Saatnya Berbuka??

4.9K 108 3
                                    

Acara unduh mantu dikediaman Ario berjalan dengan lancar dan meriah, bahkan acaranya lebih besar daripada dirumah Rara. Keduanya mengusung konsep Sunda dan Minang, siang menggunakan adat Sunda dan resepsi malam menggunakan adat Minang. Mamanya Ario adalah gadis Sunda sedangkan papanya orang Minang, sehingga hari ini mereka menggunakan tema tersebut. Acara unduh mantu dan pesta selesai pukul setengah 10 malam. Ario dan Rara sudah mengganti pakian mereka dengan baju santai. Anak-anak juga sudah tertidur dikamarnya karena seharian bermain dengan sepupu dan saudara. Rumah Ario sudah sepi, tinggal keluarga Rara dan keluarganya yang masih ada dirumahnya.
"Rio, mama sama papa mau pamit. Kita mau balik ke Singapura ya, kamu sama Rara baik-baik disini. Yang sabar jadi suami, ingat semua pesan Mama"
"iya Ma, makasih ya Ma"
"iya nak, Rara Mama baik dulu ya sayang. Mama percaya kamu pasti bisa ngurusin Ario dengan baik juga cucu Mama. Mama doakan rumah tangga kalian harmonis, kamu juga jangan terlau capek sayang. Jangan lupa me time, Minta Ario nyariin asisten kalau kamu udah merasa kuwalahan"
"Hehehe siap Mama"
"Pak besan dan bu besan hehehe, saya pamit duluan balik ke Singapura. Nanti kita bikin acara lagi ya Pak Bu"
"Inggih,, Hati-hati bu, Pak. Kami selalu mendoakan agar perjalanannya lancar selamat sampai tujuan"
"Aamiin"
"Rio, ingat apa yang papa bilang, jangan grusa grusu hahaha"
"Siap Pa"
"Mari Pak Bu" pamit papa dan mama Ario kepada orang tua Rara. Mereka kemudian bertolak ke bandara dengan diantar oleh Pak Maman, supir pribadi keluarga mereka. Setelah keberangkatan orang tua Ario, ayah dan ibu Rara juga berpamitan meninggalkan kediaman Ario.
"ayah sama ibu pamit ya nduk, kamu jadi istri yang nurut sama suami. Jangan lupa semua wejangan ibu"
"Siap ibu"
"Ya sudah, bapak sama ibu pamit dulu ya, kalian istirahat pasti capek"
"Hati-hati Pak Bu"
Orangtua Rara kemudian juga meninggalkan kediaman Rara. Kini rumah sudah sepi dan tinggallah Ario, Rara, anak-anak dan Mbak Siti. Setelah acara pamitan, Ario mengajak Rara untuk beristirahat ke kamar mereka.
*****
-Rara POV-
"Ayo sayang ke kamar" ajak Mas Ario kepadaku. Hemmm,, jujur hatiku dagdigdug sejak tadi. Aku bingung, hahahaha,, bagaimana kalau Mas Ario menagih haknya sebagai suami?  Bukannya aku keberatan akan hal itu, tidak sama sekali. Aku hanya takut saja, kata beberapa temanku yang sudah menikah rasanya sakit. Aku memang sudah beberapa kali berpacaran, namun selama berpacaran aku sama sekali belum pernah melakukan hal itu. Hanya sebatas sentuhan yang cukup 'wajar' untuk anak milenial. Kissing pun baru aku lakukan ketika menjadi simpanannya Pak Ario, hahaha. Tak terasa kami sudah berada dikamar pengantin yang sudah dihias sedimikian rupa, vibesnya pengantin baru banget hehehe.. Mas Ario mengunci pintu kamar, dan berjalan menghampiriku, duh jantungku rasanya mau copot. Gerakan Mas Ario serasa slow motion. Mas Ario tersenyum kepadaku, kemudian memegang kedua tanganku dan menciumnya.
