Sejak pagi tadi, banyak orang berlalu lalang dirumahku. Ibu dan ayah sibuk mengurusi sana sini, Mas Hafbi dan Kak Revi juga turut riweh membantu acara lamaranku dengan Pak Ario. Melalui panggilan telepon, Pak Ario mengabari jika akan sampai sekitar pukul 18.00, sesuai rencana kami yaitu acara akan digelar setelah Magrib. Kakak iparku yang amat menggemaskan itu menghampiri diriku yang sedang mengecek souvenir untuk acara kami.
"Dek, Fotografernya udah booking kah?"
"Astaga, kok aku lupa ya kak"
"Hahahaha, kebanyakan pikiran nih kayanya."
"Hehehe,, maklum kak dadakan jadi agak bingung"
"Ya udah biar kakak urus soal fotografer, sekalian dibikin video teaser ya buat kenang-kenangan?"
"Wah, ide bagus tuh kak"
"Iya dong, eh ngomong-ngomong kamu kok mendadak gini sih lamarannya, kamu udah siap emang jadi istri plus jadi ibu?"
"Udah dong kak,,ehm aku boleh nanya ngga nih kak?"
"Apa dek?"
"Gimana review kakak soal pernikahan? hehehehe"
"Kalau di kakak nih ya, sama aja seperti pas pdkt dulu karena emang pas pdkt kakak udah ngerti gimana sikapnya Mas kamu, lagian pas pdkt Mas kamu juga bersikap apa adanya nggak pencitraan jadi pas nikah enjoy aja. Cuma emang ada juga sih sedikit-sedikit yang beda, tapi itu masih wajarlah. Intinya saling berusaha memahami aja sih. Sebelum menuntut hak, maka laksanakan kewajiban. Jangan cuma ingin dimengerti tapi juga saling mengerti."
"Aih kakak aku luar biasa deh, hihihi. Kakak keren tau diusia segini udah bisa sedewasa ini."
"Hehehe kamu bisa aja, kakak sih yang harusnya bersyukur diberikan pasangan seperti mas kamu yang sabar ngadepin kakak. Kakak termasuk orang moodyan loh, tapi mas Hafbi sabar banget kalau kakak ambekin. Itu sih enaknya kalau dapat suami yang dewasa."
"Mas Hafbi gak pernah becanda kak?"
"Pernah, malah setiap hari. Emang mukanya aja yang kek triplek tapi kalau diluar kampus gitu Mas Hafbi juga ngereceh kaya kamu. Hahahaha"
"Kakak pernah tengkar sama Mas?"
"Pernah,"
"Gimana caranya biar kelar?"
"Kuncinya di komunikasi dek, Mas kamu bukan cenayang yang selalu tau apa maunya kakak. Ada disatu waktu dia peka banget, kadang juga nggak ngerti sama sekali kemauan kakak. So, kakak yang harus memulai komunikasi saat kita mulai agak crush. Pillow talk sih no debat. Ampuh banget."
"Abis pillow talk langsung deh gass pak cepak cepak jeder, Hahaha."
"Kamu ya,, hahaha. Ngerti banget soal gituan. Kebanyakan baca si oyen ya"
"Hehehehe dikit, lagian aku juga dah gede kak. Ohya Kakak ngga pengen lanjut studi setelah ini?"
"Ngga tau juga sih dek, ini S1 aja belum kelar. Kalau keinginan sih ada, cuma ngga tau nanti. Lagian abis ini sebenernya kakak pengen promil sih."
"Emang kakak nunda?"
"Bisa dibilang iya bisa dibilang engga."
"Lah gimana?"
"Ntar aja deh, kakak kasih tau kalau kamu udah jebol gawang"
"Ihh,, kakak mah."
"Hahahaha, eh ini fotografer udah fix nih, udah kakak chat dan dibales"
"Kok bisa? Kakak kenal darimana?"
"Temennya Masmu,"
"Oalah, soal bayarnya gimana kak?"
"Udah ngga usah dipikirin, anggap aja hadiah lamaran dari kakak dan Mas."
"Aaaaaaa.. Makasih kakak ipar paling cantik gemesin dan imut"
"Duh,, ngga ada duit receh nih. Hahaha"
"Ih,,, ngambek nih? Hahahaha"
"Hahahaha"
"Duh,, ngomongin apa sih seru amat. Ketawa-ketawa ngga ngajak."
"Haduh Mas disana aja urusin tuh dekor, aku sama kak Revi ngga mau diganggu hahaha"
"Hmm,,ini kan istri mas, sayang ngga mandi? Udah sore nih."
"Bentar Mas, adek kita yang calon mempelai aja belum mandi."
"Biarin aja, ntar pas keluarganya Ario kesini biar gini penampilannya. Palingan juga balik rombongannya."
