H-1

1.8K 83 1
                                    

-Rara POV-
Suasana rumahku hari ini sungguh ramai sekali. Saudara dari ayah maupun ibu datang berkumpul untuk membantu persiapan pernikahanku yang akan digelar besok. Rencananya akad nikah akan digelar pukul 08.00 dilanjut acara temu manten adat jawa. Untuk malam harinya akan dilanjut dengan acara resepsi bertema modern. Saat ini aku sedang dirias dikamar untuk melakukan acara siraman. Ayah dan ibu juga sudah didandani memakai pakaian khas jawa. Mas Hafbi dan Mbak Revi sudah pulang kemari sejak 3 hari yang lalu. Beberapa saudara ibu dari Banyumas juga tiba tadi pagi. Jujur jika ditanya bagaimana perasaan maka jawaban yang pas adalah bahagia bercampur dagdigdug. Aku terus mengumandangkan doa agar pernikahan ini bisa berjalan dengan lancar. Sebenarnya aku juga memiliki ketakutan yang tak jelas, aku takut Pak Ario kabur seperti di cerita yang sering kubaca hahaha. Tapi aku yakin hal itu tidak akan terjadi, mengingat bagaimana bucinnya Pak Ario kepadaku. Hehehehe,,, maaf kepedean.
"Mbak ini riasannya sudah selesai, coba mbak Rara bercermin mungkin ada yang perlu ditambah dari hasil make-upnya" ujar mbak perias
"Oh, iya mbak" aku kemudian mengambil kaca dan wow... Inikah Aurora putri bapakku? Dia berubah menjadi secantik ini. Aku mengamati setiap detail make-up yang ada di wajahku, rasanya ini sudah pas untukku. Tidak kurang dan tidak lebih.
"bagaimana mbak?"
"pas mbak"
"ya sudah saya keluar dulu ya mbak Rara"
"Iya mbak, terima kasih ya"
"sami-sami, monggo"
"inggih,, monggo"
Selepas mbak perias meninggalkan kamar, aku segera menelfon Fani. Awas saja jika anak itu masih belum datang, sedangkan acara sebentar lagi mau dimulai.
"halo assalamualaikum mbak catin hehehe"
"Kamu dimana Fan,?"
"Ini diteras, sama mama kamu"
"Masuk ke kamar gih, aku dah selesai rias"
"Oke Ra"
Tak berselang lama, pintu kamarku diketok oleh seseorang yang kuyakini adalah sahabatku.
Tok,, tok,,, tok,,
"Assalamualaikum Ra"
"Masuk Fan"
Pintu dibuka dengan pelan dan Fani masuk kedalam kamarku.
"Ra,,, ini beneran Rara?"
"Lah terus siapa dong Fan,?"
"Hiks.. Hiks.."
Aku kaget karena tuh anak tiba-tiba nangis.
"Eh,,, kenapa Fan?"
"Hikss,, aku gak nyangka secepat ini. Baru kemarin kita tinggal bareng, tidur bareng, rebutan mandi duluan kok sekarang kamu disulap jadi gini. Hiks,,hiks,,,"
"Fan,, hiks.. Setiap kehidupan pasti berproses. Cepat atau lambat, ntah itu aku atau kamu, pasti nanti juga bakal ada di titik ini. Semuanya nggak akan ada yang berubah oke.."
Aku mendadak sesenggukan.
"Janji?"
"Im promise, you're my fav bestii"
"You too"
Kami kemudian berpelukan dan meredakan tangis kami. Ya,, terkadang ditinggal nikah bestie lebih berat dan lebih sakit ketimbang ditinggal nikah pacar. Bukan karena kita tidak bahagia sahabat kita bersama orang lain, tapi kita takut tidak bisa seintens dulu dan ada rasa yang tak bisa diungkapkan. Sedih campur bahagia saat melihat besti kita menikah.
"Ra..."
"Iya Fan?"
"Kita harus jadi keluarga, kalau kamu nggak bisa jadi kakak iparku maka aku akan berusaha jadi tantemu"
"Hahahahahahaha"
"Ih,, Rara kok ketawa sih?"
"Hehehee,, maaf Fan. Aku bakal bantuin kamu biar jadi tanteku dan nikah sama Pak Randi."
"Janji?"
"Janji"
"Pak Ario ajakin biar cepet jadinya sama Pak Randi"
"Iya,, ntar kalau selesai nikahan aku. kita pikirin ini yaa.."
Tok...tok...tok..
"Nduk ayo keluar, acaranya sudah dimulai, ayo Fani"
"Iya bu"
"Ayo nak"
Aku keluar bersama ibu dan Fani. Acara siraman segera dimulai. Diawali dengan sungkem kepada bapak, ibu, kakek, nenek, Mas Hafbi, Mbak Revi, dan keluarga lainnya. Kemudian acara siraman mandi air. Dilanjut ganti baju sedangkan ayah dan ibu berjualan dawet. Sepanjang acara aku tidak bisa menahan air mata haru, terutama saat bagian sungkeman. Aku mengingat banyak sekali kesalahan yang telah aku lakukan juga belum ada balasan kebanggaan yang aku berikan kepada ayah dan ibu. Besok aku akan menikah dan menuju kehidupan baruku, rasanya bahagia namun bercampur sesak didalam dada. Ibu juga terus menerus meneteskan air mata. Aku berharap semoga pilihanku adalah pilihan yang tepat untuk kehidupanku kedepannya. Acara siraman selesai pukul 16.30, kini aku sedang duduk diruang tamu bareng Fani. Dia terus saja memandangiku dalan diamnya. Rencananya malam ini dia akan menginap.
"Fan,, diem aja"
"Hehehe..."
"Kenapa?"
"Kamu cantik banget Raa,"
"Makasih, jadi nginep kan?"
"Pasti, tapi apa nggak ganggu waktu bareng ibumu?"
"Nggaklah, besok pas make-up biar ada yang nemenin hehehe"
"Oke deh,"
"Jadi kembar mayang ya?"
"Boleh tapi ada syaratnya"
"Apa?"
"Harus sama Pak Randi nanti duduknya"
"Okeee,, aku atur sama Mas Ario"
"Sipp,,"
"Makan yuk Fan, laper"
"Ya udah aku ambilin ya.."
"Oke, ditunggu."
Sembari menunggu Fani mengambilkan makan, aku segera chat Mas Ario.
To = Mas Ario
Mas,,

Simpanan Dosenku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang