Rara terbangun dengan posisi berada dipelukan Pak Ario. Semalam setelah acara saling mengungkapkan perasaan, keduanya larut dalam suasana romantis. Sepanjang malam, Pak Ario dan Rara saling bercerita keadaan selama Rara meninggalkan rumah pak Ario. Tentu saja dengan Rara yang berada dipelukan Pak Ario. Mereka menghabiskan waktu dengan indah, melupakan kejadian menyeramkan yang menimpa Rara. Rara menggeliatkan tubuhnya, dia ingin bangun tetapi lengan Pak Ario terlalu erat merangkul perutnya.
"udah bangun sayang?" sapa pak Ario yang kontan saja membuat pipi Rara bersemu merah.
"Udah pak"
Cup,,cup,, cup
"Morning baby"
"Morning, bangun yuk pak"
"Hayuk, abis ini jalan-jalan ke kebun teh mau nggak?"
"Mau dong"
"Oiya sayang, bukannya rumah kamu nggak jauh dari sini ya?"
"Emang, paling setengah jam nyampe"
"Jadi pengen mampir yang"
"Lain kali deh, kayanya bapak ibu lagi sibuk"
"Eh,, bentar kok hpnya mas bunyi ya, mas angkat telepon dulu ya. Sayang mandi gih"
"Okee"
Rara kemudian mandi, dan bersiap-siap untuk jalan-jalan. Sementara Pak Ario menerima telepon dari suplier padi yang berasal dari daerah sini. Setelah Rara selesai mandi, pak Ario juga menyusul mandi. Mereka berdua kemudian berjalan kaki menyusuri jalanan yang hawanya sangat sejuk dimana kanan kiri adalah hamparan kebun teh. Rencananya setelah puas jalan-jalan, Pak Ario akan mengajak Rara sarapan di warung sunda langganannya. Rara sangat happy ketika berada di kebun teh.
"Ehm mas, hp aku mana ya"
"Oh iya sayang, mas lupa hp kamu masih dibawa Reno."
"Hmm,, padahal kepengen foto"
"Pake hp mas aja, nih"
"Fotoin dong mas"
"Dengan senang hati"
Cekrek... Cekrek... Cekrek..
"Ayo mas foto berdua"
"Hayuk sayang"
Cekrek.. Cekrek.. Cekrek..
"Sayang ngga laper?"
"Dikit mas"
"Sarapan yuk, mas laper nih"
"Ayuk mas"
"Mas punya warung sunda langganan disini yang enak banget."
"Oya? Pengen cobain"
"Yaudah yuk"
Mereka kemudian berjalan beriringan menuju warung sunda langganan pak Ario. Mereka kemudian makan dengan lahap karena memang makanannya sangat lezat. Selesai makan, mereka kembali ke villa. Rara dan Pak Ario memilih tiduran di sofa ruang tamu. Pak Ario rebahan dengan kaki Rara sebagai bantalnya. Mereka menyaksikan film drama Korea.
"Yang, ngga pengen nelpon anak-anak?"
"Emang boleh?"
"Boleh dong, anak-anak pasti seneng"
"Ya udah gimana kalau VC anak-anak"
"Oke.."
Tut.. Tut.. Tut..
"Halo papa"
"Halo sayang, Chila lagi apa nak?"
"Lagi main pah sama adek"
"Tolong panggilin adek dong nak, papa ada kejutan buat kalian"
"Apa pah?"
"Panggil adek dulu"
"Oke papah, dek sini deh"
"Apa kak?"
"Papa nih"
Kemudian layar ponsel tersebut menampilkan wajah 2 bocil yang sangat Rara rindukan. Tak terasa air mata Rara menetes.
"Halo nak, ini papah ada kejutan buat kalian"
"Wah, apa pah?"
Pak Ario kemudian menyerahkan hpnya kepada Rara.
"Halo sayang"
"Maaaamaaahhhh"
"Iya sayang, gimana kabar kalian?"
"Baik mah, mamah kemana aja kita kangen mah"
"Maafin mamah ya sayang, mamah sibuk dikampung"
"Kok Chila sama Neno nggak diajak?"
"Kan kalian sekolah sayang"
"Mamah cepet pulang ya, Neno pengen peluk mamah"
"Chila juga mah"
"Iya sayang, mama usahain ya sayang"
"Nak, kalian udah makan?"
"Udah pah"
"Sarapan apa sayang?"
"Bubur ayam mah"
"Nak, udah dulu ya.. Mama sama papa ada urusan, kalian yang nurut ya sama Mbak Siti. Lusa paling papa udah pulang."
"Iya pah"
"Assalamualaikum nak"
"Waalaikumsalam"
Panggilan video berakhir, Rara menatap Pak Ario.
"Maafin aku ya mas"
"Kamu nggak salah sayang, mas yang salah. Yang penting sekarang kita baikan."
"Iya mas"
"Sayang nanti ada suplier Mas yang mau kesini. Kamu gapapa kan?"
"Gapapa mas,"
"Yaudah yuk dilanjut nontonnya."
Mereka kemudian melanjutkan acara nonton film hingga siang hari. Pintu villa diketok, Pak Ario menyuruh Rara masuk ke kamar. Baru kemudian dia membuka pintu untuk tamunya.
"Assalamualaikum Mas Rio"
"Waalaikumsalam Pak Rahadi, mari masuk"
"Injih Mas, terima kasih"
"Silahkan duduk pak, maaf ini hanya air mineral loh pak"
"Terima kasih Mas Rio, nggak usah repot-repot."
"Jadi bagaimana Pak Rahadi, kita jadi totalan berapa nih yang udah dikirim di kuartal tiga?"
"Kalau tidak salah sekitar 780an ton sih Mas Rio"
"Bapak bawa notanya?"
"Bawa mas, kita cocokkan ya mas"
"Iya pak, bentar nota saya ada di kamar sepertinya. Sayang.. tolong bawain tas kerja mas dong."
"Iya mas"
"Siapa Mas Rio?"
"Pasangan hidup saya pak hehehe"
"Baru kali ini saya lihat mas Rio bawa pasangan"
"Hehehe iya pak, dia masih sibuk kuliah"
"Kuliah dimana mas?"
"Di Yudabakti pak"
"Wah sama seperti anak saya, dia S2 mas"
"Apa jangan-jangan temennya anak bapak"
"Bisa jadi"
Rara melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, dia tidak tau siapa tamu dari Pak Ario. Dia membawa tas kerja pak Ario.
"Ini masss." ucapan Rara menggantung begitu menyadari bahwa tamu Pak Ario adalah bapaknya.
"Rara"
"Bapak"
"Bagaimana bisa ini, (brak..) Kamu katanya kuliah, malah di Villa sama pria dewasa. bapak bener-bener kecewa sama kamu"
"Tunggu pak, Rara bisa jelasin"
"Pak Rahadi, mohon dengarkan penjelasan kami pak"
"Apa lagi yang perlu dijelaskan hah?! Mas Rio saya pikir anda pria baik-baik, taunya bawa anak gadis orang ke Villa. Apa itu bisa dibilang bener? Apalagi anda seorang dosen, seorang pendidik pak! Saya nggak nyangka sama kamu pak Ario!"
"Duduk dulu pak, saya akan bercerita."
"Rara mohon bapak dengerin dulu"
Pak Rahadi kemudian duduk kembali dan Pak Ario lantas menjelaskan awal mulanya Rara dan dia bisa berada disini. Kejadian Rara diganggu pemuda mabuk, terus Rara nangis dan terakhir ketika mereka saling mengungkapkan perasaan.
"Pak Rahadi, saya berharap bapak percaya dengan kami. Saya dan Rara belum melakukan apapun pak, kami memang tidur bersama tapi dia masih suci. Saya tidak pernah melakukan hal itu sama Rara pak."
"Oke saya percaya sama kalian, tapi karena kalian sudah tidur bersama maka saya minta pak Ario menjaga kehormatan keluarga kami. Bagaimana jika ada tetangga yang tau hal ini, sudah pasti jadi buah bibir orang sekampung. Bapak tadi bilang jika kalian saling cinta, sekali lagi saya tanya. Apakah bapak benar-benar mencintai putri saya?"
"Dengan segenap hati, saya yakin jika saya mencintai Aurora Ayunindya"
"Sekarang bapak nanya sama kamu nduk, apa benar kamu cinta sama dia? Jawab dengan jujur"
"Iya pak, Rara sayang sama pak Ario"
"Apa kamu bisa nerima dia yang kondisinya sedikit berbeda? Pak Ario ini sudah punya anak 2? Kamu yakin bisa menerima anaknya dan memperlakukan mereka seperti anak kandungmu?"
"Insyaallah Rara sanggup pak, bagi Rara jika Rara mencintai bapaknya maka harus siap menerima anak-anaknya."
"Baiklah, saya mau nanya sama kamu Rio. Apa alasan kamu berpisah sama mantan istrimu?"
"Kami berpisah karena ketidakcocokan pak, sejujurnya kami menikah lantaran perjodohan. Saya berusaha mencintai istri saya, dia berusaha menjadi istri yang baik namun seiring berjalannya waktu perasaan diantara kami belum tumbuh. Dengan hadirnya anak-anak, saya kira bisa menjadi penguat pernikahan kami namun ternyata saya salah. Beberapa waktu lalu bisnis saya sempat down, saya sering keluar kota dan mengurusi kantor. Mungkin karena salah saya yang kurang ada waktu, istri saya mendadak mencari kesenangan sendiri. Dia bertemu mantannya semasa SMA dan mereka menjalin hubungan. Awalnya saya begitu kaget mengetahui hal ini, namun saya berusaha memperbaiki. Setelah setahun tidak ada kemajuan dalam hubungan kami, saya mengajak mereka bertemu. Saya ajak diskusi gimana enaknya, dan ternyata perpisahan jalan terbaik. Mantan istri saya sekarang sudah menikah dengan mantan pacarnya dulu. Dan mereka sudah berbahagia Pak Rahadi."
"Apa kamu bisa jamin nggak akan menduakan putri saya?"
"Saya berani berjanji pak, bahwa putri bapak akan menjadi pasangan hidup saya satu-satunya."
"Kamu Rara, apakah kamu sanggup melakukan tugas rumah tangga? Tanggung jawab kamu bukan hanya atas dirimu tapi ada suami dan anak-anak."
"Insyaallah Rara bisa pak"
"Baiklah, Pak Ario kalau kamu beneran serius sama anak saya, saya tunggu kedatangan kamu dirumah bersama orang tua kamu. Saya kasih waktu seminggu untuk buktiin omonganmu."
"Baik pak, saya akan mengajak orangtua saya silaturrahmi kerumah bapak."
"Bagus, saya tunggu. Dan kamu Rara bereskan barang-barang kamu, ikut bapak pulang kerumah sekarang."
"Iya pak."
Rara kemudian masuk ke kamar dan mengambil sedikit barang bawaannya.
"Pak Ario saya pulang ya Pak,"
"Iya, hati-hati ya. Tunggu kedatangan mas."
"Permisi"
"Terima kasih pak"
"Hmm"
Pak Rahadi kemudian meninggalkan Villa Pak Ario dengan membawa Rara, sedangkan pak Ario langsung menghubungi ibunya agar segera pulang ke Indonesia. Dia sedikit lega karena jalannya untuk bersatu dengan Rara dipermudah walaupun dengan cara yang sedikit mengejutkan. Dia tidak menyangka jika Pak Rahadi yang selama ini menjadi suplier padi di perusahaannya ternyata adalah orang tua Rara dan otw jadi mertuanya. Pak Ario kemudian mengemasi barang-barang bawaannya dan bersiap kembali ke Jakarta untuk bertemu anak-anak.
~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Dosenku
РазноеRara baru saja menyelesaikan pendidikan S1, dan ingin melanjutkan pendidikan S2. Sang ibu sudah tidak bisa membiayai lagi, hingga dirinya mencoba peruntungan dengan mendaftar berbagai beasiswa namun hasilnya nihil. dirinya kemudian menemui salah sa...