"Ih, kakak mah. sebel deh"
"Hahahaha"
"Ngga nyangka adeknya Mas yang manja ini bakalan dipinang orang secepat ini"
"Hehehe alhamdulillah ya mas, adek kita sold out"
"Iya sayang."
"Aaaa,, Mas dan kakak peluk aku dong.."
Mereka bertiga kemudian berpelukan, setelah itu Rara pergi ke kamarnya untuk mandi karena sebentar lagi MUA akan datang untuk mendandani dirinya. Kak Revi dan Mas Hafbi juga ke kamar mereka untuk mandi dan siap-siap. Semua persiapan untuk acara lamaran telah selesai, tinggal menunggu rombongan hadir juga tamu yang diundang.
•••••
Kini Rara sedang duduk di kamarnya, berkali-kali dia menatap cermin dan takjub dengan penampilan dirinya dalam balutan kebaya dan make-up. Dia terlihat anggun dan cantik, lebih cantik dari biasanya. Beberapa kali dia mengambil foto selfie di ponselnya.
"Dek, ini ada temenmu"
"Siapa kak?"
"Nih" Fani masuk sambil senyum cengengesan.
"Huaaa,, Rara kamu cakep banget"
"Hehehe,, jelas dong Fan"
"Nih buat kamu."
"Apa ini?"
"Hadiah lamaran."
"Makasih,, eh kak Andi mana?"
"Kakak disini dek, selamat ya. Kakak turut bahagia buat kamu"
"Makasih kak"
"Kamu semakin cantik dek, auranya bersinar"
"Makasih kakak, kak Andi juga keren pake batik."
"Hehehe, dipilihin Fani. Ehm dek, kakak keluar dulu ya, pengen ngobrol sama mas Hafbi, lama nggak jumpa."
"Iya kak"
Kak Andi kemudian meninggalkan kamar Rara dan bergabung dengan Hafbi, kakak Rara yang juga kenal akrab dengan kak Andi. Tak berselang lama, kak Revi juga meninggalkan Rara dan Fani berdua di kamar. Kedua bestie itu saling menatap.
"aku ngga nyangka Ra, kamu bakalan dipinang orang secepat ini, seneng-seneng sedih"
"Hehe, tenang Fan. Biarpun nanti aku udah nikah, kita tetep sahabatan kok. Gak akan ada yang berubah, Fani yang selalu ada buat Rara dan Rara yang selalu ada buat Fani. Ntar malah enak kalau pergi bisa rame-rame."
"Kamu enak sama doi, lah aku? Jadi pengasuh dadakan buat duo bocil hehehe"
"Wah, ide bagus tuh. Nanti aku kencan sama Pak Ario terus kamu yang jagain anak-anak."
"Ih, Rara."
"Hahahaha,, eh Fan kalau feelingku kamu juga bentar lagi dilamar."
"Mana ada, orang ngga deket sama siapa-siapa. Si Rangga juga cuma ghosting, au ah capek."
"Pak Randi gimana?'
"Gimana apanya? Orang dingin gitu ke aku. Kamu tau sendiri kan."
"Kayanya kamu butuh ekstra effort deh,"
"Maksudnya?"
"Butuh trik khusus biar doi bertekuk lutut hehehe"
"Emang gimana caranya?"
"Ini bener Fani sahabatku bukan?"
"Ya bener aku dong"
"Kamu kan selalu bijak Fan, tumben lemot hehehe. Untuk seorang Fani mestinya kek gitu aja udah paham. Noh, ingat Mas Hafbi dulu pdkt sama kak Revi, nah keknya pak Randi itu karakternya 11 12 sama Mas Hafbi deh. Jadi menurutku kamu harus usaha sedikit lebih ekstra Hahaha."
"Bijak bener neng"
"Biasanya kan kamu Fan, yang.."
"Dek,, tamu udah datang ayo keluar, Fani ayo keluar juga"
"Oke kak"
Akhirnya Rara keluar kamar dengan diapit oleh Fani dan Kak Revi. Begitu mereka sampai diruang tamu, seluruh mata memandang kearah ketiganya. Semua orang terpesona oleh kecantikan dan keanggunan Rara. Rara duduk di tengah bapak dan ibu, kemudian MC memulai acara. Acara diawali dengan pembuka bacaan surat Al-Fatihah, dilanjut dengan sambutan dari pihak keluarga Pak Ario. Setelah itu, sambutan dari keluarga Rara, dan tiba saatnya acara inti, Pak Ario mengucapkan kata untuk meminang Rara dan jawaban Rara atas pinangan pak Ario. Setelah kedua sepakat bersedia, maka dilanjut dengan acara tukar cincin. Selesai tukar cincin dan memberikan seserahan, kemudian acara makan bersama dan foto.
"sayang makasih ya udah nerima mas, juga anak-anak. Mas ngga nyangka bisa secepat ini melamar kamu"
"Hehehe iya mas, semoga mas betah dengan sikap absurd Rara"
"Itu malah yang bikin kangen. Mas yakin kedepannya kamu pasti bisa lebih dewasa. Mas mencintai kamu yang versi sekarang dan versi apapun."
"Makasih ya mas udah percaya sama Rara, buat jadi pendamping hidup dan juga ibunya anak-anak"
"Justru mas yang lebih berterimakasih sayang, kamu mau nerima mas yang duda plus anaknya udah 2"
"Ih, mas apaan sih ngomong gitu. Stop bicara gitu oke."
"Iya sayang"
"Mas, Rara mau nanya dong"
"Apa sayang?"
"Kok dirombongan mas ada Pak Randi? Emang dia siapanya Mas?"
"Loh kamu belum tau ya sayang?"
'Ya belumlah mas, kalau tau ngapain nanya mas"
"Jadi, mama itu punya 2 adik sayang. Yang pertama tante Prita, yang tadi heboh itu terus suka narsis. Terus yang kedua itu ya Pak Randi. Jadi mas kalau sama Pak Randi itu sebenernya om sama ponakan."
"Apa?!"
"Kenapa terkejut gitu?"
"Gapapa sih, kaya gimana ya, ngga nyangka banget sih. Dulu aku sama Fani magang dikantornya Pak Randi, diruangnya. Lah sekarang jadi ponakannya."
"Hehehehe lucu juga kalau dipikir-pikir ya."
"Iya Mas. Ehm,, Pak Randi kok sendirian Mas? Dulu kabarnya dia pacaran sama bu Arin?"
"Kok kamu tau?"
"Udah umum kali mas"
"Kayanya udah putus deh sayang."
"Wah bagus tuh"
"Bagus apanya?"
"Emmmm.. Anu itu bajunya Fani. Lihat deh mas. Tuh Fani." Rara kemudian menunjuk Fani, sedangkan yang ditunjuk memberikan ekspresi 'apaan??'
"Kamu ini kenapa sih sayang?"
"Hehehe.."
Keluarga Pak Ario meninggalkan rumah pak Rahadi pukul 21.00, mereka bersalam-salaman dan saling beramah tamah. Kini dirumah Rara, ada Fani dan kak andi juga beberapa kerabat Rara.
"Eh,, Fan.. Nginep sini aja dong sama kak andi juga. Ntar biar kak andi tidur sama kak Hafbi, kita tidur bertiga sama kak Revi."
"Wah,, ide bagus tuh" sahut kak Revi.
"Aku sih oke aja,, ngga tau kakak. Kak gimana?"
"Udah nginep aja, nanti biar kakak pulang sendiri."
"Ya udah deh, makasih ya kak"
Rara dan fani menuju kamar, Fani membantu Rara bersih-bersih kemudian keduanya ganti baju dan berbaring diranjang empuk milik Rara.
"Fan,, aku ada kabar baik buat kamu"
"Apa?"
"Kamu tau kan kalau tadi ada Pak Randi?"
"Tau, kok bisa dia ada di rombongan Pak Ario?"
"Tau nggak?? Ternyata dia itu omnya Pak Ario"
"Apa?!! Kamu nggak becanda kan?"
"Serius, tadi aku nanya Pak Ario terus dia bilang kalau Pak Randi itu adik bungsunya mama."
"Omaigat,, dunia sempit banget"
"Hehehe,, kalau kamu jadi bininya Pak Randi, kamu jadi tante aku dong Fan."
"Ga sudi punya ponakan macem gini"
"Hahahahahaa" tawa keduanya meledak. Membayangkan jika Fani akan menjadi tante dari Rara, dan Rara akan memanggil Fani dengan sebutan "tante Fan" keduanya terbahak-bahak hingga tawanya ngikngik.
"nduk,, udah malem kok ketawanya keras banget. Ntar dikira kunti loh sama tetangga"
"Ehm iya bu, maaf,, ini mau tidur"
"Ya sudah tidur yang nyenyak ya sama Fani"
"Inggih bu"
Selepas ibunya pergi, keduanya lekas beristirahat. Malam ini Rara begitu bahagia karena sudah dipinang oleh orang yang dia cintai. Sedangkan Fani, dia memiliki semangat baru untuk menaklukkan Pak Randi. Esok keduanya akan memulai hari dengan semangat yang baru dan juga menata hidup lebih baik lagi.
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Dosenku
De TodoRara baru saja menyelesaikan pendidikan S1, dan ingin melanjutkan pendidikan S2. Sang ibu sudah tidak bisa membiayai lagi, hingga dirinya mencoba peruntungan dengan mendaftar berbagai beasiswa namun hasilnya nihil. dirinya kemudian menemui salah sa...