelapan dana perusahaan, saya meminta Delisa untuk membantu saya mengembalikan uang perusahaan. Saya nggak mau meeting di kantor karena kita belum tau pelakunya dan saya nggak mungkin meeting di kafe karena ini masalah serius"
"ya udah"
"kamu masih marah sama saya?"
"Ngapain saya marah, itu hak bapak dong mau ketemu siapa"
"Maafin saya, kembali ya sama saya"
"Nggak, saya mau me time"
"Ya udah boleh me time tapi lusa pulang ya"
"Nggak"
"Kamu nggak kangen sama anak-anak?"
"Hmm"
"Hamhem aja, lagi sakit gigi?"
"Tau ah,"
"Kamu marah karena saya nggak ngabarin kamu pas meeting sama Delisa?"
"...."
"Saya minta maaf soal itu, semua sedang tidak kondusif. Banyak yang harus saya pikirkan jadi saya nggak sempat ngabarin kamu, maaf ya"
"Bapak nyuruh saya selalu bilang kalau kemana-mana, bapak sendiri pergi nggak bilang saya. Itu nggak adil dan bikin saya kecewa"
Akhirnya dia bilang juga, dan tepat sasaran sesuai dugaanku.
"Maafin saya Ra, lain kali saya akan ngabarin kamu saya janji"
"Buat apa janji kalau diingkari"
"Saya tepati, maafin saya ya"
"Ya udah saya maafin"
"Kita pulang ya Ra"
"Nggak"
"Lah terus kamu mau kemana?"
"Kan saya udah bilang saya mau me time."
"Terus kamu pulang kapan?"
"Ya semau saya, lagian saya juga pengen berhenti kerja sama bapak"
"Kok gitu sih Ra?"
"Tau ah,"
"Gini, kamu mau me time boleh tapi saya minta kamu jangan berhenti dari kontrak kita Ra. Apa kamu tega sama anak-anak? Kamu boleh marah sama saya, tapi tolong pikirkan anak-anak. Ini credit card kamu bawa buat jajan selama diluar rumah" aku menyodorkan kartu berwarna emas itu.
"nggak usah pak"
"bawa aja, saya pergi duluan. Tolong buka blok kamu saya ingin kita saling bertukar kabar walaupun kamu masih kesal sama saya, dan kapanpun kamu mau pulang pintu rumah saya selalu terbuka. Kami merindukan mama Rara"
Aku meninggalkan credit card itu bersamanya. Aku memilih pergi duluan agar tidak terus menerus berdebat dengannya dan juga agar dia tidak mengembalikan credit card itu. Anak-anak maafin papa ya belum bisa membawa mama kalian pulang tapi papa janji bakalan usaha lagi biar mama kalian mau pulang.
~~~~~

Simpanan Dosenku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang