*Pak Ario POV*
Aku terbangun pukul 4 pagi, rasanya tidurku sangat nyenyak. Kehadirannya di sisiku mewarnai hari-hariku yang biasanya datar. Setelah perpisahanku dengan Alina mantan istriku, aku belum menemukan lagi perempuan yang membuatku nyaman. Aku sendiri masih menimang-nimang apakah aku trauma dengan pernikahan atau hanya belum menemukan sosok yang tepat. Aku takut jika aku menikah dengan sosok yang tidak tepat maka hanya akan menyakiti anak-anak. Sejak perpisahan kami 3 tahun yang lalu, aku sebetulnya sudah dekat dengan beberapa perempuan namun rata-rata kedekatan kami hanya berakhir dengan ketidakjelasan. Aku merasa belum bisa berbagi cerita, berbagi rasa apalagi berbagi hidup. Menurutku kebanyakan dari mereka kurang mencintai anak-anakku, lebih tepatnya hanya mencintai bapaknya saja. Ketulusan mereka terhadap anak-anak tidak aku rasakan. Bagaimana mungkin aku menitipkan anak-anak yang sudah Tuhan titipkan kepadaku untuk diasuh perempuan yang tidak memiliki ketulusan di hatinya. Aku melihat kesamping, disini ada gadis muda yang sedang terlelap disisiku. Wajahnya manis dan ekspresi randomnya sangat candu bagi diriku. Entahlah setelah kebersamaan kami beberapa bulan ini, aku merasa nyaman berada seatap dengannya dan berbagi ranjang dengan dia. Padahal sebelumnya, aku adalah tipe laki-laki yang sangat menjunjung tinggi adat ketimuran. Namun bersama Rara aku menjadi lebih berekspresi dan menjadi diriku sendiri. Pagi ini aku ingin menyaksikan sunrise di pantai bersama dirinya. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 04.15 wita, saatnya aku membangunkan gadis manis disampingku.
"Ra, bangun"
Ternyata dia masih bergeming dengan selimut tebal yang menggulung tubuhnya.
"bangun" aku kembali membisikinya sambil menepuk pipinya pelan.
"Ra... Bangun ayo temani saya liat sunrise"
"...."
"bangun mamanya anak-anak" ucapku lagi
Dia ternyata ngebo juga, entah semalam dia tidur jam berapa sehingga membuat mata indahnya itu enggan terbuka. Aku lantas mengecup kedua matanya, pipinya, hidungnya dan yang terakhir bibirnya. Perlahan dia mulai membuka matanya, aku tersenyum melihatnya mengerjapkan mata.
"ayo liat sunrise"
"mager ih"
"ayo, nanti kamu nyesel loh"
"hmm"
"bangun Rara"
"iya iya pak Ario, astaga bawel"
"tuh udah setengah 5,ayo cuci muka saya tunggu"
Dia kemudian masuk ke kamar mandi dengan wajah sebalnya itu, yang menurutku sangat menggemaskan. Setelah 15 menit menunggu, akhirnya Rara sudah siap dengan rapi. Kami menuju ke pantai dengan berjalan kaki beriringan. Suasana disini tak terlalu ramai, beberapa orang berlalu lalang.
"pak"
"hm?"
"anak-anak aman nggak sana reno"
"aman dong, reno itu orang kepercayaan saya sejak saya masih merintis bisnis"
"berapa lama reno jadi aspri bapak?"
"sekitar 10 tahun ada,"
"wah lama juga ya"
"iya, eh lihat itu Ra"
"woahh"
"bagus kan?"
"banget "
"apa saya bilang"
"iya, makasih ya pak udah bawa saya kemari"
"makasih juga kamu udah mau nemenin saya dan anak-anak"
"pak duduk situ yuk"
"ayo"
Kami berdua kemudian duduk di pinggir pantai diatas hamparan pasir yang sangat bersih dan lembut di kaki. Rara kemudian bersandar dibahuku, sejenak aku merasakan ribuan kupu-kupu melayang dan hatiku menghangat. Apa aku mulai menyukainya? Apa mungkin aku menyukai gadis muda di dekapanku ini? Apa benar gadis sederhana ini mampu meluluhkan seorang Ario yang terkenal dingin dan tegas. Rara, sepertinya saya harus memastikan perasaan saya terhadap kamu. Saya khawatir jika saya sudah jatuh hati kepadamu dan hanya bertepuk sebelah tangan. Bagaimanapun dia adalah gadis muda apa mungkin dia mau sama om-om seperti diriku yang sudah memiliki 2 buntut? Saya harus membatasi perasaan ini, saya harus ingat perkataannya Rara jika hubungan kami hanya dilandasi oleh kontrak. Namun gesture tubuh rara menunjukkan arti yang lain, apakah itu hanya profesionalitas ataukah murni dari hatinya. Sungguh ini membingungkan, lebih membingungkan daripada desertasi S3 saya tempo hari.
*Pak Ario POV end******
*Rara POV*
Kini aku sedang berada di dekapan pak Ario, tadi pagi-pagi sekali dia sudah membangunkan aku. Dia mengajakku menyaksikan sunrise ditepi pantai. Sungguh selera pak Ario sangat tidak mengecewakan. Sunrise kali ini sangat indah, terlebih ditemani oleh pak Ario. Berada didekapan pak Ario membuatku merasa nyaman dan terlindungi. Entah perasaan apa yang tengah menghinggapi kami. Baik aku maupun pak Ario berlagak seperti sepasang kekasih namun kami tak mengerti perasaan masing-masing.
"pak?"
"hmm?"
"kalau ada orang kampus yang ngeliat kita gimana?"
"bilang aja kamu mamanya anak-anak"
"kan jomplang pak, masa seusia saya uda punya anak 2. Lagian dikampus juga udah menyebar kalau bapak itu duda"
"ternyata saya famous juga ya"
"agak sih,"
Lama kami terdiam merasakan suasana yang sangat menenangkan ini, hingga pak Ario memanggilku.
"Ra.."
Aku menoleh mendengar panggilan dari pak Ario, wajahnya begitu dekat denganku. Perlahan dia semakin mendekatkan wajahnya dan mengecup pipiku, mataku dan terakhir bibirku. Kami berdua berpagutan ditemani indahnya semburat merah dari matahari yang terbit. Cukup lama melakukannya hingga aku melepaskan diri. Canggung, itulah kata yang mewakili keadaan kami usai berpagutan.
Kami berdua terdiam cukup lama hingga fajar menyingsing dan ramai orang berlalu lalang. Pukul 06.00 kami kembali ke Villa dan anak-anak ternyata masih tertidur lelap dengan reno yang menjaga mereka. Aku kemudian membangunkan mereka dan mengajak mereka berenang serta sarapan dikolam renang. Hari ini mereka mudah untuk dibangunkan, mungkin karena sedang liburan. Kami kemudian berenang berempat dan sarapan di kolam sambil bercanda ria. Selesai dengan berenang dan sarapan kami kemudian bersih-bersih untuk bersiap melaksanakan jadwal liburan hari ini. Aku berharap semoga liburan hari ini menyenangkan.
*Rara Pov end.*
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Dosenku
NezařaditelnéRara baru saja menyelesaikan pendidikan S1, dan ingin melanjutkan pendidikan S2. Sang ibu sudah tidak bisa membiayai lagi, hingga dirinya mencoba peruntungan dengan mendaftar berbagai beasiswa namun hasilnya nihil. dirinya kemudian menemui salah sa...