"Mas bahagia sekali bisa menikah sama kamu, I Love You Aurora Ayunindya"
"I love you too Ario Bagaskara"
"Yuk bersih-bersih, ambil air wudhu kita sholat"
"Ayo Mas"
Aku mengikuti langkah Mas Ario ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelah selesai berwudhu, ternyata Mas Ario sudah menggelar dua sajadah di dalam kamar kami. Aku kemudian memakai mukena dan mengikuti Mas Ario sholat. Selesai sholat aku menyalimi tangan Mas Ario dan dia mengecup keningku. Selepas itu dia kemudian rebahan di pangkuanku. Dengan ragu aku mengelus rambutnya, dan dia memejamkan mata. Tangan Mas Ario memegang tanganku kemudian mencium tanganku, dia membuka matanya dan menatapku dalam.
"sayang" panggil Mas Ario pelan
"Iii-iyaa Mas" ucapku tergagap
Mas Ario bangun dari rebahannya dan mengemasi alat sholat, akupun melakukan hal yang sama. Mas Ario kemudian masuk ke kamar mandi, aku duduk di ranjang menunggu dirinya. Aku jadi bertanya mengapa dia jadi serba diam? Apakah aku ada salah? 10 menit kemudian Mas Ario keluar dari kamar mandi dan terlihat segar. Melihat Mas Ario yang segar, akupun ke kamar mandi juga. Aku bersih-bersih dan menyemprotkan parfum. Aku keluar dari kamar mandi disumbut dengan tatapan mata Mas Ario yang sedikit berbeda, dia menepuk sisi ranjang dan tersenyum kepadaku. Akupun berjalan ke ranjang dan duduk disebelah Mas Ario.
"sayaanggg"
"Iya Mas"
"Boleh ya?" tanya Mas Ario absurd
"Apanya Mas?"
"Buka puasanya"
"Oalah,, engg.."
"Gimana sayang?"
"EHhh,, iya mas"
"Terima kasih sayang, Mas janji akan pelan-pelan dan menyenangkan" ucap Mas Ario kepadaku yang belum sempat aku jawab namun sudah dihujani dengan ciuman yang bertubi-tubi. Mas Ario mengecup kening, mata, pipi, hidung dan bibir. Dia kemudia menempelkan kening kami, hidung kami dan bibir kami. Cukup lama kami dalam posisi seperti ini hingga Mas Ario menggerakkan bibirnya. Dia melakukan dengan sangat lembut dan aku terbuai hingga tak terasa semua pakaianku sudah tanggal juga pakaiannya. Dia berusaha melakukan penyatuan kami, namun ternyata beberapa kali masih belum berhasil. Maklumlah aku adalah perawan ting-ting hahaha... Setelah beberapa kali berusaha, kami belum juga berhasil. Aku sudah ingin menangis rasanya. Mas Ario menatapku dan mengecup pipiku sayang.
"kita lanjutkan besok ya sayang,, sekarang kita istirahat.. Cup cup mukanya merah gitu, sakit ya?"
"Sedikit"
"Ya udah, ini mas enakin dikit terus kita istirahat"
Setelah itu Mas Ario memberikan 'service' yang menyenangkan untuk mengurangi rasa sakitku. Setelah aku cukup rilex, dia menggendongku ke kamar mandi dan kami membersihkan diri. Mas Ario kemudian menyelimuti diriku dan kami terlelap.
-Rara POV End-
*****
-Ario POV-
Semalam aku dan istriku berusaha melakukan ibadah yang menyenangkan namun aku masih belum berhasil menaklukkan tantanganku. Pagi ini aku terbangun pukul 3 pagi, aku akan meneruskan acara tadi malam yang sempat tertunda. Sebenarnya kalau aku memaksakan diri, sudah jebol gawangnya namun aku juga harus mengerti kondisi istriku. Aku tidak tega melihanya yang meringis menahan sakit sampai wajahnya memerah. Dia sepertinya ingin menangis tapi ditahan. Mas janji sayang setelah nanti gawangnya gol maka Mas akan ngasih yang enaena buat kamu,hehehe.. Aku memandang istriku yang terlelap disampingku, aku mulai menciumi pipinya dan semua yang ada diwajahny. Perlahan dia membuka matanya dan tersenyum kepadaku.
"sayang ayo dilanjutkan yang tadi malam" bisikku kepadanya, dia hanya mengangguk saja. Akupun melancarkan aksiku, aku mulai membangkitkan sisi lain dari istriku. Aku membuatnya keenakan dan mendapatkan klimaks beberapa kali. Setelah dirasa cukup, aku mulai melakukan perkenalan dan mencoba penyatuan. Beberapa kali masih sulit ditembus. Aku melirik wajah istriku dia tersenyum dan berkata kepadaku.
"lanjutin aja Mas, udah nanggung. Rara gapapa kok" seperti mendapat suntikan semangat yang membuat diriku semakin berkobar maka aku semakin giat melakukan usaha penyatuan kami. Hingga akhirnya aku bisa menembus pembatas itu, heheheehe akhirnya aku buka puasa juga. Rara meneteskan air mata, aku tidak tinggal diam, aku berusaha mengurangi rasa sakitnya dengan memberikan sentuhan pada bagian yang lain. Hingga akhirnya dia rilex dan aku mulai melakukan permainan. Kami melakukan beberapa kali hingga Rara kelelahan. Maklumlah,, aku baru buka puasa jadi agak garang dan kemaruk. Hehehehe.. Aku kemudian mengajak Rara mandi wajib setelah itu sholat subuh berjamaah. Selesai sholat subuh aku meminta agar Rara beristirahat saja. Biar aku yang mengurus anak-anak. Aku juga meminta Mbak Siti menyiapkan menu sarapan. Pukul 06.00 aku keluar kamar dengan rapi, aku menuju kamar anak-anak.
"pagi sayang, anaknya papa"
"Pagi papa" jawab Neno
"Pah, mama belum bangun ya?" sahut Chila
"Mama kecapekan sayang jadi masih istirahat. Chila sama Neno sarapannya sama papa aja ya nak" ucapku pada kedua anakku
"oke papa"
Kami bertiga kemudian sarapan bersama, selesai sarapan aku mengantarkan mereka ke sekolah. Mereka memang anak-anak yang penurut, aku sangat beruntung memiliki anak seperti mereka. Sepulang dari mengantar anak-anak sekolah, aku menuju kamar dan ternyata istriku itu masih terlelap. Hahaahaha..
Aku kemudian ke dapur dan mengambilkan sarapan untuknya. Aku membawa nampan yang berisi sarapan untuk istriku ke kamar kami. Saat aku membuka kamar ternyata istriku itu sudah bangun.
"pagi sayang"
"Pagi Mas"
"Ini Mas bawain sarapan"
"Makasih Mas, tadi kok gak bangunin Rara pas anak-anak berangkat?"
"Mas nggak tega, kamu pasti kecapekan"
"Hemm,, maafin Rara ya Mas bangun kesiangan"
"Nggak usah minta maaf sayang, lagian ini juga gara-gara ulah Mas hahaha..."
"Ya udah aku mandi dulu ya Mas"
"Iya sayang"
Aku menunggu istriku bersih-bersih sambil bermain hp. Ada banyak ucapan selamat dari teman-temanku. Aku membalas sebagian dari ucapan mereka.
Ceklek...
Pintu kamar mandi dibuka dan Rara keluar dengan rambut basahnya.
"Udah selesai sayang?"
"Udah Mas"
"Nih sarapan, mau disuapin?"
"Maem sendiri aja, Mas Ario udah sarapan"
"udah kok sayang, makan yang banyak ya sayang"
Rara makan dengan lahap, aku menunggui dengan bermain hp. Selesai Rara makan kami menonton drakor bersama. Entah karena efek dari adegan romantis yang ada di film ataukah karena efek pengantin baru, aku kembali tidak bisa menahan diri. Lagi-lagi aku mengajak Rara untuk melakukan ibadah disiang bolong hahaha... Kami melakukannya lagi, lagi dan lagi. Entah sampai kapan kami akan menyudahi kegiatan menyenangkan ini. Semua yang ada dalam diri Rara sudah menjadi candu untukku. Aku seakan tak ingin berhenti untuk mengecap dan merasakan semuanya.
*****

Simpanan Dosenku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang